Hampir setiap orang suka makanan digoreng. Kalau gorengan, seperti tahu, bakwan, tempe, dan pisang goreng mungkin masih bisa dihindari. Namun, siapa yang bisa menolak ayam goreng, ikan lele goreng, dan gepuk goreng? Menghindarinya sama sekali rasanya tidak mungkin. Untuk itu, Anda harus pintar-pintar menyiasati agar makan gorengan tidak berbuah kolesterol.
Sama-sama goreng, namun ada yang bersifat lebih “jahat”
Dalam terminologi bahasa Inggris, ada tiga jenis definisi “goreng”: deep frying, shallow frying, dan saute. Jenis deep frying ini tergolong berbahaya.
Cara memasak deep frying adalah dengan “merendam” makanan dalam minyak yang dipanaskan dengan suhu tinggi, seperti menggoreng ayam goreng, kentang goreng, dan lainnya. Melalui cara memasak ini, apapu jenis minyaknya, dari yang murah hingga yang mahal seperti canola dan olive oil sama-sama berubah sifat menjadi buruk untuk tubuh.
Saute lebih ke arah menumis, contohnya membuat nasi goreng atau tumis sayuran. Sedangkan, shallow frying menggoreng dengan sebagian sisi makanan yang terendam minyak kemudian membalik makanan untuk memanaskan sisi satunya, misalnya menggoreng telur dadar. Jenis memasak ini juga kurang bagus, namun lebih baik dibandingkan deep frying.
Menggoreng pasti menggunakan minyak. Memasak dengan menggoreng akan menambahkan kalori dari bahan makanan yang digoreng. Makanan yang digoreng akan jauh berbeda kalorinya bila dibandingkan dengan makanan yang dikukus atau direbus. Perlu diketahui bahwa minyak merupakan sumber lemak. Lemak sendiri ada yang bersifat “baik”, namun ada pula yang bersifat “jahat”.
Sumber lemak “jahat” dari makanan
Secara umum terdapat dua jenis bentuk lemak yang “jahat”, yaitu saturated fatty acid (SAFA/asam lemak jenuh) dan lemak trans. Ketika suatu bahan makanan diolah dengan cara deep frying, lemak yang dikandung oleh bahan makanan itu akan berubah menjadi SAFA dan lemak trans. Hal inilah yang menyebabkan mengapa gorengan itu berbahaya.
Sumber bahan makanan di alam umumnya sangat sedikit yang mengandung lemak trans. Biasanya lemak trans terdapat di sumber makanan lemak olahan seperti mentega dan margarin. Mirip dengan makanan yang digoreng, mentega dan margarin dibuat dengan proses pemanasan suhu tinggi.
SAFA juga bersifat buruk untuk tubuh. Bahan makanan sumber SAFA dapat ditemukan pada gajih atau lemak hewan seperti sapi, babi, kambing, serta makanan olahan daging seperti sosis, piza, dan hamburger.
Bila banyak mengonsumsi SAFA dan lemak trans, maka akan meningkatkan kolesterol “jahat” di dalam tubuh(LDL) serta menurunkan kolesterol “baik”(HDL). Kadar LDL yang tinggi serta HDL yang rendah akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Trik makan gorengan tanpa meningkatkan kolesterol jahat
Kuncinya adalah pada proses memasaknya. Bila ingin tetap kriuk, ada teknik baru yang namanya “air fryers”. Pada teknik ini, sensasi kriuk tetap didapatkan tanpa proses merendam di dalam minyak. Sayangnya mesin ini lumayan mahal hingga jutaan rupiah. Bila tidak memiliki mesin jenis ini, sebaiknya hanya makan makanan yang ditumis.
Makan gorengan memang enak namun bisa menimbulkan gangguan kesehatan, mulai dari naiknya kolesterol hingga penyakit jantung. Jadi mau tidak mau memang harus disiasati. Namun, mengingat hampir tidak ada restoran di Indonesia yang sudah menggunakan mesin “air fryers”, lebih baik Anda menghindari makanan yang digoreng. Jika masih sulit, jangan konsumsi makanan yang digoreng terlalu sering agar kesehatan Anda selalu terjaga.
[RS/ RVS]