Guillain-Barré Syndrome (GBS)
Dokter spesialis |
Kolaborasi antar multidisiplin kedokteran bergantung kondisi kesehatan penderita, seperti dokter di instalasi gawat darurat, dokter spesialis saraf, spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, serta spesialis terkait. |
Gejala |
Kesemutan yang bermula dari kaki, lalu menyebar ke lengan dan wajah, kelumpuhan pada kedua kaki atau lengan, kesulitan menggerakkan mata, kelumpuhan kedua sisi wajah, kesulitan bernapas, kesulitan berbicara, kesulitan mengunyah dan menelan, detak jantung yang lebih cepat, tekanan darah yang tidak stabil, nyeri pinggang, gangguan fungsi usus atau kandung kemih, penurunan atau kehilangan refleks tendon yang terdampak, gangguan irama jantung. |
Faktor risiko |
Segala usia terutama usia tua, laki-laki lebih sering dari pada perempuan, infeksi bakteri (Campylobacter jejuni, Mycoplasma pneumonia), mengonsumsi makanan yang kurang matang, infeksi virus (infeksi virus Zika, influenza, cytomegalovirus, Epstein-Barr virus, human immunodeficiency virus, hepatitis, COVID-19), penderita limfoma hodgkin, pasca menjalani operasi, trauma, vaksinasi, penderita dengan daya tahan tubuh yang lemah. |
Cara diagnosis |
Wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. |
Pengobatan |
Bergantung kondisi kesehatan penderita, Plasmapheresis, imunoterapi, fisioterapi, terapi wicara, terapi okupasi, perawatan di unit intensif rumah sakit, ventilasi mekanik, pemantauan, pereda nyeri, diet tinggi kalori tinggi protein. |
Obat |
Bergantung kondisi kesehatan penderita, Plasmapheresis, imunoterapi, pereda nyeri. |
Komplikasi |
Gagal napas, gangguan irama jantung, emboli paru, sepsis, serangan jantung, henti jantung, delirium, depresi, ulkus kornea, tersedak, retensi urin, konstipasi, trombosis vena dalam, ulkus dekubitus, nyeri. |
Kapan harus ke dokter? |
Periksakan diri ke dokter, bila terdapat gejala dan tanda sindrom Guillain-Barré, segera ke instalasi gawat darurat, bila terdapat salah satu gejala seperti kesulitan bernapas, kelumpuhan mendadak, tersedak, kesemutan dan kelemahan pada tungkai yang menjalar ke tubuh bagian atas secara cepat. |
Pengertian Guillain-Barré Syndrome (GBS)
Sindrom Guillain-Barré (Guillain-Barré syndrome/GBS) adalah peradangan saraf tepi yang ditandai dengan sekumpulan gejala berupa kelumpuhan otot dan penurunan refleks.
Sistem saraf tepi berfungsi sebagai media komunikasi antara otak dan sumsum tulang belakang dengan bagian tubuh.
Sindrom Guillain-Barré adalah kondisi langka dan serius yang menyerang saraf. Sindrom ini umumnya menyerang kaki, tangan, dan anggota tubuh lain yang menyebabkan masalah seperti mati rasa, kelemahan, dan nyeri.
Secara umum, penyebab GBS adalah karena adanya penyimpangan respons imun terhadap infeksi. Kondisi ini dapat menyerang segala usia.
Bila tidak diobati, sindrom Guillain-Barré berisiko menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa, seperti gagal napas, serangan jantung, dan sepsis.
Artikel lainnya: Setop Kebiasaan Ini Jika Tak Mau Kesehatan Saraf Tepi Terganggu
PenyebabGuillain-Barré Syndrome (GBS)
Penyebab sindrom Guillain-Barré diduga salah satunya karena sistem kekebalan tubuh yang keliru dalam merespons infeksi dan merusak saraf tepi. Pada sindrom ini, sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat tubuh itu sendiri (penyakit autoimun).
Kondisi ini dapat dipicu oleh infeksi maupun noninfeksi. Sindrom GBS sering dikaitkan dengan infeksi terutama infeksi pernapasan dan pencernaan.
Infeksi bakteri Campylobacter jejuni pada gastroenteritis (muntaber) merupakan penyebab GBS yang paling sering.
Faktor Risiko Guillain-Barré Syndrome (GBS)
Berikut faktor yang dapat meningkatkan risiko sindrom Guillain-Barré:
- Segala usia, terutama usia tua.
- Laki-laki lebih sering mengalami kondisi ini ketimbang perempuan.
- Infeksi bakteri seperti Campylobacter jejuni dan Mycoplasma pneumonia.
- Mengonsumsi makanan yang kurang matang seperti tidak memasak unggas yang terkontaminasi C. jejuni dengan tepat.
- Infeksi virus, seperti infeksi virus Zika, influenza, cytomegalovirus (CMV), Epstein-Barr virus, human immunodeficiency virus (HIV), hepatitis, dan COVID-19.
- Penderita limfoma hodgkin.
- Kondisi lainnya, seperti pasca menjalani operasi, trauma, dan vaksinasi.
- Penderita dengan daya tahan tubuh yang lemah (immunocompromised), seperti pengidap HIV.
Gejala Guillain-Barré Syndrome (GBS)
Gejala sindrom Guillain-Barré bervariasi pada masing-masing individu. Kondisi ini dapat memburuk dalam waktu 24 jam hingga 2-4 minggu.
Secara umum, ciri-ciri sindrom Guillain-Barré meliputi:
- Kesemutan yang bermula dari kaki, lalu dapat menyebar ke lengan dan wajah
- Kelumpuhan pada kedua kaki atau lengan
- Kesulitan menggerakkan mata
- Kelumpuhan pada kedua sisi wajah
- Kesulitan bernapas
- Kesulitan berbicara
- Kesulitan mengunyah dan menelan
- Detak jantung yang lebih cepat (takikardi)
- Tekanan darah yang tidak stabil (hipertensi atau hipotensi)
- Nyeri pinggang
- Gangguan fungsi (disfungsi) usus atau kandung kemih
- Penurunan atau kehilangan refleks tendon yang terdampak
- Gangguan irama jantung (aritmia)
Artikel lainnya: Guillain Barre Syndrome Akibat Vaksin COVID-19, Mungkinkah?
DiagnosisGuillain-Barré Syndrome (GBS)
Dokter akan menentukan diagnosis sindrom Guillain-Barré melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Berikut pemeriksaan penunjang yang dipertimbangkan:
- Pungsi lumbal untuk menentukan kadar protein melalui sampel cairan serebrospinal.
- Elektromiografi (EMG) dan tes konduksi saraf untuk menilai fungsi saraf dan otot.
- Pemeriksaan darah lengkap, gula darah, fungsi ginjal, enzim hati, dan elektrolit untuk menyingkirkan penyebab lain terkait kelumpuhan.
- Magnetic resonance imaging (MRI) untuk mengidentifikasi penyebab lain terkait kelumpuhan, seperti stroke, infeksi batang otak, dan peradangan sumsum tulang belakang.
Pengobatan Guillain-Barré Syndrome (GBS)
Pengobatan sindrom Guillain-Barré bertujuan mengurangi gejala dan mempercepat masa pemulihan. Berikut beberapa pengobatan sindrom Guillain-Barré yang direkomendasikan dokter:
- Pertukaran plasma (plasmapheresis) untuk menghilangkan antibodi tertentu dari darah.
- Imunoterapi (imunoglobulin intravena) untuk menghambat antibodi yang merusak saraf.
- Fisioterapi, terapi wicara, dan terapi okupasi untuk mengembalikan fungsi dan kekuatan otot.
- Perawatan di unit intensif rumah sakit untuk kasus yang berisiko mengancam jiwa, seperti masalah pernapasan dan jantung, kelemahan yang memburuk dengan cepat, dan kesulitan menelanyang parah.
- Pemasangan alat bantu pernapasan mekanik untuk menunjang pernapasan pada kasus gagal napas.
- Pemantauan pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, infeksi, dan pembekuan darah.
- Obat analgesik opioid yang diresepkan oleh dokter sebagai pereda nyeri.
- Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dianjurkan untuk memperbaiki pengecilan otot dan masalah pernapasan. Menghindari konsumsi makanan yang tidak dimasak secara matang dan berpotensi terkontaminasi bakteri C. jejuni.
Pengobatan sindrom ini umumnya melibatkan kolaborasi antar multidisiplin kedokteran bergantung kondisi kesehatan penderita.
Pilihan pengobatan akan didiskusikan oleh dokter bersama penderita atau keluarga.
Penderita Guillain-Barré Syndrome (GBS) yang diobati mempunyai peluang yang lebih besar untuk sembuh setelah 6 bulan.
Kesembuhan GBS bergantung pada berbagai faktor, seperti usia, derajat keparahan penyakit, dan komplikasi.
Beberapa kasus dilaporkan munculnya kelelahan, kesemutan, dan nyeri setelah pemulihan. Pada kasus yang cukup jarang, GBS dapat terjadi secara berulang.
Artikel lainnya: Macam-Macam Penyakit Saraf yang Mungkin Terjadi
PencegahanGuillain-Barre Syndrome (GBS)
Sampai saat ini, upaya pencegahan sindrom Guillain-Barré belum diketahui sepenuhnya. Ini karena penyebab GBS yang juga belum diketahui secara pasti.
Komplikasi Guillain-Barre Syndrome (GBS)
Berikut komplikasi sindrom Guillain-Barré:
- Gagal napas
- Emboli paru
- Tersedak (choking)
- Sepsis
- Gangguan irama jantung (aritmia)
- Serangan jantung
- Ulkus kornea
- Henti jantung
- Nyeri
- Delirium (linglung)
- Depresi
- Retensi urine
- Konstipasi (sembelit)
- Trombosis vena dalam (deep vein thrombosis)
- Ulkus dekubitus
Kapan Harus ke Dokter?
Periksakan diri ke dokter, bila terdapat gejala dan tanda sindrom Guillain-Barré seperti di atas. Segera ke instalasi gawat darurat, bila terdapat salah satu gejala, seperti:
- Kesulitan bernapas
- Kelumpuhan mendadak
- Tersedak
- Kesemutan dan kelemahan pada tungkai yang menjalar ke tubuh bagian atas secara cepat
Jika ada yang ingin ditanyakan seputar obat tidur Kamu bisa menggunakan fitur Tanya Dokter Spesialis Saraf atau buat janji dengan Dokter di aplikasi KlikDokter.
Jangan lupa untuk #JagaSehatmu selalu dengan rutin cek kesehatan Kamu dan keluarga. Pesan layanan pemeriksaan kesehatan bisa dilakukan secara online.
Jika Kamu ingin membeli obat dan suplemen, Kamu bisa beli dengan mudah dan cepat di KALStore. Yuk, download aplikasi KlikDoktersekarang juga!
(APR)
- Leonhard SE, Mandarakas MR, Gondim FA, Bateman K, Ferreira ML, Cornblath DR, van Doorn PA, Dourado ME, Hughes RA, Islam B, Kusunoki S. Diagnosis and management of Guillain–Barré syndrome in ten steps. Nature Reviews Neurology. 2019.
- Nguyen TP, Taylor RS. Guillain Barre Syndrome. StatPearls [Internet]. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532254/ Diakses 19 Oktober 2023.
- Marcus R. What Is Guillain-Barré Syndrome?. JAMA. 2023.
- Centers for Disease Control and Prevention. Guillain-Barré Syndrome and Vaccines. CDC. 2023. https://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/guillain-barre-syndrome.html Diakses 19 Oktober 2023.
- National Cancer Institute. The Peripheral Nervous System. NIH. https://training.seer.cancer.gov/anatomy/nervous/organization/pns.html Diakses 19 Oktober 2023.
- World Health Organization. Guillain-Barré Syndrome. WHO. 2023. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/guillain-barr%C3%A9-syndromeDiakses 19 Oktober 2023.
- Fryman E, Saleem S, Singh A. Guillain-Barré syndrome induced dysautonomia resulting in cardiac arrest. Cureus. 2020.
- Wen P, Wang L, Liu H, Gong L, Ji H, Wu H, Chu W. Risk factors for the severity of Guillain-Barré syndrome and predictors of short-term prognosis of severe Guillain-Barré syndrome. Scientific Reports. 2021.
- Suzuki M, Watanabe G, Watari T. Guillain-Barre Syndrome Caused by Mycoplasma pneumoniae Infection in an Elderly Patient Initially Misdiagnosed As Frailty. Cureus. 2022.
- Girgin NK, İşçimen R, Yılmaz E, Kahveci ŞF, Kutlay O. Guillain-Barré syndrome and human immunodeficiency virus. Turkish Journal of Anaesthesiology and Reanimation. 2014.
- Vellozzi C, Iqbal S, Broder K. Guillain-Barre syndrome, influenza, and influenza vaccination: the epidemiologic evidence. Clinical infectious diseases. 2014.
- Pimentel V, Luchsinger VW, Carvalho GL, Alcará AM, Esper NB, Marinowic D, Zanirati G, da Costa JC. Guillain–Barré syndrome associated with COVID-19: A systematic review. Brain, Behavior, & Immunity-Health. 2023.
- Wei J, Duan S. Severe Guillain–Barré syndrome associated with chronic hepatitis B: A case report and literature review. Medicine. 2021.
- Gowthaman K, Kandaswamy S. Guillain-Barre syndrome associated with Hodgkin’s lymphoma: A case report. Journal of the Neurological Sciences. 2019.
- Bao L, Chen X, Li Q, Zhang R, Shi H, Cui G. Surgery and Guillain-Barré syndrome: a single-center retrospective study focused on clinical and electrophysiological subtypes. Neuropsychiatric Disease and Treatment. 2020.
- Meena AK, Khadilkar SV, Murthy JM. Treatment guidelines for Guillain–Barré syndrome. Annals of Indian Academy of Neurology. 2011.
- Wakerley BR, Yuki N. Risk of Guillain–Barré syndrome from fresh chicken in the United Kingdom. Journal of Acute Medicine. 2016.
- Tetteh-Wayoe E, Duodu F, Pekyi-Boateng PK, Badu NB, Akpalu A, Adjei P. Guillain-Barre syndrome and pulmonary embolism in an adult female with COVID-19 infection in Ghana: A case report. Medicine. 2023.