Tubuh indah dan langsing adalah impian sebagian besar orang. Tak jarang, banyak orang bersedia merogoh kocek lebih dalam demi hasil yang lebih cepat. Salah satu yang dijadikan pilihan adalah sedot lemak.
Seperti yang baru-baru ini terjadi, seorang selebgram, Ella Nanda, meninggal dunia usai menjalani prosedur sedot lemak di sebuah klinik kecantikan yang berada di Depok, Jawa Barat.
Kejadian ini kembali menyoroti risiko besar yang mengintai di balik prosedur kosmetik yang populer ini. Sedot lemak atau liposuction merupakan salah satu “jalan pintas” menuju bentuk tubuh ideal.
Namun, sebelum melakukannya, Kamu perlu tahu risiko sedot lemak yang dapat timbul. Simak di sini mengenai risiko sedot lemak
Prosedur Sedot Lemak
Sedot lemak adalah salah satu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk membuang lemak yang sulit dikurangi melalui diet dan olahraga. Tindakan ini termasuk ke dalam tindakan kosmetik dan biasanya dilakukan oleh dokter bedah plastik.
Tak semua orang boleh melakukan liposuction karena ada beberapa prosedur sedot lemak yang harus dipenuhi, yaitu:
- Orang dewasa yang berat badannya berada di kisaran 30% dari berat ideal dan memiliki kulit yang elastis dan kekuatan otot yang baik.
- Tidak memiliki penyakit kronis tertentu yang dapat menghambat proses penyembuhan.
- Bukan perokok.
Artikel lainnya: Risiko di Balik Sedot Lemak yang Perlu Anda Tahu
Dokter biasanya tidak akan merekomendasikan tindakan sedot lemak pada mereka yang memiliki gangguan jantung, masalah aliran darah, diabetes mellitus, dan daya tahan tubuh yang lemah. Pasalnya, kondisi-kondisi tersebut akan meningkatkan risiko terjadinya efek samping sedot lemak.
Tindakan liposuction dapat dilakukan dalam beberapa teknik. Teknik yang paling sering adalah dengan menggunakan alat kecil yang disebut kanula dan dimasukkan dalam tubuh melalui sebuah sayatan kecil. Kanula terhubung dengan vakum untuk menyedot lemak dari daerah tersebut.
Efek Samping dan Risiko Sedot Lemak
Layaknya tindakan kedokteran yang lain, sedot lemak pun memiliki sejumlah risiko. Beberapa risiko liposuction yang dapat terjadi, antara lain:
1. Pendarahan saat tindakan
Pada umumnya tindakan sedot lemak tidak menimbulkan banyak perdarahan. Akan tetapi, tercatat sebanyak 2,5% pasien yang menjalani tindakan liposuction mengalami kehilangan darah yang cukup signifikan dan memerlukan transfusi.
Artikel lainnya: Sedot Lemak untuk Atasi Pipi Tembam, Efektifkah?
2. Hipotermia
Salah satu risiko sedot lemak yang lain adalah penurunan suhu tubuh atau hipotermia. Hipotermia adalah kondisi suhu inti tubuh kurang dari 35 derajat celcius. Kondisi ini dapat menimbulkan sejumlah komplikasi lain, seperti gangguan jantung, infeksi, penyembuhan yang lambat.
3. Bengkak dan lebam di bagian sayatan
Bengkak adalah salah satu efek samping sedot lemak yang paling umum dan sering terjadi. Bengkak tersebut biasanya juga disertai lebam. Fenomena ini merupakan reaksi normal dari jaringan tubuh manusia terhadap tindakan pembedahan.
Bengkak biasanya muncul dalam 24-48 jam setelah tindakan, menetap atau meningkat dalam 10-14 hari, dan akan berangsur berkurang tanpa tanda peradangan apa pun.
4. Infeksi
Semua tindakan kedokteran memiliki risiko infeksi, termasuk liposuction. Gejalanya adalah demam disertai nyeri di bagian sayatan.
Selain pada pasien yang memang memiliki faktor risiko seperti diabetes, infeksi juga dapat timbul karena buruknya perawatan luka bekas operasi. Bila tidak ditangani dengan baik, infeksi dapat menjadi masalah serius.
Artikel lainnya: Beginilah Prosedur Sedot Lemak pada Lansia
5. Kerusakan kulit
Risiko sedot lemak lainnya adalah kerusakan kulit terutama kulit di atas luka bekas sedot lemak. Jaringan kulit di daerah tersebut dapat mengalami nekrosis atau kematian jaringan yang ditandai dengan kulit terlihat menghitam dan terasa nyeri.
Kondisi ini paling sering terjadi pada pasien dengan kebiasaan merokok. Selain itu, bekas luka seperti keloid juga bisa saja muncul.
6. Kerusakan saraf
Salah satu efek samping sedot lemak adalah gangguan sensori atau hipestesi. Pasien akan merasa baal di daerah tindakan. Kondisi ini biasanya akan berangsur membaik seiring berjalannya waktu.
7. Emboli lemak
Tindakan liposuction juga meningkatkan risiko terjadinya pelepasan lemak dan masuk ke dalam pembuluh darah. Lemak tersebut dapat menyumbat pembuluh darah di berbagai organ tubuh seperti paru, jantung, dan otak.
8. Penumpukan cairan
Salah satu risiko yang sering terjadi setelah prosedur sedot lemak adalah pembentukan seroma. Seroma adalah kumpulan cairan bening yang terbentuk di bawah kulit pada area yang baru saja disedot lemak.
Cairan ini merupakan respons alami tubuh terhadap trauma yang terjadi selama prosedur. Proses penyembuhan setelah sedot lemak memicu peradangan. Peradangan ini bisa menyebabkan tubuh menghasilkan lebih banyak cairan.
Tentu tidak semua orang yang menjalani liposuction pasti akan mengalami berbagai kondisi di atas. Akan tetapi, beragam risiko sedot lemak tersebut bisa terjadi pada siapa pun. Karena itu, pastikan Kamu selalu berkonsultasi dengan dokter ahli mengenai tindakan yang akan diambil.
Bila Kamu memutuskan untuk melakukan tindakan liposuction, pastikan pula prosedur tersebut dikerjakan oleh tenaga ahli yang profesional. Kamu juga dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai prosedur sedot lemak lewat aplikasi KlikDokter.