Ketika manusia belum memiliki sikat gigi dan pasta gigi, cara mereka menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah dengan menggunakan kayu siwak. Dalam Saudi Dental Journal 1999 yang diterbitkan oleh King Saud University dijelaskan bahwa siwak atau miswak telah digunakan oleh orang Babilonia sejak 7000 tahun yang lalu.
Setelah itu, siwak kemudian digunakan oleh orang-orang di zaman kerajaan Yunani dan Romawi, Yahudi, Mesir Kuno, hingga kini masih digunakan oleh umat Muslim.
Orang-orang Timur Tengah biasanya menggunakan siwak yang berasal dari ranting, kulit, atau akar pohon Salvadora persica atau yang biasa disebut pohon arak. Jenis pohon lain yang juga digunakan untuk membuat alat pembersih gigi dan mulut adalah pohon limun dan pohon jeruk.
Cara kayu siwak bekerja
Penggunaan kayu siwak untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dilakukan dengan cara menyikatkan ranting siwak yang telah direbus dan kemudian digunakan untuk berkumur-kumur.
Dengan mengunyah ranting pohon tersebut zat aktif yang terdapat di dalam pohon dan gesekan mekanis pada mulut dianggap mampu membersihkan sisa makanan dan mengatasi masalah pada mulut.
Pohon arak sendiri merupakan salah satu bahan alami yang masih dipakai secara luas oleh masyarakat dunia untuk menjaga kesehatan. WHO pun turut menjadikan kayu siwak dari pohon arak ke dalam komoditas kesehatan yang perlu dipelihara dan dibudidayakan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh King Saud University menyatakan bahwa proses mengunyah siwak secara berulang dapat menghasilkan getah segar dan silica yang berfungsi untuk membersihkan dan memutihkan gigi.
Menurut Aziza al-Mubarak yang merupakan salah satu tim dari penelitian tersebut, di dalam siwak terdapat sejumlah antiseptik alami yang dapat membunuh mikroorganisme berbahaya dalam mulut.
Siwak memang mengandung sejumlah zat aktif yang berguna untuk melindungi serta menjaga gigi dan mulut , yakni trymethylamine, chloride, fluoride, silica, vitamin C, tannins, saponins, flavenoids, sterol, salvadorine, mustard oil, resin, sulfur, dan nitrat.
Berbagai zat aktif yang terkandung dalam siwak tersebut memiliki manfaat yang berbeda-beda bagi kesehatan gigi dan mulut. Trymethylamine dan vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi. Chloride bermanfaat untuk menghilangkan noda pada gigi, sedangkan silika sebagai scrub pada penggunaannya.
Fluoride sendiri sangat berguna bagi kesehatan gigi, yakni sebagai pencegah terjadinya karies. Sifatnya yang basa dapat mengatasi asam yang dihasilkan oleh bakteri.
Tak selalu baik
Meski kayu siwak banyak memberikan manfaat bagi kesehatan gigi dan mulut, penggunaan siwak ternyata juga dapat menyebabkan masalah kesehatan mulut, yakni terjadinya resesi gusi. Hal ini dapat terjadi karena efek dari trauma saat mengunyah ranting.
Resesi gusi adalah kondisi menurunnya gusi ke arah akar gigi, hingga mengakibatkan permukaan akar gigi menjadi terbuka atau terpapar.
Berdasarkan jurnal yang diterbitkan oleh Saudi Medical Journal, dijelaskan bahwa penggunaan siwak lebih perpotensi menyebabkan resesi gusi daripada penggunaan sikat gigi biasa.
Dari segi bentuknya, bulu siwak terletak di ujung kayu. Akibatnya, ada akses yang berkurang ke permukaan atas gigi. Dengan demikian, pengguna siwak tidak mungkin mengakses semua permukaan gigi dengan mudah.
Dengan perkembangan teknologi, kini telah diciptakan sikat gigi dari bulu halus yang memiliki kontur sesuai dengan gigi Anda. Jadi, tanpa harus menggunakan kayu siwak dari ranting pohon secara langsung, Anda tetap dapat menjaga kesehatan gigi dan mulut. Yuk, rajin menyikat gigi agar terhindar dari segala masalah kesehatan gigi dan mulut!
[NP/ RVS]