Kanker menjadi penyakit misterus yang hingga saat ini masih belum dapat dipastikan penyebabnya. Orang yang mengalami penyakit ini harus segera melakukan pengobatan, agar sel yang bermutasi tidak semakin “melahap” fungsi sel normal. Salah satu pengobatan yang tergolong efektif membasmi sel kanker adalah kemoterapi.
Kemoterapi merupakan metode pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan khusus. Pengobatan tersebut menargetkan sel-sel yang tumbuh dan membelah dengan kecepatan tidak normal.
Meski terbilang efektif, kemoterapi memberikan efek samping yang berarti pada pasien. Salah satu bentuk efek samping yang dimaksud adalah gangguan kulit, seperti:
Kulit kering
Kulit kering setelah kemoterapi merupakan gejala yang paling sering dialami oleh penyintas kanker yang mendapatkan pengobatan tersebut. Derajat kekeringan kulit yang muncul bervariasi, mulai dari kulit bersisik halus, pecah-pecah hingga mengelupas.
Hiperpigmentasi
Hiperpigmentasi adalah perubahan warna kulit menjadi lebih hitam dari sebelumnya. Keadaan ini bisa terjadi akibat efek dari beberapa obat yang digunakan dalam kemoterapi, seperti alkylating agents dan antitumor antibody.
Hiperpigmentasi tidak menetap selamanya di tubuh pasien. Keluhan akan menghilang setelah penggunaan obat dihentikan selama kurang lebih dua minggu.
Alergi
Penggunaan obat kemoterapi memiliki kemungkinan untuk menyebabkan alergi di kulit. Gejala yang biasa dirasakan pasien adalah bercak kemerahan di tubuh.
Jika memang muncul reaksi alergi di kulit, penggunaan obat kemoterapi yang memicu keluhan terpaksa harus dihentikan.
Fotosensitivitas
Fotosensitivitas merupakan suatu kondisi kulit yang menjadi lebih sensitif terhadap paparan sinar matahari. Keadaan ini menyebabkan keluhan berupa kulit menjadi merah atau bahkan perih saat terpapar matahari.
Artikel Lainnya: Cara Kemoterapi dan Terapi Radiasi Perlemah Daya Tahan Tubuh
Gatal
Kulit yang mengalami efek samping kemoterapi akan terasa gatal. Kondisi ini memang tidak berbahaya, namun dapat menyebabkan pasien kesulitan tidur.
Gatal yang terjadi akibat kemoterapi juga bisa memicu munculnya luka atau infeksi baru di kulit jika sering digaruk.
Apa solusinya?
Untuk membantu mengatasi masalah kulit yang timbul setelah kemoterapi, berikut beberapa tindakan yang bisa dilakukan:
- Jika keluhannya adalah kulit kering, pasien disarankan untuk menggunakan pelembap kulit yang mengandung vitamin E, shea butter, seramid, urea 10 persen atau petroleum jelly setelah mandi dan sebelum tidur. Pelembap kulit berfungsi untuk “mengikat” air di dalam kulit dan meningkatkan kelembapan kulit.
- Hindari mandi menggunakan air hangat, karena dapat mengurangi tingkat kelembapan kulit.
- Perbanyak konsumsi air putih agar kulit terus terhidrasi dengan baik. Hal ini akan mengurangi kekeringan pada kulit.
- Perbanyak konsumsi sayur dan buah, karena banyak mengandung vitamin yang sangat baik untuk menjaga kesehatan kulit.
- Jika pasien mendapatkan obat yang memiliki efek samping fotosensitivitas, hendaknya tidak terlalu sering terpapar matahari dan gunakan tabir surya 15 menit sebelum keluar rumah.
Jika gangguan kulit akibat kemoterapi terus terjadi setelah melakukan langkah di atas, segera konsultasi lebih lanjut dengan dokter yang merawat Anda. Hal ini dilakukan agar Anda bisa mendapatkan penanganan yang lebih optimal. Jangan tinggal diam, karena keluhan tersebut bisa saja menganggu proses penyembuhan.
[NB/ RVS]