Cedera Saraf Tulang Belakang
Dokter Spesialis |
Dokter di instalasi gawat darurat; Spesialis terkait: kolaborasi interprofesi, seperti dokter spesialis saraf, spesialis bedah saraf, spesialis ortopedi dan traumatologi, spesialis kedokteran jiwa, spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik |
Gejala |
Nyeri kepala, leher, atau punggung, tidak mampu menggerakkan kedua lengan dan kedua tungkai (tetraplegia), tidak mampu menggerakkan kedua tungkai (paraplegia), kesemutan atau mati rasa pada tangan atau kaki, kesulitan bernapas, tidak mampu mengendalikan buang air kecil atau buang air besar |
Faktor Risiko |
Usia 16 - 30 tahun rentan mengalami cedera berolahraga atau ketika berkendara, usia > 60 tahun rentan mengalami jatuh, mengonsumsi alkohol secara berlebihan, tidak menggunakan sabuk pengaman ketika berkendara, tidak memakai alat pelindung ketika berolahraga, tuberkulosis tulang belakang, penyakit cakram degeneratif, tumor tulang belakang, peradangan sendi tulang belakang, mielopati |
Diagnosis |
Wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang |
Pengobatan |
Bergantung pada kondisi penderita secara keseluruhan |
Obat |
Bergantung pada kondisi penderita secara keseluruhan |
Komplikasi |
Infeksi saluran kemih, nyeri kronis, trombosis vena dalam, depresi, ulkus dekubitus, inkontinensia alvi (tinja), konstipasi, kaku otot, hipotensi ortostatik, osteoporosis |
Kapan harus ke dokter? |
Gejala dan tanda cedera saraf tulang belakang |
Pengertian Cedera Saraf Tulang Belakang
Cedera saraf tulang belakang (spinal cord injury) adalah kerusakan saraf tulang belakang yang menyebabkan perubahan fungsi sementara atau menetap pada tubuh. Salah satu gejalanya adalah pasien tidak dapat menggerakkan kedua lengan maupun tungkai.
Saraf tulang belakang merupakan bagian sistem saraf pusat yang berfungsi mengirim informasi dari otak ke seluruh tubuh.
Cedera pada saraf tulang belakang akibat benturan fisik bisa menjadi kondisi darurat. Pasien membutuhkan pertolongan medis segera karena kondisi ini berisiko menyebabkan kecacatan dan dapat mengancam jiwa.
Penyebab Cedera Saraf Tulang Belakang
Ada beberapa penyebab cedera pada saraf tulang belakang, di antaranya:
1. Benturan Fisik
Benturan fisik akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh, tindak kekerasan, atau cedera olahraga bisa melukai atau merusak saraf tulang belakang.
2. Masalah Kesehatan Tertentu
Kerusakan saraf tulang belakang dapat terjadi karena adanya masalah kesehatan yang disebabkan oleh:
- Tumor
- Infeksi
- Degeneratif (penurunan fungsi tubuh terkait usia)
Faktor Risiko Cedera Saraf Tulang Belakang
Seseorang juga lebih berisiko terkena penyakit cedera saraf tulang belakang jika memiliki kondisi seperti:
- Usia 16 - 30 tahun rentan mengalami cedera berolahraga atau ketika berkendara
- Usia > 60 tahun rentan mengalami jatuh
- Mengonsumsi alkohol secara berlebihan
- Tidak menggunakan sabuk pengaman ketika berkendara
- Tidak memakai alat pelindung ketika berolahraga
- Tuberkulosis tulang belakang
- Penyakit cakram degeneratif
- Tumor tulang belakang
- Peradangan sendi tulang belakang
- Mielopati (sekumpulan gejala akibat penekan berlebihan pada saraf tulang belakang).
Gejala Cedera Saraf Tulang Belakang
Cedera saraf tulang belakang dapat menyebabkan gejala berikut:
- Sakit kepala, sakit leher atau nyeri punggung
- Tidak mampu menggerakkan kedua lengan dan kedua tungkai (tetraplegia)
- Tidak mampu menggerakkan kedua tungkai (paraplegia)
- Kesemutan atau mati rasa pada tangan atau kaki
- Kesulitan bernapas
- Tidak mampu mengendalikan buang air kecil (inkontinensia urine) atau buang air besar
Artikel Lainnya: Waspada! Nyeri Tulang Belakang Kerap Menyerang Usia Muda
Diagnosis Cedera Saraf Tulang Belakang
Untuk mendiagnosis cedera saraf tulang belakang, dokter akan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dokter akan menanyakan keluhan, riwayat kesehatan, mekanisme benturan fisik (trauma), dan faktor risiko lainnya.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai kesadaran, tanda-tanda vital, skala nyeri, kekuatan otot, sensoris, kondisi secara keseluruhan, dan mengidentifikasi tanda cedera saraf tulang belakang. Sementara itu, pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan hasil wawancara medis dan pemeriksaan fisik.
Berikut pemeriksaan penunjang yang dipertimbangkan:
- Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mengidentifikasi infeksi dan keganasan (tumor)
- Pemeriksaan rontgen polos untuk mengidentifikasi kelainan tulang belakang, seperti patah tulang dan peradangan sendi
- Pemeriksaan computed tomography (CT) scan untuk menilai kelainan tulang belakang
- Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) untuk menilai kelainan tulang belakang dan jaringan lunak, serta menentukan derajat cedera
Pengobatan Cedera Saraf Tulang Belakang
Cara mengobati cedera saraf tulang belakang adalah berobat ke dokter. Pengobatan cedera tulang belakang, umumnya disesuaikan dengan kondisi penderita secara keseluruhan.
Pengobatan cedera tulang belakang dapat melibatkan kolaborasi antar multidisiplin kedokteran, seperti dokter umum, dokter spesialis saraf, spesialis bedah saraf, spesialis ortopedi dan traumatologi, spesialis kedokteran jiwa, serta spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik.
Bila cedera tulang belakang disebabkan oleh trauma, maka segeralah ke instalasi gawat darurat untuk mendapatkan penanganan segera. Sebelum di bawa ke rumah sakit, sebaiknya tidak melakukan manipulasi atau gerakan berlebihan kepada penderita. Kepala dan leher penderita diimobilisasi untuk mencegah gerakan.
Setelah di rumah sakit, penderita akan diperiksa dan diobati sesuai pertimbangan dokter. Secara umum, pengobatan cedera tulang belakang yang disebabkan oleh trauma adalah:
- Penanganan di instalasi gawat darurat untuk menjaga pernapasan, mengontrol perdarahan, dan mencegah syok
- Operasi tulang belakang akan dipertimbangkan untuk mengurangi keparahan cedera dan membantu tulang belakang menjadi lebih stabil
Namun, pengobatan cedera tulang belakang yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi disesuaikan dengan kondisi pasien secara menyeluruh, seperti:
- Mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid pada peradangan sendi
- Mengonsumsi obat antituberkulosis pada tuberkulosis tulang belakang
Setelah kondisi penderita membaik, dokter biasanya menganjurkan untuk mengikuti rehabilitasi di bawah pengawasan ahli fisioterapi dan terapi okupasi. Selain itu, pengobatan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa juga dianjurkan pada penderita yang disertai depresi.
Artikel Lainnya: Fungsi Sumsum Tulang Belakang Hingga Risiko Kesehatannya
Pencegahan Cedera Saraf Tulang Belakang
Upaya pencegahan cedera saraf tulang belakang adalah dengan mengendalikan faktor risiko yang dapat diubah, seperti:
- Tidak mengonsumsi alkohol
- Menggunakan perlengkapan keselamatan sesuai standar ketika berolahraga atau berkendara
- Tidak mengemudi dalam kondisi mengantuk
- Mengonsumsi makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori
- Berolahraga secara teratur 3-5 hari seminggu, selama 30-45 menit tiap olahraga, dan bersifat aerobik dengan intensitas sedang, seperti jalan cepat, bersepeda santai, dan berenang
- Mengatur sirkulasi udara di rumah/tempat kerja supaya udara segar dan sinar matahari masuk
- Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala ke dokter
Komplikasi Cedera Saraf Tulang Belakang
Berikut komplikasi cedera saraf tulang belakang:
- Infeksi saluran kemih
- Nyeri kronis
- Trombosis vena dalam
- Depresi
- Ulkus dekubitus
- Inkontinensia alvi (feses)
- Konstipasi
- Kaku otot
- Hipotensi ortostatik
- Osteoporosis
Artikel Lainnya: Mengenal Jenis-Jenis Operasi Tulang Belakang
Kapan harus ke Dokter?
Segera ke dokter, bila kamu mengalami gejala dan tanda di atas. Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang cara mengatasi cedera saraf tulang belakang, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter! Gunakan layanan konsultasi kesehatan 24 jam langsung dengan dokter melalui fitur Tanya Dokter online.
(APR)
- Bennett J, Emmady PD. Spinal cord injuries. StatPearls [Internet]. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560721/ Diakses pada 25 Agustus 2023.
- Alizadeh A, Dyck SM, Karimi-Abdolrezaee S. Traumatic Spinal Cord Injury: An Overview of Pathophysiology, Models and Acute Injury Mechanisms. Front Neurol. 2019.
- Advance Trauma Life Support. 2018. American College of Surgeons.
- Anjum A, Yazid MD, Fauzi Daud M, Idris J, Ng AMH, Selvi Naicker A, Ismail OHR, Athi Kumar RK, Lokanathan Y. Spinal Cord Injury: Pathophysiology, Multimolecular Interactions, and Underlying Recovery Mechanisms. International Journal of Molecular Sciences. 2020.
- Harrow-Mortelliti M, Reddy V, Jimsheleishvili G. Physiology, spinal cord. StatPearls [Internet]. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544267/ Diakses pada 25 Agustus 2023.
- National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Spinal Cord Injury. 2023. https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/spinal-cord-injury Diakses pada 25 Agustus 2023.
- Ahuja CS, Wilson JR, Nori S, Kotter M, Druschel C, Curt A, Fehlings MG. Traumatic spinal cord injury. Nature reviews Disease primers. 2017.
- Viswanathan VK, Subramanian S. Pott disease. StatPearls [Internet]. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538331/ Diakses pada 25 Agustus 2023.
- Battaglino RA, Lazzari AA, Garshick E, Morse LR. Spinal cord injury-induced osteoporosis: pathogenesis and emerging therapies. Curr Osteoporos Rep. 2012.
- Soufi K, Nouri A, Martin AR. Degenerative Cervical Myelopathy and Spinal Cord Injury: Introduction to the Special Issue. J Clin Med. 2022.
- Hagen EM. Acute complications of spinal cord injuries. World J Orthop. 2015.
- Sezer N, Akkuş S, Uğurlu FG. Chronic complications of spinal cord injury. World J Orthop. 2015.
- Green BN, Johnson CD. Interprofessional collaboration in research, education, and clinical practice: working together for a better future. J Chiropr Educ. 2015.