Oleh: dr. Sophia B. Hage
KLIKDOKTER.COM - Tanggal 9 September kita memperingati Hari Olahraga Nasional. Tanggal tersebut dicanangkan karena merupakan hari Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama yang diselenggarakan Indonesia, yaitu pada tanggal 9-12 September 1948 di Surakarta. Ternyata bukan hanya Indonesia yang memperingati hari olahraga. Tahun ini, Vuk Jeremic, presiden majelis umum PBB mengumumkan bahwa telah dikeluarkan sebuah resolusi yang menetapkan tanggal 6 April sebagai hari internasional olahraga untuk pembangunan dan perdamaian.
Sebelumnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa olahraga memiliki kekuatan mengubah suatu bangsa; mampu menginspirasi, menyatukan dan meruntuhkan hambatan/rintangan sosial dan ras, bahkan menumbuhkan kualitas-kualitas seperti rasa hormat, keadilan, dan ketekunan. Apakah pernyataan ini terlalu hiperbolis atau justru suatu gol yang dapat dicapai?
Meskipun pernyataan-pernyataan tersebut terdengar muluk, akan tetapi sebenarnya hal ini bukan hal yang tidak pernah dilakukan. Beberapa contoh yang sudah dilakukan di berbagai penjuru dunia adalah:
-
Parivartan adalah sebuah proyek di Mumbai, India yang sasarannya adalah anak laki-laki dan laki-laki muda. Proyek ini bertujuan untuk mengurangi angka kekerasan terhadap perempuan dengan meningkatkan peran olahraga cricket. Proyek International Centre for Research on Women (ICRW) yang berjalan dari tahun 2008 ini menggunakan peran pelatih cricket yang seringkali menjadi tokoh panutan bagi anak laki-laki untuk mengedukasi anak-anak usia 10-16 tahun mengenai pentingnya menghindari perilaku diskriminatif terhadap perempuan. Meskipun terdengar muluk, ternyata proyek ini menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari adanya perbaikan pada perilaku peserta proyek terhadap kaum perempuan.
Di pusat pengungsian Zaatari di sebelah utara Jordan, sepakbola digunakan untuk mengajarkan anak-anak Siria tentang bahaya ranjau darat dan juga untuk memberikan rasa familiaritas dalam keseharian mereka yang hidup di tempat pengungsian.
Sebuah proyek yang didukung penuh oleh AusAid di Fiji menggunakan olahraga rugby untuk membantu mengubah persepsi masyarakat terhadap orang-orang difabel atau yang memiliki disabilitas tertentu.
Apabila kita berbicara tentang olahraga, sebenarnya ada dua sisi dari dunia olahraga ini, yaitu olahraga untuk prestasi dan olahraga untuk masyarakat umum. Olahraga untuk prestasi adalah olahraga kompetitif, melibatkan populasi atlet baik amatir maupun profesional dan mencakup petandingan seperti pekan olahraga dan olimpiade. Sedangkan olahraga masyarakat adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat umum, biasanya untuk rekreasi atau sebagai bagian dari gaya hidup aktif. Selama ini yang dikaitkan dengan pembangunan dan perdamaian adalah olahraga prestasi, melalui pelaksanaan pertandingan antar negara seperti olimpiade dan SEA Games. Akan tetapi seperti yang dicontohkan di atas, ternyata olahraga masyarakat pun dapat memberikan efek yang bermanfaat bagi masyarakat yang dapat mengarah ke pembangunan suatu negara.
Tentunya dari sisi medis, olahraga bermanfaat besar terhadap kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Dari segi fisik, tubuh akan lebih bugar dan risiko penyakit metabolik akan menurun, bahkan risiko kematian akibat penyakit tidak menular akan menurun sebanyak 40%. Selain itu, ketika berolahraga tubuh kita akan mengeluaran hormon endorfin yang akan membuat kita merasa senang dan bahagia. Olahraga bahkan dikatakan dapat menurunkan angka depresi sama efektifnya dengan obat-obatan atau terapi perilaku.
Oleh sebab itu, mari kita peringati Hari Olahraga Nasional dengan memasyarakatkan olahraga. Jadikan olahraga sebuah kebiasaan di keluarga Anda dan gunakan kesempatan ini untuk menanamkan nilai-nilai yang positif bagi generasi muda. Salam olahraga![](SH)