Gigi Mulut

Satu dari Delapan Orang Menderita Gigi Sensitif

Klikdokter, 20 Mar 2013

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sebuah survey yang dilakukan di Amerika baru-baru ini mengungkapkan hal yang cukup mengejutkan; satu dari delapan orang mengalami gigi sensitif. Apakah Anda juga mengalaminya?

Satu dari Delapan Orang Menderita Gigi Sensitif

Satu dari Delapan Orang Menderita Gigi Sensitif

KlikDokter.com - Sebuah survey yang dilakukan di Amerika baru-baru ini mengungkapkan hal yang cukup mengejutkan; satu dari delapan orang mengalami gigi sensitif. Apakah Anda juga mengalaminya?

Survey tersebut melibatkan 37 klinik gigi umum di Washington, Oregon, Idaho, Montana dan Utah, dengan responden sebanyak 787 orang dan telah dipublikasikan di Journal of the American Dental Association (JADA). Responden tersebut diperiksa oleh dokter gigi, apakah belakangan ini merasakan ngilu atau ketidaknyamanan pada gigi maupun gusi. Didapati 12 % pasien merasa ngilu atau sensitifitas yang tidak berhubungan dengan masalah pada gigi seperti gigi berlubang, gusi bengkak ataupun masalah lainnya. Oleh karena itu, kondisi tersebut didiagnosa sebagai gigi sensitif.

Apa sebenarnya gigi sensitif? Secara medis, kondisi ini disebut Dentin Hypersensitivity, yaitu rasa ngilu tajam yang biasanya disebabkan karena tereksposnya daerah akar gigi ke lingkungan mulut. Akar gigi tidak terlapisi oleh email, dan memiliki lapisan dentin lebih tipis. Normalnya, daerah ini tertutup gusi. Oleh karena itu, jika terjadi resesi gusi yang menyebabkan akar terekspos maka daerah tersebut menjadi lebih rentan terhadap rangsang.

“Kondisi ini dapat menimbulkan dampak buruk bagi penderitanya, dan menyebabkan mereka menghindari makanan-makanan tertentu,” ungkap sang peneliti Dr. Joana Cunha-Cruz, asisten profesor riset di University of Washington. Rasa nyeri ini tidak berlangsung terus menerus namun hilang timbul, dan dapat dipicu oleh makanan atau minuman dingin, panas, manis maupun asam.

Gigi sensitif lebih banyak diderita wanita daripada pria, orang yang mengalami resesi gusi, dan pasien yang baru menjalani perawatan pemutihan gigi (dental whitening/bleaching). Rasa ngilu yang terjadi bukan disebabkan karena gigi berlubang. “Meski sulit digeneralisir, ada kemungkinan sekitar 1 dari 8 orang yang berobat ke klinik gigi mengalami gigi sensitif,” lanjut Dr. Joana Cunha-Cruz. Walaupun survey ini dilakukan di Amerika, prevalensi gigi sensitif di Indonesia pun cukup tinggi, dan hal ini patut mendapat perhatian lebih serius dari para praktisi kedokteran gigi maupun masyarakat awam.

Dr. Richard Trushkowsky, associate director of International Aesthetic Dentistry di New York University merekomendasikan sikat gigi dengan bulu halus dengan gerakan penyikatan secara vertikal untuk mengurangi resiko terjadinya gigi sensitif. Selain itu, ia juga menyarankan untuk meminum air putih setelah mengkonsumsi makanan/minuman asam, serta tidak langsung menyikat gigi setelah makan namun diberi jeda sekitar 10-15 menit. Pasta gigi khusus untuk gigi sensitif yang beredar di pasaran dapat membantu mengatasi masalah tersebut, ujarnya. Namun jika pasien masih merasakan keluhan yang mengganggu maka mungkin dokter gigi perlu melakukan perawatan yang lebih invasif, seperti penambalan gigi, atau perawatan gusi yang mengalami resesi. [](MM)