Pengertian
Skrofuloderma merupakan salah satu jenis tuberkulosis kulit yang ditandai dengan adanya nodul atau bintil pada kulit yang terletak di atas kelenjar getah bening, tulang, atau persendian yang terinfeksi.
Seiring dengan berjalannya waktu, bintil tersebut dapat pecah dan menjadi ulkus atau luka, disertai dengan jaringan yang bergranulasi menyerupai butir-butir di dasarnya. Hal ini juga dapat disertai dengan adanya pengeluaran nanah sesekali.
Penyebab
Skrofuloderma disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut dapat menginfeksi berbagai organ dalam tubuh, termasuk salah satunya organ kulit.
Respons kulit terhadap Mycobacterium tuberculosis bisa sangat bervariasi apabila telah terjadi infeksi. Salah satu jenis gangguan yang dapat timbul akibat hal tersebut adalah skrofuloderma.
Gejala
Skrofuloderma sering kali diawali dengan adanya pembesaran pada kelenjar getah bening. Umumnya, benjolan yang timbul tidak disertai rasa nyeri.
Ukuran skrofuloderma juga dapat bervariasi dari kecil hingga besar. Seiring dengan berjalannya waktu, ukuran dapat semakin besar. dan jumlah pembesaran dapat semakin banyak, yang kemudian dapat pecah dan menjadi ulkus. Bagian tubuh yang paling sering mengalami skrofuloderma adalah leher dan ketiak.
Diagnosis
Diagnosis skrofuloderma dapat ditentukan berdasarkan hasil wawancara medis, pemeriksaan fisik secara langsung, dan pemeriksaan penunjang tertentu.
Beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:
- Biopsi kulit, tenaga medis akan mengambil sedikit jaringan kulit yang terkena gangguan untuk dievaluasi lebih lanjut di laboratorium.
- Pemeriksaan uji tuberculin pada kulit
- Pemeriksaan darah di laboratorium
Penanganan
Serupa dengan penanganan tuberkulosis, penanganan pada pasien dengan skrofuloderma umumnya dilakukan dengan obat antituberkulosis. Pengobatan tersebut melibatkan kombinasi beberapa antibiotik. Obat-obatan tersebut harus diminum dengan aturan yang ketat, selama periode waktu yang lama, yakni enam bulan hingga satu tahun.
Terkadang, eksisi atau membuang jaringan yang terluka pada kulit, juga diperlukan.
Pencegahan
Pencegahan skrofuloderma dapat dilakukan sejalan dengan upaya mencegah infeksi tuberkulosis pada umumnya.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah selalu menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah tertular kuman tuberculosis. Jalani pola hidup sehat seperti pola makan yang sehat, aktivitas fisik yang teratur, istirahat cukup, dan upaya sehat lainnya.