Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Dokter Spesialis |
Dokter spesialis paru, dokter spesialis penyakit dalam konsultan pulmonologi, Dokter spesialis terkait: spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, spesialis bedah toraks |
Gejala |
Gejala PPOK: sesak napas yang diperberat oleh aktivitas fisik, batuk kronis dan biasanya disertai dahak, mengi, mulut setengah terkatup atau mencucu, dada yang tampak membesar seperti tong, kelelahan, penurunan berat badan, pembengkakan tungkai, kebiruan pada bibir dan kulit, jari tabuh Gejala PPOK eksaserbasi akut: sesak napas memberat, kadang disertai mengi, batuk memberat dan berdahak, produksi dahak meningkat, dahak menjadi kental dan berubah warna, kelelahan |
Faktor Risiko |
Kebiasaan merokok, terpapar dengan asap rokok, berusia 40 tahun atau lebih, riwayat keluarga menderita PPOK, infeksi HIV, infeksi TBC, asma, kekurangan alpha-1-antitrypsin, terpapar asap bahan bakar ketika memasak tanpa disertai ventilasi yang baik, terpapar asap kendaraan, terpapar zat kimia di tempat kerja, tinggal di lingkungan berdebu |
Cara Diagnosis |
Wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang |
Pengobatan |
Berhenti merokok, rehabilitasi paru, obat-obatan, terapi oksigen, vaksinasi influenza tahunan, pembedahan |
Obat |
Bronkodilator, kortikosteroid, mukolitik, antibiotik |
Komplikasi |
PPOK eksaserbasi akut, hipertensi paru, penurunan berat badan, infeksi bakteri, gagal napas |
Kapan harus ke dokter? |
Gejala dan tanda penyakit paru obstruktif kronis |
Pengertian Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary disease adalah peradangan saluran napas dan paru-paru dalam waktu lama akibat paparan partikel atau gas berbahaya.
Obstruktif artinya hambatan aliran udara yang persisten dan progresif akibat peradangan kronis di saluran napas.
Peradangan ini menyebabkan penyempitan saluran napas dan penurunan daya elastis (rekoil) paru. Ciri-ciri penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) berupa sesak napas, mengi, dan batuk berdahak.
Dua kondisi yang paling sering berkembang menjadi PPOK adalah Emfisema dan bronkitis kronis. Kedua penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh kebiasaan merokok. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa PPOK menjadi penyebab kematian ketiga di dunia pada tahun 2019.
PPOK merupakan penyakit tidak menular yang dapat diobati. Meski belum dapat disembuhkan sepenuhnya, pengobatan PPOK yang efektif dapat mengendalikan gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
Artikel Lainnya: Lima Faktor Penyebab Emfisema
Jenis Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Terdapat dua bentuk utama PPOK, yaitu:
1. Emfisema
Emfisema merupakan penyakit progresif yang ditandai dengan sesak napas dan batuk berdahak/kering akibat kerusakan pada alveoli (kantung udara) paru-paru.
2. Bronkitis kronis
Bronkitis kronis merupakan peradangan kronis saluran bronkus yang ditandai dengan batuk kronis disertai dahak.
Penyebab Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Penyebab PPOK adalah peradangan pada saluran napas dan paru-paru yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Misalnya, terpapar dengan penyebab infeksi, merokok, terhirup asap rokok atau partikel berisiko bahaya.
Berikut faktor risiko PPOK:
- Kebiasaan merokok
- Perokok pasif (terpapar dengan asap rokok)
- Berusia 40 tahun atau lebih
- Riwayat keluarga menderita PPOK
- Mengalami infeksi human immunodeficiency virus (HIV)
- Mengalami infeksi tuberkulosis (TBC)
- Mengidap asma
- Kelainan genetik, seperti kekurangan alpha-1-antitrypsin. Alpha-1-antitrypsin adalah protein yang diproduksi di hati dan masuk ke aliran darah untuk melindungi paru-paru.
- Terpapar asap bahan bakar ketika memasak tanpa disertai ventilasi yang baik
- Terpapar asap kendaraan
- Terpapar zat kimia (asbes, silika) di tempat kerja
- Tinggal di lingkungan berdebu
Artikel Lainnya: Waspadai Tanda-Tanda Masalah Paru-Paru Ini
Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Penyakit paru obstruktif kronis muncul tanpa gejala pada tahap awal. Kondisi ini bergantung pada kerusakan paru-paru. Berikut gejala PPOK:
- Sesak napas yang diperberat oleh aktivitas fisik
- Batuk kronis (berlangsung lebih dari 8 minggu) dan biasanya disertai dahak
- Mengi (bunyi mirip siulan bernada tinggi ketika bernapas)
- Pursed-lip breathing (mulut setengah terkatup atau mencucu)
- Barrel chest (dada yang tampak membesar seperti tong)
- Kelelahan
- Penurunan berat badan
- Pembengkakan tungkai
- Kebiruan pada bibir dan kulit
- Jari tabuh (clubbing finger)
Pada kondisi tertentu, dapat terjadi PPOK eksaserbasi akut yaitu perburukan gejala pernapasan yang akut. Berikut gejala dan tanda PPOK eksaserbasi akut:
- Sesak napas memberat
- Kadang disertai mengi
- Batuk memberat dan berdahak
- Produksi dahak meningkat
- Dahak menjadi kental dan berubah warna
- Kelelahan
Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Dokter akan mendiagnosis PPOK melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dokter akan menanyakan keluhan, riwayat penyakit penderita dan keluarga, kebiasaan merokok, pekerjaan, dan faktor risiko lainnya.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai keadaan umum, tanda-tanda vital, dan pemeriksaan paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop. Di samping itu, pemeriksaan fisik secara menyeluruh juga dilakukan untuk mengidentifikasi tanda-tanda PPOK.
Pemeriksaan lain yang mungkin dianjurkan oleh dokter adalah tes jalan kaki 6 menit untuk menilai kapasitas fungsional penderita. Pemeriksaan ini dilakukan pada permukaan datar dan lurus dengan panjang lorong umumnya 100 kaki. Tes ini mengukur jarak berjalan penderita selama 6 menit.
Dokter akan merekomendasikan pemeriksaan penunjang bergantung pada hasil wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Berikut pemeriksaan penunjang yang dipertimbangkan:
1. Uji spirometri
Uji spirometri adalah pemeriksaan untuk menilai fungsi paru dengan menggunakan spirometer. Metodenya dengan mengukur volume udara yang dapat dihirup dan dihembus, serta menilai aliran udara paru.
2. Rontgen dada
Rontgen dada untuk mendeteksi tanda-tanda emfisema dan bronkitis kronis.
3. Computerized tomography (CT) scan
CT scan untuk mengidentifikasi tanda-tanda emfisema dan kelainan paru lainnya, seperti bronkiektasis dan keganasan.
4. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah untuk menilai infeksi, anemia, dan polisitemia, serta mengukur kadar alpha-1-antitrypsin.
5. Pemeriksaan analisis gas darah
Pemeriksaan analisis gas darah untuk menilai kadar oksigen, kadar karbon dioksida, dan tingkat asam basa (pH) dalam darah.
6. Elektrokardiografi (EKG)
EKG untuk mengidentifikasi komplikasi pada jantung.
7. Pemeriksaan bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi dahak untuk mengetahui pola kuman.
Artikel Lainnya: 10 Alasan Mengapa Kamu Mengalami Batuk Terus-menerus
Pengobatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Cara mengobati PPOK adalah berobat ke dokter. Secara umum, pengobatan PPOK melibatkan kolaborasi antar multidisiplin kedokteran bergantung pada kondisi kesehatan penderita secara keseluruhan. Misalnya, dokter spesialis paru, spesialis penyakit dalam konsultan pulmonologi, spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, serta spesialis bedah toraks.
Pengobatan PPOK bertujuan untuk meringankan gejala, memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah perburukan gejala. Berikut cara pengobatan PPOK:
1. Berhenti Merokok
Berhenti merokok merupakan upaya untuk mencegah perburukan gejala PPOK.
2. Rehabilitasi Paru
Rehabilitasi paru bertujuan untuk meningkatkan fungsi fisik dan psikologis penderita. Program ini disesuaikan dengan kondisi penderita dan umumnya dilakukan dalam pengawasan tim rehabilitasi medik.
3. Obat-obatan
Dokter akan merekomendasikan obat sesuai dengan kondisi kesehatan penderita. Dokter akan meresepkan obat hirup (terapi inhalasi), yaitu:
- Bronkodilator untuk melegakan pernapasan dengan cara melebarkan saluran napas dan mengendurkan otot-otot di paru-paru. Misalnya, salbutamol, terbutaline, ipratropium, glycopyrronium.
- Kortikosteroid inhalasi untuk mengurangi peradangan, seperti budesonide dan fluticasone.
Dokter juga akan meresepkan pemberian obat minum, yaitu:
- Methylxanthine untuk melegakan pernapasan dengan cara melebarkan saluran napas (bronkus). Misalnya, teofilin dan aminofilin.
- Kortikosteroid untuk menekan peradangan, seperti metilprednisolon dan prednison.
- Mukolitik sebagai pengencer dahak, seperti ambroxol dan N-Acetylcysteine.
- Antibiotik dipertimbangkan bila ada infeksi bakteri.
4. Terapi Oksigen
Pemberian terapi oksigen dipertimbangkan berdasarkan derajat keparahan. Oksigen dapat diberikan melalui kanula hidung hingga ventilasi mekanis.
5. Vaksinasi Influenza
Vaksinasi influenza tahunan direkomendasikan pada penderita PPOK.
6. Pembedahan
Tindakan pembedahan ditujukan pada kasus berat yang tidak membaik dengan pengobatan. Pembedahan yang dianjurkan, seperti bullectomy (pengangkatan kantung udara yang rusak di paru-paru), lung volume reduction surgery (pengangkatan jaringan paru yang rusak sehingga jaringan sehat dapat berfungsi dengan baik), atau transplantasi paru.
Pencegahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Penyakit Paru Obstruktif Kronis merupakan penyakit yang dapat dicegah. Berikut upaya pencegahan PPOK:
- Berhenti merokok
- Menghindari terpapar dengan asap rokok
- Mengurangi paparan partikel yang berisiko bahaya di tempat kerja (asbes, silika, debu) dengan memakai alat pelindung diri
- Menerima vaksinasi influenza tahunan
- Diet gizi seimbang dan minum air putih yang cukup sesuai kebutuhan tubuh
- Berolahraga secara teratur 3-5 hari seminggu, selama 30-45 menit tiap olahraga. Dianjurkan latihan fisik bersifat aerobik dengan intensitas sedang, seperti jalan cepat, berenang, dan bersepeda santai.
- Istirahat yang cukup
- Mengelola stres dengan baik
Komplikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Penyakit Paru Obstruktif Kronis selain membuat penderitanya sulit bernapas, juga dapat mengakibatkan komplikasi jika dibiarkan. Berikut komplikasi PPOK:
- PPOK eksaserbasi akut
- Hipertensi paru
- Penurunan berat badan
- Infeksi bakteri
- Gagal napas
Artikel Lainnya: 8 Cara Sehat Mengurangi Polusi Udara yang Patut Dicoba!
Obat Terkait Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Berikut obat terkait PPOK:
- Bronkodilator
- Kortikosteroid
- Mukolitik
- Antibiotik
Kapan harus ke Dokter?
Segera ke dokter, bila kamu mengalami gejala dan tanda di atas. Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang cara mengatasi penyakit paru obstruktif kronis, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter dan manfaatkan layanan konsultasi kesehatan chat dengan dokter spesialis paru 24 jam melalui fitur Tanya Dokter online. Kamu juga bisa bertemu langsung dengan dokter paru melalui fitur Temu Dokter.
- Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktik Klinis. InternaPublishing. 2015.
- Martínez-Baz I, Casado I, Navascués A, Portillo ME, Guevara M, Ezpeleta C, Castilla J. Chronic obstructive pulmonary disease and influenza vaccination effect in preventing outpatient and inpatient influenza cases. Scientific Reports. 2022.
- Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
- Song WJ, Chang YS, Faruqi S, Kang MK, Kim JY, Kang MG, Kim S, Jo EJ, Lee SE, Kim MH, Plevkova J, Park HW, Cho SH, Morice AH. Defining Chronic Cough: A Systematic Review of the Epidemiological Literature. Allergy Asthma Immunol Res. 2016.
- Agarwal AK, Raja A, Brown BD. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. StatPearls [Internet]. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559281/ Diakses pada 11 September 2023.
- Goldklang M, Stockley R. Pathophysiology of emphysema and implications. Chronic obstructive pulmonary diseases. 2016.
- Dotan Y, So JY, Kim V. Chronic bronchitis: where are we now?. Chronic Obstructive Pulmonary Diseases: Journal of the COPD Foundation. 2019.
- Hikichi M, Mizumura K, Maruoka S, Gon Y. Pathogenesis of chronic obstructive pulmonary disease (COPD) induced by cigarette smoke. Journal of thoracic disease. 2019.
- Alfahad AJ, Alzaydi MM, Aldossary AM, Alshehri AA, Almughem FA, Zaidan NM, Tawfik EA. Current views in chronic obstructive pulmonary disease pathogenesis and management. Saudi Pharmaceutical Journal. 2021.
- World Health Organization. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). 2023. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/chronic-obstructive-pulmonary-disease-(copd) Diakses pada 11 September 2023.