Pengertian
Sleep paralysis, atau paralisis tidur, merupakan kondisi di mana seseorang berada dalam keadaan sadar namun tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Hal ini umumnya terjadi pada saat seseorang berada pada masa transisi di antara tertidur dan terjaga.
Pada saat seseorang mengalami sleep paralysis, dalam periode transisi tersebut, ia dapat mengalami kesulitan bergerak atau berbicara selama beberapa detik hingga beberapa menit. Sebagian orang juga dapat merasakan tekanan atau rasa tercekik.
Sleep paralysis dapat menyertai beberapa gangguan tidur lainnya. Misalnya narkolepsi, yang merupakan rasa kantuk yang sangat berlebih akibat dari ketidakmampuan otak untuk meregulasi pola tidur.
Penyebab
Diduga bahwa sekitar 4 dari 10 orang pernah mengalami sleep paralysis. Kondisi yang cukup sering ini umumnya pertama kali disadari pada usia remaja, dan dapat dialami baik oleh pria maupun wanita. Sleep paralysis dapat juga menurun pada anggota keluarga.
Beberapa faktor yang dikaitkan dengan sleep paralysis adalah:
- Kurangnya tidur
- Jadwal tidur yang berubah-ubah
- Kondisi kejiwaan tertentu seperti stres dan gangguan bipolar
- Tidur telentang
- Mengalami gangguan tidur lain seperti narkolepsi atau kram kaki pada malam hari
- Penggunaan obat-obatan tertentu
- Riwayat penggunaan obat-obatan terlarang
Gejala
Tanda dan gejala dari sleep paralysis dapat mencakup:
- Mengalami kesulitan untuk menggerakkan tubuh selama beberapa detik hingga beberapa menit sesaat sebelum tertidur atau sesaat setelah bangun
- Dalam keadaan sadar
- Tidak dapat berbicara saat episode terjadi
- Mengalami halusinasi atau sensasi yang menyebabkan rasa takut
- Merasa tekanan pada dada
- Mengalami kesulitan bernapas
- Berkeringat
- Mengalami nyeri kepala, nyeri otot, dan rasa paranoid
Selain itu, beberapa hal lain yang juga dapat dialami adalah:
- Rasa khawatir mengenai sleep paralysis yang dialami
- Rasa lelah sepanjang hari
- Kesulitan tidur pada malam hari
Diagnosis
Diagnosis dari sleep paralysis dapat ditentukan dari wawancara medis yang mendetail dan pemeriksaan fisik secara langsung.
Dokter juga dapat mengumpulkan informasi lebih lanjut mengenai pola tidur seseorang dengan bertanya mengenai keluhan yang dialami dan meminta penderita untuk membuat agenda tidur selama beberapa minggu, guna mencatat jam tidur dan jam bangun setiap harinya serta adanya keluhan yang dialami pada malam tersebut.
Selain itu, dokter juga dapat menanyakan adanya riwayat gangguan tidur sebelumnya, baik pada penderita maupun anggota keluarga penderita.
Dokter juga dapat meminta untuk dilakukan sleep study atau pemeriksaan pada saat tidur, di mana seseorang menginap di laboratorium tidur dan dievaluasi mengenai kondisi dan kualitas tidurnya, serta adanya gangguan tidur yang dialami.
Penanganan
Pada sebagian besar kasus sleep paralysis, tidak ada penanganan spesifik yang dilakukan pada penderita. Namun, penanganan untuk kondisi mendasari sleep paralysis, misalnya narkolepsi, atau kondisi lainnya, dapat membantu bila pasien merasa cemas atau mengalami kesulitan tidur.
Penanganan yang dilakukan pada situasi tersebut dapat mencakup:
- Memperbaiki pola tidur, seperti memastikan bahwa seseorang mendapatkan waktu tidur sekitar enam hingga delapan jam setiap harinya
- Mengatasi masalah kesehatan jiwa lain yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya sleep paralysis
- Menangani gangguan tidur lain yang dapat terjadi, seperti narkolepsi atau kram kaki pada saat terbangun dari tidur
- Dokter dapat meresepkan obat-obatan tertentu untuk meregulasi pola tidur
Pencegahan
Beberapa hal dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya sleep paralysis, termasuk:
- Memastikan bahwa seseorang mendapatkan durasi dan kualitas tidur yang baik, dengan mengatur jadwal tidur dan bangun yang sama setiap harinya, serta memastikan bahwa ruangan tidur dalam kondisi sunyi, gelap, dan sejuk untuk mempermudah seseorang tertidur
- Mengatasi stres
- Menjalani pola hidup sehat dengan mengonsumsi diet gizi seimbang dan melakukan aktivitas fisik secara rutin