Usus Buntu
Dokter spesialis | Dokter spesialis bedah |
Gejala | Nyeri perut kanan bawah, mual, muntah, demam |
Faktor risiko | Konstipasi, peradangan usus, tumor colon |
Cara diagnosis | Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah, pemeriksaan urin, USG abdomen, CT scan abdomen |
Pengobatan | Apendektomi, simtomatis |
Obat | NSAID, antipiretik, antibiotik |
Komplikasi | Peritonitis, sepsis |
Kapan harus ke dokter? | Nyeri perut kanan bawah, sulit BAB, sulit buang angin, perut keras seperti papan |
Pengertian Penyakit Usus Buntu
Penyakit usus buntu, atau dalam istilah medis disebut apendisitis, adalah peradangan dari apendiks atau usus buntu. Usus buntu merupakan salah satu bagian dari organ sistem pencernaan, yaitu usus besar.
Bagian ini menonjol dari sisi kanan usus besar yang menyerupai umbai cacing. Sejauh ini, belum diketahui apa fungsi organ usus buntu, karena manusia bisa hidup tanpanya.
Selain itu, penyakit usus buntu bisa dialami oleh segala usia. Namun, kondisi ini paling sering terjadi pada usia 18-35 tahun. Penyakit ini jarang sekali ditemukan pada usia di bawah 2 tahun.
Penyebab Usus Buntu
Penyebab penyakit radang usus buntu berawal dari adanya sumbatan pada usus buntu. Sumbatan ini dapat disebabkan oleh benda asing, tinja, ataupun tumor.
Infeksi dapat pula menyebabkan sumbatan di usus buntu. Mengapa demikian? Sebagai respons alami, usus buntu akan membengkak bila terdapat infeksi di dalam tubuh.
Faktor Risiko Usus Buntu
Seseorang berisiko yang lebih tinggi mengalami apendisitis jika:
- Kurang konsumsi makanan berserat
- Konstipasi kronis
- Infeksi pada saluran cerna
- Peradangan pada usus besar
- Tumor colon (usus besar)
Artikel lainnya: Pantangan Makanan Usus Buntu Setelah Tindakan Operasi
Gejala Penyakit Usus Buntu
Apendisitis dapat terjadi baik dalam kondisi akut (yang membutuhkan tindakan segera) maupun kronis. Namun, secara umum, gejala penyakit usus buntu dapat berupa:
- Rasa tidak nyaman pada perut
- Nyeri pada bagian tengah perut dapat menjalar ke perut kanan bawah
- Sakit perut sebelah kanan bawah
- Mual
- Muntah
- Demam
- Sulit BAB
- Sulit berjalan
- Penurunan nafsu makan
- Sulit buang angin
Selain itu, gejala lain yang dapat timbul adalah:
- Nyeri tumpul atau tajam di area perut atas atau bawah, punggung, atau rektum
- Nyeri saat buang air kecil
- Muntah sebelum nyeri perut muncul
- Diare atau konstipasi
- Kram perut hebat
Jika terjadi gejala-gejala di atas, segera lakukan konsultasi dengan dokter agar dapat ditangani segera dan tepat.
Diagnosis Usus Buntu
Radang usus buntu dapat sulit terdiagnosis, kecuali gejalanya khas. Gejala usus buntu sering kali samar atau mirip dengan keluhan lain yang melibatkan organ pencernaan, saluran kemih, maupun organ reproduksi.
Beratnya gejala juga tergantung dari posisi usus buntu yang dapat berbeda-beda pada setiap orang. Pemeriksaan yang umumnya dilakukan untuk mendiagnosis usus buntu adalah:
- Wawancara medis terkait gejala nyeri perut
- Pemeriksaan fisik perut (khususnya pemeriksaan khas untuk apendisitis)
- Pemeriksaan urine untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih
- Pemeriksaan colok dubur
- Pemeriksaan darah untuk melihat adanya infeksi
- USG dan/atau CT scan untuk melihat apakah usus buntu membengkak
- Tes kehamilan untuk wanita (untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik terganggu)
Apabila diagnosis masih meragukan, ada kemungkinan dokter akan menganjurkan untuk menunggu dan melihat perubahan gejala dalam 24 jam atau observasi.
Artikel lainnya: Mitos dan Fakta Tentang Usus Buntu
Pengobatan Usus Buntu
Jika Anda terdiagnosis mengalami usus buntu, dokter akan memberikan beberapa pengobatan.
1. Memberikan obat pereda nyeri
Orang dengan usus buntu biasanya merasakan gejala nyeri perut ringan hingga parah. Oleh karena itu, pengobatan awal usus buntu umumnya dilakukan dengan pemberian obat. Obat ini bertujuan untuk bantu meredakan gejala nyeri hingga demam.
2. Pemberian antibiotik
Biasanya, dokter juga akan memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi yang terjadi pada kasus tersebut. Apalagi, jika kondisi usus buntu yang sudah parah, umumnya rentan mengalami infeksi bakteri.
3. Operasi usus buntu atau apendektomi
Cara mengobati usus buntu yang utama adalah dengan prosedur operasi pengangkatan usus buntu atau apendektomi. Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko pecahnya usus buntu.
Apendektomi dilakukan oleh dokter spesialis bedah di bawah bius total dengan cara operasi terbuka (laparatomi) atau laparoskopi (prosedur operasi minim sayatan). Namun, laparoskopi tidak dapat dilakukan apabila usus buntu sudah pecah atau muncul kantong kumpulan nanah (abses).
Jika usus buntu telah membentuk abses, akan dilakukan pengeluaran cairan dan nanah disertai pemberian antibiotik. Operasi baru dapat dilakukan beberapa minggu kemudian setelah infeksi teratasi.
Penyembuhan melalui laparoskopi akan lebih cepat dan lebih tidak menimbulkan nyeri. Sebagian besar pasien dapat pulang dalam 24 jam.
Namun, nyeri juga dapat bertahan selama kurang lebih satu minggu. Konstipasi juga dapat dialami. Untuk mengurangi keluhan ini, dianjurkan untuk konsumsi makanan berserat dan minum yang cukup.
Adapun pada laparatomi tanpa komplikasi, sebagian besar pasien dapat pulang setelah 48 jam. Keluhan yang umumnya timbul pascaoperasi laparatomi adalah nyeri dan memar pada luka operasi. Keluhan ini akan membaik seiring waktu.
Obat antinyeri juga dapat digunakan bila perlu. Penyembuhan akan lebih lama bila usus buntu pecah dan menyebabkan peritonitis. Untuk mempercepat penyembuhan luka pascaoperasi, ada beberapa usaha yang bisa Anda lakukan di rumah, seperti:
- Batasi aktivitas selama 3-5 hari pasca-laparoskopi atau 10-14 hari pasca-laparatomi. Selalu konsultasikan kepada dokter yang merawat, mengenai aktivitas apa yang perlu dibatasi dan kapan dapat beraktivitas normal pascaoperasi.
Aktivitas yang berat, seperti olahraga yang intens atau fitness, baru dapat dilakukan setelah 2- 4 minggu pascaoperasi.
- Bila batuk, tertawa, atau bergerak, berikan penekanan pada perut (misalnya dengan menaruh bantal) agar rasa sakit berkurang.
- Mulailah dengan aktivitas fisik yang ringan, misalnya dengan berjalan kaki. Kemudian, tingkatkan secara bertahap ketika tubuh dirasa siap dan mampu.
- Dalam masa penyembuhan pascaoperasi, pasien akan merasa lebih sering mengantuk dari biasanya. Karena itu, segera beristirahat ketika merasa lelah.
Sementara itu, obat yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi pasien dan pertimbangan dokter bedah yang menangani.
Sebelum operasi, pasien akan diberikan obat NSAID untuk meredakan nyeri, antipiretik untuk menurunkan demam, dan antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri.
Pencegahan Usus Buntu
Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah usus buntu:
- Konsumsi makanan tinggi serat (sayur dan buah)
- Penuhi kebutuhan cairan
- Hindari makanan yang memicu peradangan usus
- Segera atasi kondisi konstipasi
- Melakukan screening jika ada anggota keluarga dengan riwayat tumor colon
Artikel lainnya: Pantangan Makanan Usus Buntu Setelah Tindakan Operasi
Komplikasi Usus Buntu
Jika kondisi apendisitis akut tidak ditangani dengan baik dan segera, usus buntu dapat pecah atau mengalami perforasi.
Kondisi ini bisa menyebabkan infeksi meluas hingga ke seluruh organ abdomen (peritonitis) atau perut, bahkan hingga ke seluruh tubuh yang kita sebut dengan sepsis. Kondisi infeksi berat tersebut bisa berujung fatal hingga menyebabkan kematian.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika mengalami ciri-ciri usus buntu di atas, lakukan pemeriksaan ke dokter terdekat untuk dinilai secara langsung. Terlebih, jika sudah tidak bisa BAB maupun buang angin disertai perut keras menyerupai papan. Kondisi ini membutuhkan tindakan segera dan tergolong dalam gawat darurat.
Setelah tindakan operasi, segera hubungi dokter yang merawat bila obat-obat antinyeri tidak membantu. Rasa nyeri yang mengganggu akan membuat tubuh semakin “stres” dan memperlambat proses penyembuhan.
Selama proses penyembuhan, dapat terjadi infeksi pada luka operasi. Saat kondisi tersebut terjadi, segeralah hubungi dokter. Berikut beberapa gejala yang bisa Anda kenali:
- Rasa nyeri dan bengkak yang semakin bertambah pada luka operasi
- Muntah berulang
- Demam tinggi
- Terdapat cairan atau nanah yang keluar dari luka operasi
- Luka operasi terasa hangat atau panas pada perabaan
Jika ada yang ingin ditanyakan tentang obat ini, Kamu bisa menggunakan fitur tanya dokter atau temu dokter di KlikDokter. Jangan lupa untuk #JagaSehatmu selalu dengan rutin cek kesehatan Kamu dan keluarga. Pesan layanan pemeriksaan kesehatan bisa dilakukan secara online.
Jika ingin membeli suplemen dan vitamin, Kamu bisa beli dengan mudah tanpa harus keluar rumah! Yuk, download aplikasi KlikDokter sekarang juga!
[HNS/NM]
- Mayoclinic.com (Appendicitis)
- Medscape (Appendicitis)
- MIMS