Bullying atau perundungan sering kali terjadi di lingkungan kantor, misalnya oleh atasan kepada karyawannya. Bila ini terus-terusan terjadi dan dibiarkan, kesehatan mental karyawan yang menjadi korban bisa terdampak.
Atasan tukang bullying menempatkan karyawan pada posisi yang sulit. Pada satu sisi, tentunya karyawan merasa diperlakukan secara tidak adil. Namun di sisi lain, banyak karyawan yang enggan untuk mengambil tindakan karena takut akan kehilangan pekerjaannya. Bahkan, banyak karyawan yang memutuskan untuk tutup mulut dan menelan perlakuan tersebut bulat-bulat, hingga tak disadari memengaruhi kondisi mentalnya.
Dampak negatif atasan yang suka mem-bully pada kesehatan mental karyawan
Inilah beberapa dampak bullying pada kesehatan karyawan yang menjadi korban.
-
Kecemasan
Karyawan yang kerap di-bully atasannya bisa mengalami kecemasan atau ansietas. Gangguan kesehatan mental yang dapat dialami oleh 8 dari 10 korban bullying mencakup rasa khawatir, gugup, bahkan rasa ngeri.
Pada batas wajar, sebenarnya kecemasan merupakan perasaan yang normal dialami sehari-hari. Namun jika sudah berlebihan, tentunya dapat mengganggu kualitas hidup. Tanda-tandanya bisa berupa terus-terusan merasa gelisah, kecemasan yang tidak terkontrol, sulit berkonsentrasi, hingga mengalami gangguan tidur.
-
Serangan panik
Pada lebih dari setengah karyawan yang menerima perlakuan bullying dari atasannya, bisa muncul serangan panik. Serangan panik masih merupakan bagian dari gangguan kecemasan. Namun pada kondisi ini, muncul perasaan takut atau cemas secara tiba-tiba yang menimbulkan gejala fisik maupun psikis.
Pada gejala fisik misalnya bernapas dengan cepat, keringat berlebihan, gemetaran, mual, pusing, hingga jantung berdebar. Sementara itu, gejala psikis yang bisa dialami adalah sangat ketakutan, sering merasa dalam bahaya, dan keinginan untuk melarikan diri atau menghindari situasi tertentu.
-
Depresi
Selanjutnya, pada hampir 50 persen korban bullying bisa timbul depresi padahal sebelumnya baik-baik saja. Namun pada mereka yang sebelumnya sudah mengalami depresi, kondisi tersebut bisa memburuk. Gangguan ini dapat memengaruhi konsentrasi, motivasi, dan banyak aspek lain yang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Keluhan yang dapat dirasakan antara lain merasa sedih; cemas atau hampa; merasa tidak berarti atau merasa bersalah secara berlebihan; kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai; merasa lelah; sulit berpikir, berkonsentrasi dan mengambil keputusan; perubahan nafsu makan, dan lain-lain.
-
Gangguan stres pasca trauma
Sepertiga karyawan korban perundungan juga dilapokan mengalami keluhan yang berkaitan dengan gangguan stress pasca trauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD). Meski PTSD lebih sering dikaitkan dengan veteran atau korban perang, tetapi korban bullying juga dapat mengalaminya. Karena bagi mereka, pekerjaan dan kantor bagaikan medan perang.
Masalah ini dapat muncul belakangan, dan bahkan bisa tetap dirasakan walau sudah keluar dari situasi bullying. Keluhan yang mungkin terjadi antara lain kilas balik memori yang sangat jelas dan mengganggu mengenai bullying yang pernah dialami, mimpi buruk, kewaspadaan yang berlebihan, dan sebagainya.
Selain berbagai gangguan pada kesehatan mental di atas, masih banyak lagi efek psikologis yang dapat menjerat karyawan korban bullying. Misalnya rasa malu (pelaku sering kali berusaha mempermalukan korban dengan berbagai cara), rasa bersalah akibat membiarkan bullying berlangsung terus-menerus, rasa tak berdaya walaupun sepenuhnya sadar telah diperlakukan dengan tidak adil, dan masih banyak lagi.
Selain merugikan karyawan, ternyata bullying juga merugikan perusahaan. Selain mengakibatkan karyawan tidak dapat bekerja secara maksimal, bullying juga membuat karyawan berperilaku tidak produktif. Misalnya terlambat masuk kantor, berlama-lama saat waktu istirahat, atau kurang berkontribusi terhadap kerja tim.
Perilaku bullying tidak boleh ditoleransi. Bagi karyawan yang kerap menerima perlakuan bullying dari atasan atau dari karyawan lainnya, beranikan diri Anda untuk membela diri, misalnya dengan menghadapinya atau melaporkan perilaku tersebut. Bagi perusahaan, lakukan pelatihan untuk menghindari dan menangani bullying di lingkungan kerja.
(RN)