Pengobatan alternatif dengan bahan alami kian diminati. Selain bahan-bahannya mudah ditemukan, efek samping yang ditimbulkannya tidak terlalu kentara.
Tidak dimungkiri Indonesia memang terkenal akan kekayaan alamnya. Bahkan, sejak zaman dahulu, nenek moyang sudah memanfaatkan kekayaan alam yang ada, termasuk untuk mengatasi masalah kesehatan.
Salah satu bahan alami yang banyak digunakan adalah minyak kayu putih. Sesuai dengan namanya, minyak ini berasal dari tumbuhan kayu putih.
Minyak dari tumbuhan ini banyak dimanfaatkan sebagai minyak oles. Efeknya dapat membuat tubuh menjadi lebih hangat dan mengurangi pegal di badan.
Selain itu, tak sedikit orang yang mempercayai manfaat minyak kayu putih untuk sakit gigi. Benarkah memang memberikan khasiat? Berikut penjelasannya untuk kamu.
Manfaat Minyak Kayu Putih untuk Gigi
Sebagian besar tanaman yang hidup di Indonesia memiliki kandungan minyak atsiri, begitu juga tanaman kayu putih. Bahkan, minyak atsiri yang terkandung di dalam tumbuhan ini cukup banyak.
Minyak atsiri dikenal baik untuk mengatasi sejumlah kondisi kesehatan. Pasalnya, kandungan ini dapat bertindak sebagai analgesik, antipiretik, antiseptik, antijamur dan antibakteri.
Artikel Lainnya: Manfaat Minyak Cengkeh untuk Sakit Gigi yang Perlu Anda Tahu
Perlu kamu ketahui, seluruh efek tersebut dapat membantu mengurangi rasa sakit pada gigi. Inilah salah satu alasan mengapa penggunaan minyak kayu putih untuk gigi dikatakan bermanfaat.
Tak hanya itu, manfaat minyak kayu putih untuk sakit gigi hadir berkat kandungan fenol di dalamnya. Zat ini bekerja dengan mencegah bakteri membentuk koloni untuk menghasilkan biofilm.
Biofilm merupakan lapisan yang dimanfaatkan bakteri sebagai pelekatan. Ketika bakteri sudah banyak yang melekat, inflamasi atau peradangan pada gusi sekitar gigi akan terjadi. Pada gilirannya, kamu bisa mengalami nyeri pada gigi.
Adakah Efek Sampingnya?
Setelah mengetahui manfaat minyak kayu putih untuk gigi, penting juga untuk mengetahui risiko efek samping yang dapat ditimbulkannya.
Kandungan minyak atsiri pada kayu putih sebenarnya masih dalam kadar yang tidak membahayakan bagi kesehatan manusia. Namun, perhatikan jenis minyak kayu putih yang digunakan.
Artikel Lainnya: Mau Atasi Sakit Gigi dengan Bawang Putih, Cek Dulu Efektivitasnya
Sebagai catatan, minyak kayu putih yang mendatangkan manfaat merupakan minyak murni yang diambil dari tanaman kayu putih, bukan minyak kayu putih yang dijual di pasaran sebagai minyak oles.
Minyak kayu putih yang dijual di pasaran sudah mengalami proses pencampuran dengan bahan lain. Oleh sebab itu, efek samping yang tidak diinginkan bisa kamu alami jika mengoleskannya dalam rongga mulut.
Ketika minyak tersebut diaplikasikan ke dalam rongga mulut, risiko masalah kesehatan dapat terjadi. Pasalnya, minyak kayu putih tersebut memang tidak digunakan di dalam mulut.
Cara menyembuhkan sakit gigi dengan minyak kayu putih memang harus dicermati dengan baik. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan efek samping yang dapat terjadi.
Jika ingin memperoleh manfaat kayu putih untuk gigi secara optimal, kamu dianjurkan menggunakan ekstrak minyak kayu putih.
Itu dia penjelasan seputar manfaat minyak kayu putih untuk sakit gigi. Ingatlah untuk mencermati jenis minyak kayu putih yang akan digunakan. Dengan begitu, risiko gangguan kesehatan lain tidak akan menimpa.
Ingin bertanya seputar penggunaan herbal sebagai obat alami sakit gigi? Gunakan Tanya Dokter untuk konsultasi dengan dokter secara online. Jangan lupa unduh aplikasi KlikDokter untuk mendapatkan informasi kesehatan lainnya. Yuk, #JagaSehatmu selalu!
[WA]
- Koo, H. 2003. Inhibition of Streptococcus Mutans BiofilmAccumulation and Polysaccharide Production by Apigenin and Tt-Farnesol. Journal of Antimicrobial Chemotherapy, Vol.52: 782–789. Diakses 2022.
- Sadlon AE, Lamson DW. Immunemodifying and Antimicrobial Effects of Eucalyptus Oil and Simple Inhalation Devices. Alternative Medicine Review. 2010;15(1):33±47. Diakses 2022.
- Zulnely Z, Gusmalina, Kusmiati E. Prospek Eucaliptus citriodora sebagai minyak atsiri potensial. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Universitas Sebelas Maret. 2015;1:120±6. Diakses 2022.