Sejak lahir, bayi wajib menerima imunisasi untuk mencegahnya tertular penyakit. Ini karena daya tahan tubuhnya belum berkembang sempurna.
Selain imunisasi wajib, setiap anak disarankan untuk melakukan imunisasi tambahan guna meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya.
Sekadar mengingatkan, imunisasi tambahan beda dengan imunisasi ulangan atau lanjutan.
Imunisasi lanjutan adalah tindakan lanjutan dari imunisasi dasar, dengan tujuan untuk memperpanjang masa perlindungan. Sedangkan, imunisasi tambahan diberikan untuk melindungi anak dari penyakit tertentu.
Memang, imunisasi tambahan sifatnya tak wajib, karena tidak semua daerah punya akses mudah terhadap beberapa jenis vaksin dan harganya yang relatif lebih mahal.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan dua belas imunisasi tambahan yang perlu dilakukan, yaitu:
1. Pneumokokus (PCV)
Vaksin PCV disarankan karena dapat mencegah infeksi bakteri pneumokokus yang dapat menyebabkan meningitis, radang telinga, pneumonia, dan bakterimia.
Sebagai tambahan, vaksin PCV bisa mulai diberikan pada usia 2, 4, 6, dan antara usia 12-15 bulan.
Artikel Lainnya: Anak Terlambat Imunisasi, Bahayakah?
2. Rotavirus
Penyebab diare yang paling sering pada anak-anak adalah rotavirus. Inilah kenapa vaksin rotavirus dianjurkan, yang dapat diberikan mulai usia anak 2 bulan.
Termasuk penyakit yang paling sering menjangkiti masyarakat sepanjang tahun, anak yang mulai menginjak usia 6 bulan bisa mendapatkan vaksin influenza, dan perlu diulang setiap tahun.
3. MMR
Vaksin MMR (measles, mumps, rubella) diberikan untuk mencegah penyakit gondongan, campak, dan campak Jerman.
Vaksin ini bisa diberikan pada anak yang berusia 15-18 bulan, dengan catatan adanya jarak satu bulan antara imunisasi lainnya, dan minimal enam bulan dengan imunisasi campak.
Artikel lainnya: Yuk, Ketahui Jarak dan Jadwal Imunisasi Anak
4. Varisela
Salah satu imunisasi tambahan yang perlu diberikan kepada anak adalah varisela atau cacar air.
Meski bukan penyakit yang mengancam jiwa, tetapi penularan cacar air sangat mudah dan cepat. Itu sebabnya, anak sangat direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin ini.
Vaksin varisela bisa diberikan pada anak di atas usia 1 tahun.
5. Hepatitis A
Seperti namanya, virus ini menyebabkan hepatitis A, yang mana sebagian besar pengidapnya adalah anak-anak.
Hepatitis A bisa sembuh dengan sendirinya dan lebih ringan dibandingkan dengan jenis hepatitis lainnya. Namun, pada beberapa kasus, hepatitis A dapat menyebabkan kekambuhan.
Pemberian vaksin hepatitis A pada anak sangat dianjurkan setidaknya ketika anak sudah menginjak usia 2 tahun. Ini diberikan dua kali dengan jarak tiap 6 bulan hingga 1 tahun sekali.
6. Tifoid
Tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Tanda dan gejalanya berupa demam, mual, muntah, gangguan buang air besar, tidak nafsu makan, badan lemas, dan kadang disertai dengan munculnya ruam.
Penyakit tifoid dapat memicu komplikasi, seperti perforasi usus, kejang, ensefalopati, hingga syok.
Vaksin tifoid ditujukan untuk anak-anak usia sekolah, meski sebetulnya sudah bisa diberikan sejak usia anak 2 tahun dan diulang tiap 3 tahun.
7. HPV
Vaksin human papillomavirus (HPV) bertujuan untuk mencegah infeksi akibat HPV seperti kutil kelamin dan mencegah kanker serviks.
Tak hanya anak perempuan, anak laki-laki juga bisa mendapatkan vaksin HPV mulai usia 10 tahun.
Artikel lainnya: Imunisasi dan Vaksinasi, Sama atau Beda?
8. Japanese Encephalitis (JE)
Imunisasi tambahan berikutnya yang perlu diberikan kepada anak adalah Japanese encephalitis (JE). JE adalah radang otak akibat virus yang ditularkan lewat gigitan nyamuk.
Tanda dan gejala penyakit ini meliputi demam tinggi, sakit kepala, gangguan bicara atau berjalan, muntah, diare, hingga penurunan kesadaran.
Imunisasi JE mulai diberikan pada anak usia 1 tahun dan perlu diulang 1-2 tahun berikutnya.
9. Influenza
Imunisasi influenza sangat baik dilakukan pada bayi berusia 6 bulan ke atas. Vaksin perlu diberikan setiap tahun sekali tanpa jadwal yang tetap.
Vaksin ini dapat memberikan perlindungan anak terhadap penyakit flu yang menyerang sistem pernapasan atas.
10. Hib
Imunisasi tambahan ini bertujuan untuk melindungi tubuh dari virus Haemophilus influenzae. Dapat diberikan pada usia 2, 4, 6 dan usia 15-18 bulan.
Virus ini dapat menyebabkan penyakit radang selaput otak, infeksi paru atau infeksi pada pita suara.
11. DPT
Imunisasi DPT terdiri dari vaksin terhadap bakteri difteri, pertusis, dan tetanus. Imunisasi ini sebenarnya termasuk imunisasi wajib yang dilakukan sebanyak 5 kali.
Namun, pada usia 10-12 tahun, anak Anda boleh mendapatkan booster Td atau Tdap. Kemudian diulangi setiap 10 tahun.
12. Hepatitis B
Umumnya bayi mendapatkan vaksin hepatitis B sebanyak empat kali sampai usia 6 bulan.
Tetapi, saat remaja hingga dewasa, apabila terdapat risiko yang besar (misalnya tenaga medis) disarankan untuk melakukan booster hepatitis B.
Meskipun tidak termasuk imunisasi dasar wajib untuk anak, tetapi imunisasi tambahan di atas perlu orang tua pertimbangkan.
Tujuannya tentu saja agar sistem kekebalan tubuh anak semakin aktif, dan itu bisa mencegahnya terkena suatu penyakit berat berikut komplikasinya. Untuk lebih jelasnya, konsultasikan dengan dokter spesialis anak.
Baca artikel kesehatan menarik lainnya di aplikasi KlikDokter. Untuk konsultasi dengan dokter, bisa melalui fitur Live Chat 24 jam. Anda juga dapat mengecek jadwal imunisasi anak di Kalender Imunisasi.
[RS]