Bagi yang belum tahu apa itu puasa intermiten, puasa ini merupakan metode pengaturan pola makan dengan cara berpuasa selama beberapa waktu. Menurut dr. Devia Irine Putri dari KlikDokter, yang membedakan puasa intermiten dengan puasa Ramadan adalah Anda masih boleh mengonsumsi minuman saat melakukan diet tersebut. Selain itu, tidak adanya batasan jenis makanan membuat puasa ini digemari oleh sebagian orang.
Meski terlihat mudah dan simpel karena hanya menekankan pada pengaturan waktu makan, tapi yang namanya diet pasti ada godaan tersendiri untuk berhenti di tengah jalan. Selain itu, dr. Melyarna Putri dari KlikDokter pun sempat mengatakan bahwa puasa intermiten pada dasarnya bukan untuk dilakukan semua orang, terutama ibu hamil dan menyusui, diabetes, tekanan darah rendah, riwayat gangguan makan, dan orang yang sedang mengonsumsi obat-obatan. Bahkan, bila tak cocok, diet ini juga bisa menurunkan suasana hati!
Nah, tapi bagi Anda yang cocok-cocok saja dengan puasa intermiten dan tidak mengalami kondisi fisik tertentu yang mengharuskan Anda menghindari diet ini, berikut ada 7 strategi cerdas yang dilansir dari Livestrong.com, agar Anda bisa melakukan puasa intermiten dengan lancar dan mencapai target.
- Jaga porsi makan Anda saat waktu makan tiba. Meski Anda sudah puasa selama 18 jam, bukan berarti Anda bisa menyantap makanan dalam jumlah besar, lo Sebab, langsung makan berat berlebihan pasca puasa justru bisa membuat usaha puasa Anda sia-sia.
Adanya masalah pencernaan dan penambahan lemak bisa timbul bila Anda melakukan hal tersebut. Jadi, saat waktu makan tiba, tetap atur porsinya, sebisa mungkin perbanyak sayur-sayuran, dan jika ingin makan daging, pilihlah yang tanpa lemak, ya.
- Jangan melakukan kegiatan yang memicu “batal” puasa. Sama halnya seperti puasa Ramadan, sebaiknya hindari pergi berbelanja, khususnya supermarket dan tempat makan lainnya saat Anda puasa. Selain itu, hindari terlalu banyak merenung supaya otak Anda tidak dipenuhi fantasi-fantasi makanan enak sehingga memicu keinginan mencuri-curi waktu makan.
- Seimbangkan kadar kortisol dengan tidak terlalu stres. Tekanan dan stres akan meningkatkan hormon kortisol Anda. Nah, ketika hormon kortisol naik, keinginan untuk makan pun ikut naik sehingga bisa membatalkan usaha Anda. Kelola stres dengan cara melakukan yoga, menonton serial televisi kesukaan, baca komik lucu, hingga olah pernapasan dalam meditasi agar kondisi psikis Anda lebih stabil.
- Jangan minum kopi berlebihan! Sangat dipahami bahwa puasa dalam bentuk apa pun pasti bikin Anda lemas dan mengantuk. Meski begitu, “doping” kopi tidak dibenarkan dalam hal ini. Asupan kafein berlebihan justru akan membuat Anda gelisah dan semakin meningkatkan hormon kortisol Anda. Jadi, bila ingin minum secangkir kopi saat puasa intermiten, sebaiknya lakukan di pagi hari saja, ya!
- Ganti kopi dengan teh hijau. Jika Anda benar-benar butuh asupan kafein agar bisa fokus dan semangat bekerja selagi puasa, cobalah ganti kopi dengan teh hijau. Teh hijau juga mengandung kafein (meski tak sebanyak kopi) dan EGCG dalam teh hijau dapat membantu pembakaran lemak. Sedangkan kandungan theanine-nya membantu menenangkan Anda.
- Bila perlu, seduh bubuk serat. Untuk menekan lapar, Anda diperbolehkan untuk menyeduh 1 sdt bubuk serat tiap dua jam sekali. Serat itu sendiri dapat menyeimbangkan kadar gula darah dan menekan nafsu makan Anda.
- Lewatkan makan malam, tapi jangan lupakan sarapan. Sarapan menentukan kualitas metabolisme Anda di hari itu. Terlalu banyak orang yang melewatkan sarapan sehingga membuat mereka “mengidam”. Akibatnya mereka jadi makan berlebih di siang atau malam hari, atau bahkan merasa kelelahan. Nah, ketimbang tidak sarapan, lebih baik Anda menghindari makan malam.
Puasa intermiten memang bisa dilakukan oleh Anda yang ingin fokus pada penurunan berat badan tanpa harus terlalu memusingkan jenis makanan. Nah, agar puasanya lancar dan bisa mencapai target, Anda bisa melakukan beberapa strategi di atas dengan konsisten.
Meski demikian Anda perlu ingat, lakukan puasa intermiten hanya bila Anda tidak memiliki penyakit tertentu, tidak hamil dan menyusui, serta tidak sedang minum obat-obatan. Bila Anda memaksakan diri, bukannya manfaat positif yang Anda dapat, malah Anda berisiko mengalami gangguan kesehatan.
[RVS]