Berita Kesehatan

Mengenal Virus Oropouche yang Akibatkan Kematian di Brasil

Virus Oropouche merebak di Brasil. Pahami lebih dalam tentang penyebab, gejala, dan cara mencegah virus ini. Dr. Dyah Novita Anggraini akan memberikan informasi terkini dan akurat.

Mengenal Virus Oropouche yang Akibatkan Kematian di Brasil

Pada tahun 2024, Brasil mengalami lonjakan kasus virus Oropouche, dengan lebih dari 7.000 orang terinfeksi dan satu kematian yang telah dilaporkan.

Virus ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi masyarakat dan pemerintah Brasil karena penyebarannya yang cepat dan gejala yang ditimbulkannya.

Dalam artikel ini, dr. Dyah Novita Anggraini akan mengupas tuntas mengenai sejarah virus Oropouche, penyebab, gejala, penularan, pengobatan, serta cara pencegahannya.

Artikel lainnya: 5 Ciri Nyamuk Aedes Aegypti yang Bisa Sebabkan DBD

Sejarah Oropouche

Virus Oropouche pertama kali diidentifikasi pada tahun 1955 di Trinidad dan Tobago. Nama virus ini diambil dari daerah Oropouche di Trinidad, tempat virus ini pertama kali ditemukan.

Virus ini termasuk dalam famili Peribunyaviridae dan genus Orthobunyavirus. Sejak penemuannya, virus Oropouche telah menjadi salah satu penyebab utama wabah demam akut di wilayah Amerika Selatan dan Tengah, terutama di daerah tropis.

Dalam beberapa dekade terakhir, kasus infeksi virus Oropouche meningkat secara signifikan di Brasil, Peru, Panama, dan negara-negara lain di Amerika Latin.

Wabah besar tercatat terjadi di Brasil pada tahun 1960-an dan 1980-an, dengan ribuan orang terinfeksi. Sejak saat itu, virus ini menjadi perhatian utama bagi otoritas kesehatan di wilayah tersebut.

Penyebab Oropouche

Virus Oropouche ditularkan terutama melalui gigitan serangga vektor, khususnya nyamuk Culicoides paraensis. Nyamuk ini biasanya berkembang biak di daerah berawa, hutan hujan tropis, dan dekat permukiman manusia.

Selain nyamuk, virus ini juga ditemukan pada hewan seperti monyet dan burung, yang dapat menjadi reservoir alami bagi virus ini. Virus Oropouche merupakan virus RNA dengan tiga segmen genom yang mengkode protein-protein yang penting untuk replikasi dan virulensi virus.

Struktur genom yang unik ini memungkinkan virus untuk bereplikasi dengan cepat di dalam sel inang dan menyebabkan gejala penyakit yang parah.

Artikel lainnya: Mengenal Nyamuk Wolbachia yang Bisa Cegah Penularan DBD

Gejala Oropouche

Infeksi virus Oropouche biasanya ditandai dengan gejala demam akut yang muncul tiba-tiba. Berikut adalah beberapa gejala umum dari infeksi virus Oropouche:

  • Demam tinggi: Penderita biasanya mengalami demam yang mencapai 39-40 derajat Celsius.
  • Sakit kepala: Sakit kepala yang parah sering kali menjadi gejala awal infeksi.
  • Nyeri otot dan sendi: Nyeri pada otot dan sendi adalah gejala umum lainnya yang dialami oleh penderita.
  • Ruam kulit: Beberapa penderita mengalami ruam kulit yang menyerupai bintik-bintik merah.
  • Mual dan muntah: Beberapa penderita juga melaporkan mual dan muntah sebagai bagian dari gejala.
  • Fotofobia: Sensitivitas terhadap cahaya atau fotofobia sering dilaporkan oleh penderita.

Gejala-gejala ini biasanya berlangsung selama 3-5 hari dan kemudian mereda. Namun, pada beberapa kasus, komplikasi serius dapat terjadi, seperti peradangan otak (ensefalitis), yang dapat berakibat fatal.

Terkhusus untuk ibu hamil, virus oropouche dapat mengakibatkan ibu mengalami keguguran dan bayi lahir dengan kondisi kepala yang kecil.

Penularan Oropouche

Penularan virus Oropouche terjadi melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Nyamuk Culicoides paraensis adalah vektor utama yang menyebarkan virus ini.

Penularan dari manusia ke manusia secara langsung belum pernah dilaporkan, sehingga gigitan nyamuk tetap menjadi metode utama penyebaran.

Selain nyamuk, virus ini juga dapat ditemukan pada hewan seperti monyet dan burung, yang dapat bertindak sebagai reservoir alami. Hewan-hewan ini dapat menginfeksi nyamuk yang kemudian menularkan virus ke manusia.

Pengobatan Oropouche

Saat ini, tidak ada pengobatan khusus atau antivirus yang tersedia untuk mengobati infeksi virus Oropouche.

Pengobatan yang diberikan bersifat suportif dan bertujuan untuk mengurangi gejala serta mencegah komplikasi lebih lanjut. Beberapa langkah pengobatan yang biasanya diambil antara lain:

  • Istirahat yang cukup: Penderita disarankan untuk beristirahat agar tubuh dapat melawan infeksi.
  • Hidrasi yang baik: Mengonsumsi banyak cairan sangat penting untuk mencegah dehidrasi akibat demam tinggi.
  • Obat penurun demam dan pereda nyeri: Obat seperti parasetamol dapat digunakan untuk mengurangi demam dan nyeri.
  • Pengawasan medis: Penderita perlu mendapatkan pengawasan medis untuk memantau perkembangan gejala dan mencegah komplikasi.

Cara Mencegah Oropouche

Pencegahan infeksi virus Oropouche terutama difokuskan pada pengendalian populasi nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan:

1. Penggunaan repelan nyamuk

Menggunakan repelan nyamuk pada kulit yang terbuka dapat membantu mencegah gigitan nyamuk.

2. Memakai pakaian pelindung

Memakai pakaian panjang yang menutupi lengan dan kaki dapat mengurangi risiko gigitan nyamuk. Dan usahakan tidak berada di tempat yang disenangi oleh nyamuk.

3. Menggunakan kelambu

Menggunakan kelambu saat tidur, terutama di daerah endemik, dapat mencegah gigitan nyamuk saat tidur.

4. Menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk

Membersihkan genangan air dan tempat-tempat yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk di sekitar rumah.

5. Menggunakan obat nyamuk

Menggunakan obat nyamuk baik dalam bentuk semprot atau lotion dapat membantu mengurangi risiko gigitan.

6. Pemasangan jaring nyamuk di jendela dan pintu

Memasang jaring nyamuk di jendela dan pintu dapat mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah. Agar tetap menjaga sirkulasi udara namun mencegah nyamuk masuk ke dalam.

7. Menghindari aktivitas di luar ruangan pada waktu tertentu

Menghindari berada di luar ruangan pada pagi dan sore hari ketika nyamuk lebih aktif. Saat keadaan gelap dan remang nyamuk kerap beraktivitas.

8. Edukasi dan kesadaran masyarakat

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya virus Oropouche dan cara pencegahannya melalui kampanye kesehatan.

Artikel lainnya: Tanaman Pengusir Nyamuk untuk Bantu Cegah DBD

Virus Oropouche merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di Brasil, dengan lebih dari 7.000 orang terinfeksi dan satu kematian pada tahun 2024.

Meskipun belum ada pengobatan khusus untuk virus ini, pencegahan melalui pengendalian nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk dapat mengurangi risiko infeksi.

Penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk bekerja sama dalam mengatasi wabah ini dan mencegah penyebaran lebih lanjut.

Jika Kamu memiliki pertanyaan seputar topik diatas, Kamu bisa gunakan fitur layanan Tanya Dokter atau Temu Dokter untuk konsultasi yang lebih praktis.

Jangan lupa untuk #JagaSehatmu selalu dengan rutin cek kesehatan Kamu dan keluarga. Pesan layanan pemeriksaan kesehatan bisa dilakukan secara online. Yuk, download aplikasi KlikDokter sekarang juga dan belanja keperluan kesehatan lainnya di KALStore.

  • Hoogstraal, H., & Roberts, D. R. (1964). The virus of Oropouche (Utinga strain): a newly discovered agent in Trinidad, W.I. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 13(4), 444-451.
  • Tesh, R. B., Saidi, S., Gajdusek, D. C., & Rodhain, F. (1971). The epidemiology of Oropouche virus infection in a rural community in Trinidad. American Journal of Epidemiology, 93(4), 268-278.
  • Pinheiro, F. P., Travassos da Rosa, A. P. A., Travassos da Rosa, J. F. S., Ishak, R., Freitas, R. B., Gomes, M. L. C., & LeDuc, J. W. (1981). Oropouche virus. I. A review of clinical, epidemiological, and ecological findings. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 30(1), 149-160.
  • Anderson, C. R., Downs, W. G., Wattley, G. H., Ahin, N. W., & Reese, A. A. (1961). Oropouche virus: a new human disease agent from Trinidad, West Indies. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 10(4), 574-578.
  • Santos, R. I. M., & Cardoso, J. D. C. (2020). Oropouche virus: clinical, epidemiological, and molecular aspects. Tropical Medicine and Infectious Disease, 5(2), 92.