Gigi Mulut

Varian COVID-19 BA.2, Dijuluki “Son of Omicron”

Tri Yuniwati Lestari, 28 Jan 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

WHO sedang menyelidiki varian BA.2 yang merupakan keturunan dari varian COVID Omicron. Ketahui selengkapnya mengenai varian baru ini di sini.

Varian COVID-19 BA.2, Dijuluki “Son of Omicron”

Kehadiran varian COVID Omicron telah membuat lonjakan kasus di beberapa negara, termasuk Indonesia. Belum usai dengan Omicron, baru-baru ini para peneliti menemukan munculnya jenis baru yaitu varian BA.2.

Sebelumnya, ahli virologi memberikan nama untuk varian Omicron sebagai BA.1. Varian BA.2 dinilai merupakan turunan atau mutasi dari Omicron.

Para peneliti meyakini COVID BA.2 bertanggung jawab atas lonjakan kasus yang besar di Amerika Serikat.

Seberapa berbahaya varian BA.2? Simak penjelasannya berikut ini.

Asal-Usul Varian Virus Corona BA.2

Virus COVID-19 yang bermutasi bukanlah hal baru. Varian Delta diteliti juga memiliki beberapa subvarian, tetapi para ilmuwan menyebut semuanya sebagai Delta.

Sedangkan, subvarian dari Omicron punya istilah tertentu karena peningkatan jumlah di berbagai negara.

Artikel Lainnya: Ini Perbedaan Varian COVID-19 Delta dan Omicron

Tidak diketahui secara jelas dari mana asal varian BA.2. Meski sekuens pertama diajukan dari Filipina, namun banyak kasus BA.2 juga telah terdeteksi di berbagai wilayah, mulai dari Eropa hingga Asia Selatan.

Berdasarkan catatan WHO, sekitar 8.000 kasus varian BA.2 telah diidentifikasi di lebih dari 40 negara, termasuk AS, India, Jerman, dan Australia. Baru-baru ini kenaikan kasus di Denmark juga diyakini disebabkan oleh subvarian ini.

Diperkirakan, sebenarnya angka penyebaran strain BA.2 mungkin berkali-kali lipat lebih tinggi dari varian aslinya.

Namun, saat ini hanya sebagian kecil infeksi yang diperiksa, sehingga data penyebaran BA.2 belum teridentifikasi sepenuhnya.

Dikarenakan penyebaran varian BA.2 sangat cepat, WHO meminta para ilmuwan untuk memantau dan mempelajari subvarian baru ini secara terpisah dari Omicron. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah virus ini berperilaku berbeda.

Tes COVID-19 konvensional seperti PCR saat ini masih dianggap sebagai gold standard dalam mendeteksi infeksi COVID-19.

Namun, tes ini tidak dapat menentukan varian tertentu. Untuk itu, para ilmuwan perlu melakukan sekuensing genetik tambahan.

Beruntungnya, varian Omicron memiliki ciri genetik tertentu yang memungkinkan para ilmuwan untuk cepat dan mudah mendeteksinya. Namun, varian BA.2 tidak memiliki ciri genetik tersebut.

Oleh karena itu, varian BA.2 dapat lolos dari tes sekuensing genetik. Namun, para peneliti masih dapat mengidentifikasi subvarian ini menggunakan teknologi pengurutan genetik.

Karena memiliki sifat yang berbeda dari induknya dan sulit dipantau, subvarian BA.2 terkadang disebut juga sebagai “varian siluman”.

Artikel Lainnya: Fakta COVID-19 Varian IHU yang Perlu Anda Ketahui

Apakah Lebih Berbahaya dari Omicron?

Dijelaskan oleh dr. Sara Elise Wijono, MRes, virus dapat bermutasi terus-menerus. Jadi, diharapkan masyarakat tidak panik dengan adanya mutasi. Beberapa mutasi COVID-19 juga tidak lebih berbahaya dari varian aslinya.

“Untuk penularan, kesan awal BA.2 lebih menular, tapi masih dipelajari lebih lanjut. Kalau untuk keparahan [penyakit], sama saja dengan varian Omicron sebelumnya,” ucap dr. Sara.

Sementara, WHO sendiri belum menyatakan BA.2 sebagai VOC (variant of concern) atau varian yang menjadi perhatian. Ini berarti, belum ada bukti yang menyatakan subvarian ini bisa memperparah penyebaran COVID-19.

Kemudian, tidak ada bukti juga yang menunjukkan varian BA. 2 lebih memiliki keparahan gejala atau menurunkan kemanjuran vaksin. Oleh karena itu, saat ini tidak perlu khawatir berlebihan akan varian ini.

Upaya pencegahan seperti vaksinasi, penggunaan masker, menjarak jarak, dan membatasi mobilitas masih menjadi cara yang paling baik dalam mencegah paparan virus corona.

Segera dapatkan vaksinasi di fasilitas kesehatan terdekat. Jika Anda ingin berkonsultasi dengan dokter, gunakan layanan LiveChat di aplikasi KlikDokter.

(FR/AYU)

Referensi:

  • Wawancara dr. Sara Elise Wijono, MRes.
  • Washington Post. Diakses 2022. There’s a new version of omicron but so far it doesn’t appear to be more dangerous.
  • ABC News. Diakses 2022. Scientists monitoring new omicron subvariant BA.2.

Ditinjau oleh dr. Sara Elise Wijono, MRes.

virus corona
Omicron
mutasi virus corona