Berita Kesehatan

Wafatnya Ibu Kartini Sebuah Perenungan

Tim Redaksi KlikDokter, 17 Apr 2013

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Telah 105 tahun berlalu Indonesia kehilangan salah satu putri terbaiknya, Raden Adjeng Kartini atau Raden Ayu Kartini lebih tepatnya, wafat pada usia 25 tahun. Empat hari setelah melahirkan putra

Wafatnya Ibu Kartini Sebuah Perenungan

Telah 105 tahun berlalu Indonesia kehilangan salah satu putri terbaiknya, Raden Adjeng Kartini atau Raden Ayu Kartini lebih tepatnya, wafat pada usia 25 tahun. Empat hari setelah melahirkan putra pertamanya. Ajal memang tidak bisa diterka, namun banyak yang melupakan esensi taruhan nyawa seorang perempuan dalam usaha meneruskan generasi.

Seorang pembesar negeri ini pernah berkata: “Bangsa yang besar adalah bangsa tidak pernah meninggalkan sejarah”. Jika bangsa ini benar-benar serius memahami secara keseluruhan makna peringatan Hari Kartini, Hari Ibu serta Hari Wanita, maka angka kematian ibu melahirkan (kematian maternal) tidak akan setinggi 307 per 100.000 kelahiran di tahun 2003. Penting untuk diketahui, dalam urusan peringkat, Indonesia pernah menyentuh ‘prestasi’ tertinggi di kawasan ASEAN untuk kasus kematian maternal.

WHO mencatat Angka Kematian Ibu (307/100.000 kelahiran hidup) adalah angka tertinggi di antara negara-negara di Asia Tenggara. Dari 5 juta ibu yang melahirkan terdapat 307 angka kematian ibu per seratus ribu kelahiran hidup.

Artinya, dari jumlah 352 ibu bersalin meninggal setiap minggunya atau dalam kata lain, terdapat dua ibu meninggal dalam setiap jamnya. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup.

Bukan berarti keadaan ini tidak bisa ditanggulangi. Sedikit insan dari lapisan masyarakat yang mengetahui kematian maternal bisa ditanggulangi. Sesungguhnya tindakan pencegahan seperti pertolongan dokter, bidan atau perawat dapat membantu menekan angka kematian maternal. Sangat disayangkan, karena dari angka kasus tersebut kebanyakan mengalami keterlambatan penaganganan karena kurangnya pengetahuan dalam mengenali gejala-gejala komplikasi yang mengancam jiwa.

Penyebab langsung berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. Dari hasil survei (SKRT 2001) diketahui bahwa komplikasi penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (eklampsia), infeksi, partus lama, dan komplikasi keguguran.

Terlepas dari hal tersebut, beberapa hal lainnya yang ikut menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian maternal ialah; lambannya proses  mengambil keputusan untuk mencari pertolongan, faktor geografis, (sangat jauh untuk mendapatkan perawatan yang memadai). Pun jika telah memperoleh pelayanan kesehatan, tidak sedikit yang mendapatkan pelayanan yang di bawah standar karena keterbatasan sumber daya manusia dan fasilitas.

Masyarakat membutuhkan edukasi. Edukasi yang murah, meriah, tepat guna dan tepat sasaran.  Sebagaimana ibu kita R.A. Kartini bergerilya dengan tulisan-tulisan edukatifnya yang menyerang tata feodal yang dimana pada zamannya saat itu masih miskin wawasan akan emansipasi wanita.

Ignorance is not bliss; ignorance is impotence; it is fear; it is cruelty; it is all the things that make for unhappiness. Adalah bodoh dan egois jika kita diam dan tidak bertindak sementara masih banyak ibu yang kehilangan kesempatan untuk membina putra dan putrinya menjadi penerus bangsa.[](DA)

RA Kartini