Stres adalah kondisi yang dapat melemahkan fisik maupun mental. Gangguan yang timbul bisa berupa sakit kepala, sakit perut, kecemasan, hingga depresi. Namun, dampak stres ternyata lebih luas dari itu. Stres yang berkepanjangan ikut berkontribusi terhadap munculnya penyakit gigi dan mulut.
Hubungan Antara Stres dengan Kesehatan Gigi dan Mulut
Banyak orang mengetahui bahwa stres berdampak buruk bagi kesehatan. Namun, hanya segelintir saja yang menyadari akibat stres berlebihan nyatanya dapat mengganggu kesehatan gigi dan mulut. Apa hubungan antara keduanya?
Setidaknya ada dua mekanisme mengapa stres memengaruhi kesehatan gigi dan mulut, yakni:
- Cara mengatasi stres yang salah. Biasanya, stres memicu seseorang untuk memiliki pola makan yang buruk, konsumsi tembakau, minuman beralkohol, atau narkotika. Kondisi ini memicu timbulnya masalah kesehatan mulut.
- Stres berkepanjangan berkontribusi pada beban tubuh yang dapat mengakibatkan tidak bekerjanya sistem fisiologis. Kondisi ini bisa memengaruhi mekanisme yang mendasari timbulnya penyakit.
Artikel Lainnya: Ini Pengaruh Kesehatan Gigi dan Mulut pada Tubuh
Penyakit Gigi dan Mulut Akibat Stres
Jika Anda sering stres, waspadalah terhadap beberapa gangguan kesehatan gigi dan mulut akibat stres di bawah ini:
1. Sariawan
Meski tidak berbahaya, munculnya sariawan bisa menjadi pertanda Anda tengah dilanda stres. Kemunculan penyakit rongga mulut ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
- Keturunan
- Iritasi lokal
- Kekurangan nutrisi
- Alergi terhadap makanan tertentu
- Gangguan imunitas tubuh
- Kebiasaan merokok
- Faktor stres
Umumnya, masalah kesehatan mulut ini akan hilang dalam waktu 1-2 minggu.
Menurut International Journal of Applied Dental Sciences, wanita lebih banyak mengalami sariawan daripada pria. Hal ini karena kondisi emosional wanita menyebabkan level stres yang berdampak pada sistem imun tubuh.
Selain itu, perubahan hormonal lainnya seperti pada saat kehamilan atau menstruasi juga dapat memengaruhi level stres pada wanita.
2. Mulut Kering
Menurut Journal of Dental Research, Dental Clinics, Dental Prospects (JODDD), keadaan stres memengaruhi jumlah air ludah dan kadar VSC di dalam mulut. VSC adalah komponen gas yang dapat menyebabkan bau mulut.
Selain itu, level kortisol dalam air ludah juga ikut meningkat akibat stres berlebihan, diikuti dengan perubahan komposisi dari air ludah itu sendiri. Meningkatnya level hormon kortisol berpengaruh pada menurunnya produksi air ludah, sehingga mulut akan terasa kering dan memungkinkan terjadinya gangguan pengecapan.
Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi kecemasan atau depresi juga bisa menjadikan mulut kering. Kondisi ini menyebabkan penurunan air liur sehingga air liur tak mampu menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.
Ketika produksi air liur berkurang, gigi dan gusi tak bisa terlindungi dari bakteri yang secara alami ada di dalam mulut.
Artikel Lainnya: Gejala Kesehatan Ketika Tubuh Mengalami Stres
3. Penyakit Gusi
Stres dalam jangka waktu panjang akan memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Salah satu gangguan kesehatan gigi dan mulut akibat stres adalah penyakit gusi atau penyakit periodontal. Pembengkakan gusi, penurunan gusi, dan makanan yang sering tersangkut di gigi bisa menandakan adanya penyakit gusi.
Menurut Industrial Health National Institute of Occupational Safety and Health, stres dalam dunia pekerjaan dapat memengaruhi timbulnya penyakit gusi.
Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah pegawai yang mengalami penyakit gusi. Beberapa kondisi yang berpengaruh, yakni:
- Orang yang berusia lanjut
- Memiliki status ekonomi rendah
- Kurang menyukai pekerjaannya
4. Gigi Berlubang
Saat stres, tak sedikit orang yang “melarikan diri” ke makanan yang tinggi gula dan lemak, bahkan mengonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. Kondisi ini dapat memicu penyakit gigi dan mulut akibat timbulnya plak. Nah, plak ini dihasilkan oleh banyaknya gula dan pati yang dikonsumsi.
Plak akan menciptakan asam yang berinteraksi dengan makanan yang dikonsumsi. Asam ini sangat berbahaya bagi lapisan enamel gigi dan akan mempercepat pembusukan gigi. Kondisi tersebut juga bisa makin parah jika penderita tidak rutin melakukan pembersihan gigi dan mulutnya.
Selain itu, akibat stres berlebihan pada anak-anak dapat menyebabkan menurunnya produksi air ludah sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya gigi berlubang.
Kondisi stres yang berlangsung lama juga bisa menyebabkan bertambah parahnya kerusakan gigi pada gigi berlubang yang tidak dirawat.
Artikel Lainnya: Selamatkan Ginjal Anda dengan Gigi yang Sehat
5. Bruxism
Bruxism atau menggeretakkan gigi adalah salah satu tanda umum stres. Saat stres muncul, secara tak sadar Anda sering mengatup-katupkan rahang dan menggeretakkan gigi, terutama saat tidur di malam hari.
Jika kebiasaan ini tidak diatasi, akan menyebabkan kerusakan pada gigi dan gusi. Selain itu, kebiasaan ini juga memicu ketegangan pada otot-otot pengunyahan, sakit kepala menahun, sakit leher, gangguan sendi rahang, dan gangguan pendengaran.
6. Bau Mulut
Stres atau kecemasan ternyata juga berhubungan dengan bau mulut. Hal ini karena kondisi cemas dapat meningkatkan kadar VSC penyebab bau mulut. Kondisi ini diperparah dengan adanya penurunan jumlah air ludah sehingga bau mulut yang lebih parah pun tak dapat terhindarkan.
Selain itu, saat Anda sedang stres, asam lambung dapat terbentuk dan menciptakan acid reflux. Gas dari asam lambung tersebut akan keluar melalui mulut dan menyebabkan bau mulut.
Artikel Lainnya: Kenali Pengaruh Kesehatan Gigi dan Mulut pada Otak
7. Timbul Rasa Licin dalam Mulut
Dalam situasi stres, biasanya mulut menjadi kering akibat adanya penurunan jumlah air ludah. Masalah kesehatan mulut ini berakibat pada hilangnya fungsi air ludah sebagai self cleansing.
Padahal, daya self cleansing pada gigi berfungsi membersihkan gigi dari sisa makanan. Stres mengaktifkan saraf simpatik yang mengubah air ludah menjadi tambah licin karena bertambahnya kandungan protein di dalam ludah. Hal ini menyebabkan mulut menjadi tambah bau.
8. Gangguan Sendi Rahang (Temporomandibular Junction Disorder/TMD)
Gangguan sendi rahang yang sering kambuh banyak dihubungkan dengan gangguan mulut akibat adanya stres. Gejala dari TMD, yaitu terdengar bunyi klik di rahang, sakit di sendi rahang, kesulitan dalam membuka mulut, dan lain-lain.
Pasien dengan gangguan sendi rahang biasanya memiliki tingkat stres yang tinggi. Mereka juga mengalami peningkatan gangguan otot pengunyahan sehingga akhirnya menjadi TMD.
Beberapa gangguan kesehatan gigi dan mulut akibat stres di atas membuktikan bahwa stres tak hanya memengaruhi suasana hati dan pikiran, tetapi juga kesehatan fisik, termasuk gigi dan mulut.
Jika mengalami stres yang berlebih, sebisa mungkin atasi penyebabnya. Lakukan berbagai cara untuk mengatasi stres, salah satunya dengan menemui tenaga ahli seperti psikolog atau psikiater. Membekali diri dengan kemampuan pengelolaan stres yang baik juga tak kalah penting.
Selain itu, jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan gigi secara rutin supaya terhindar dari masalah kesehatan gigi dan mulut. Anda juga dapat berkonsultasi langsung dengan dokter melalui fitur Live Chat 24 jam di aplikasi KlikDokter.
[WA/ RS]