Bulan April dicanangkan sebagai bulan peduli kanker kepala dan leher (Oral Head and Neck Cancer Awareness Month) sebagai bentuk dari upaya meningkatkan kepedulian masyarakat, baik masyarakat umum maupun medis, terhadap penyakit yang semakin banyak diderita di seluruh dunia.
Di Amerika, diperkirakan sekitar 50 ribu orang menderita kanker kepala dan leher di tahun 2016 ini. Dari tahun ke tahun, jumlah penderita kanker kepala dan leher semakin meningkat, namun kesadaran masyarakat akan faktor risiko penyakit ini masih relatif rendah.
Apa itu kanker kepala dan leher?
Kanker kepala dan leher lazim disebut sebagai karsinoma sel skuamosa. Disebut demikian karena jenis kanker ini dimulai pada sel skuamosa yang melapisi bagian permukaan mukosa di dalam kepala dan leher, misalnya di dalam rongga mulut, hidung, faring, dan laring. Selain itu, kanker kepala dan leher juga dapat melibatkan lidah, pita suara, sinus, bibir, dan kelenjar liur.
Namun, kanker yang terjadi pada otak, mata, esofagus, serta otot dan tulang pada kepala dan leher biasanya tidak termasuk ke dalam golongan kanker kepala dan leher.
Sejauh ini, tembakau dan alkohol masih menjadi faktor risiko utama yang dikaitkan dengan kanker kepala dan leher. Penggunaan tembakau secara dihisap maupun dikunyah dapat meningkatkan risiko kanker kepala dan leher yang cenderung terjadi pada daerah yang paling sering berkontak dengan tembakau.
Perokok berat yang juga peminum alkohol memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk mengalami kanker kepala dan leher dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi salah satunya saja.
Selain tembakau dan alkohol, faktor lingkungan dan pekerjaan juga berkontribusi terhadap kejadian kanker kepala dan leher. Orang yang sering terpapar sinar matahari memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terserang kanker kepala dan leher.
Selain itu, orang yang bekerja di bidang industri juga memiliki risiko yang tinggi terserang kanker kepala dan leher. Meski masih kontroversial dan memerlukan penelitian yang lebih mendalam, bahan kimia tertentu – seperti asbestos dan serat sintetik, debu nikel atau formaldehid – yang digunakan dalam bidang industri tersebut diyakini berkaitan dengan kejadian kanker kepala dan leher.
Penderita kanker kepala dan leher dapat mengalami penderitaan yang berat karena kanker ini mengakibatkan kerusakan pada struktur rongga mulut dan wajah, kehilangan gigi, kerusakan lidah dan tenggorokan. Kondisi ini berujung pada kesulitan dalam berbicara dan mengunyah makanan sehingga kualitas hidup pun turut terpengaruh. Pada sekitar 50 % kasus, penderita kanker kepala dan leher tidak dapat bertahan hidup lebih lama dari 5 tahun.
Meskipun demikian, kanker kepala dan leher tetap dapat dicegah dan dikendalikan agar tidak menyebar dan menjadi parah, yakni dengan deteksi dini. Beberapa jenis kanker kepala dan leher tidak menimbulkan gejala sampai keparahannya mencapai tingkat lanjut. Oleh karena itu, sangat penting bagi Anda untuk memeriksakan diri Anda ke dokter ataupun dokter gigi secara rutin.