Hormon reproduksi pria memiliki peran penting dalam mengatur serta merangsang aktivitas sel dan organ pada pria. Begitu pula pada keseluruhan sistem reproduksi pria.
Fungsinya mulai dari menjaga massa tulang, memproduksi sperma, hingga memunculkan dorongan seks.
Adapun empat hormon yang peranannya paling penting dalam sistem reproduksi pria, yaitu testosteron, gonadotropin-releasing hormone, hormon perangsang folikel, dan luteinizing.
Ketahui lebih dalam mengenai keempatnya lewat ulasan berikut ini.
Hormon Testosteron
Bagi pria, hormon testosteron diproduksi di testis. Ovarium pada wanita juga membuat hormon ini, namun dalam jumlah yang lebih kecil.
Testosteron merupakan hormon yang sering dikaitkan sebagai hormon dorongan seks dan memiliki peran yang penting dalam produksi sperma.
Selain itu, hormon ini juga dapat memengaruhi massa tulang dan otot, bagaimana cara pria menyimpan lemak dalam tubuh, serta produksi sel darah merah bagi pria.
Testosteron merupakan hormon terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan normal pria. Meliputi, perkembangan tubuh, rambut wajah, dan fungsi laring yang kemudian mengubah suara pria menjadi lebih berat.
Artikel Lainnya: Kebiasaan yang Bisa Menurunkan Hormon Testosteron Pria
Melansir Andrology Center, hormon testosteron rata-rata pada pria dewasa adalah sekitar 270 hingga 1070 ng/dL (nanogram per desiliter) dengan rata-rata 670 ng/dL.
Kadar testosteron akan memuncak selama masa dewasa awal di usia 20-an dan akan menurun sebesar 1 hingga 2 persen per tahun setelah usia 40 tahun.
Rendahnya kadar hormon testosteron pria dapat memunculkan beberapa gejala, seperti:
- Menurunnya gairah seks.
- Memiliki energi yang lebih sedikit.
- Berat badan yang bertambah.
- Depresi atau murung.
- Merasa rendah diri.
- Rambut yang tumbuh lebih sedikit.
- Tulang yang semakin mudah keropos.
Produksi hormon testosteron dapat secara alami berkurang seiring bertambahnya usia. Beberapa faktor lain juga dapat menyebabkan kadar hormon turun, seperti:
- Terjangkit penyakit AIDS.
- Memiliki penyakit ginjal.
- Sering mengonsumsi alkohol.
- Memiliki riwayat sirosis hati.
Adanya cedera pada testis dan pengobatan kanker seperti radiasi atau kemoterapi, dapat berdampak negatif pula pada produksi testosteron.
Artikel Lainnya: Benarkah Pria Bisa Tidak Memiliki Bulu di Tubuhnya?
Gonadotropin-releasing hormone (GnRH)
Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) merupakan hormon yang diproduksi dari sel-sel di hipotalamus.
Setelah itu, hormon akan dilepaskan ke pembuluh darah kecil yang membawa hormon menuju kelenjar pituitari (organ kecil di bawah otak).
Hormon ini juga yang merangsang kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon luteinizing (LH) dan Hormon Perangsang Folikel (FSH). Kedua hormon ini sangat penting untuk kesehatan reproduksi pria.
Saat masih anak-anak kadar GnRH rendah dan saat pubertas, kadar GnRH mulai meningkat.
Ketika testis telah berkembang sepenuhnya, produksi GnRH, LH, dan FSH akan dikendalikan oleh kadar testosteron.
Pada pria, GnRH akan merangsang produksi LH dari kelenjar pituitari. LH akan menempel pada sel reseptor di testis yang memulai produksi sel sperma.
Penelitian masih terus dilakukan untuk mengetahui efek samping jika terlalu banyak memiliki GnRH.
Pada kasus yang jarang terjadi, tumor hipofisis dapat berkembang dan meningkatkan produksi gonadotropin. Ini akan menyebabkan tubuh memproduksi testosteron dan estrogen secara berlebihan.
Sementara saat kadar GnRH terlalu rendah, seseorang kemungkinan tidak akan memulai masa pubertasnya.
Sindrom Kallman merupakan kondisi ketika kadar gonadotropin rendah akibat jumlah GnRH yang tidak memadai. Kondisi ini sering terjadi pada pria dengan ciri lain, seperti penurunan indra penciuman.
Sindrom Kallman juga dapat menghentikan produksi FSH dan LH secara teratur. Kondisi ini dapat menyebabkan hilangnya produksi sperma pada pria.
Artikel Lainnya: Awas, Kadar Estrogen Tinggi pada Pria Rentan Picu Migrain!
Hormon Perangsang Folikel (FSH)
Hormon perangsang folikel atau FSH merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari di otak.
Pada pria, hormon ini dapat merangsang pertumbuhan testis dan membantu menghasilkan protein yang berperan penting dalam kesuburan pria.
Caranya adalah dengan membantu pembentukan sel sperma normal dan mempertahankannya sampai siap dilepaskan.
Dengan kadar FSH yang tidak normal, sulit untuk membuat sperma normal dan akan berdampak pada kesuburan pria.
Kadar hormon FSH dapat dideteksi menggunakan tes darah sederhana. Melansir dari Path Fertility, tingkat FSH normal pada pria dewasa umumnya 1,5 hingga 12,4 mIU/mL (mili-International Unit per mililiter).
Namun, angka tersebut mungkin saja berbeda pada tiap hasil laboratorium, karena standar pengujian beberapa lab berbeda.
Kasus yang sering terjadi adalah kadar FSH terlalu tinggi dan disebabkan oleh kondisi berikut:
- Adanya kerusakan pada testis (akibat radiasi, trauma, atau penyalahgunaan alkohol).
- Masalah genetik.
- Berusia lanjut.
- Gangguan hormonal.
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu (seperti obat nyeri atau steroid).
- Memiliki penyakit HIV/AIDS atau diabetes tipe 2.
- Tumor kelenjar pituitari (jarang terjadi).
Terkait kadar FSH yang terlalu rendah masih dianggap tidak umum bagi pria, sehingga pengaruhnya tidak begitu tampak.
Artikel Lainnya: Inilah yang Terjadi Ketika Seorang Pria Kehilangan Penis
Hormon Luteinizing (LH)
Layaknya FSH, hormon Luteinizing (LH) merupakan hormon yang diproduksi dan dilepaskan di kelenjar pituitari.
Hormon ini juga dikenal sebagai hormon gonadotropin karena perannya dalam mengontrol fungsi testis pada pria.
Menurut dr. Dyah Novita Anggraini, hormon LH berperan dalam produksi testosteron. Merangsang produksi hormon testosteron dari sel Leydig di testis.
Kemudian, testosteron pun akan merangsang produksi sperma dan membantu menonjolkan karakteristik pria, seperti suara yang berat dan pertumbuhan rambut wajah.
Namun, terlalu tinggi kadar LH juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Ditambahkan dr. Dyah, “Orang yang memiliki kadar hormon luteinizing tinggi dapat mengalami gangguan pada fungsi testis dan gangguan kesuburan.”
Tingginya kadar LH disebabkan oleh kondisi genetik, seperti sindrom turner atau sindrom klinefelter. Orang dengan kondisi ini umumnya tidak dapat bereproduksi.
Rendahnya kadar hormon luteinizing yang rendah pun dapat menyebabkan masalah. Melansir Hormone Health Network, salah satunya dapat menyebabkan kemandulan.
Terlalu sedikitnya hormon ini pada pria juga berpengaruh pada berkurangnya sekresi gonadotropin-releasing hormone (GnRH).
Seperti itulah penjelasan mengenai beberapa jenis dan fungsi hormon yang terdapat pada sistem reproduksi pria.
Hormon-hormon ini saling berkaitan, sehingga masalah di antara salah satunya dapat menyebabkan gangguan kesuburan dan gangguan fungsi testis.
Hubungi dokter langsung dari ponsel Anda terkait masalah kesehatan yang dialami lewat fitur LiveChat 24 jam di aplikasi KlikDokter.
(PUT/AYU)
Referensi:
Wawancara dr. Dyah Novita Anggraini,
Cleveland Clinic. Diakses 2021. Male Reproductive System.
Healthline. Diakses 2021. What is Testosterone?
Andrology Center. Diakses Desember 2021. Hormones in the Male Reproductive System – Testosterone.
Hormone Health Network. Diakses Desember 2021. GnRH.
Path Fertility. Diakses Desember 2021. How do FSH Levels Affect Fertility?
Hormone Health Network. Diakses Desember 2021. What is Luteinizing Hormone?