Kanker payudara adalah salah satu penyebab kematian tertinggi bagi wanita. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, angka kejadian kanker payudara di Indonesia mencapai 42,1 per 100.000 wanita dengan rerata kematian 17 per 100.000 penduduk.
Kanker payudara terjadi saat sel-sel di payudara tumbuh secara tidak normal. Sel tersebut membelah diri lebih cepat, berakumulasi, dan membentuk benjolan atau massa.
Beragam faktor dapat menyebabkan seseorang menderita kanker payudara. Salah satu asumsi yang berkembang di masyarakat terkait penyebab kanker payudara adalah karena konsumsi makanan bersantan.
Apakah medis setuju dengan asumsi tersebut?
Artikel Lainnya: MPASI Santan, Apakah Boleh Dikonsumsi oleh Bayi? Ini Faktanya!
Makanan Bersantan dan Kanker Payudara
Mencampurkan santan ke masakan merupakan kegemaran masyarakat Asia. Santan menambah kelezatan dan rasa gurih pada makanan.
Studi yang dilakukan Pusat Nasional untuk Informasi Bioteknologi Amerika Serikat (NCBI) di Filipina mengatakan, terdapat korelasi konsumsi makanan bersantan dan risiko terkena kanker payudara. Beberapa wanita di Filipina —di mana kasus kanker payudara cukup tinggi— ambil bagian dalam penelitian tersebut.
Hasilnya, merebus makanan dalam santan secara signifikan dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara. Dengan rincian, OR (faktor paparan) = 2,2 dan CI (tingkat kepercayaan) 95 persen.
Kendati demikian, dr. Arina Heidyana mengatakan makanan bersantan tidak dapat dianggap sebagai pemicu utama kanker payudara.
“Kanker itu penyebabnya multifaktorial. Memang ada makanan-makanan yang bisa meningkatkan risiko terkena kanker, tapi (makanan tersebut) bukan penyebab utama,” dr. Arina menegaskan.
Hingga saat ini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui pasti. Namun, para pakar menyebut, lima hingga sepuluh persen angka kejadian kanker payudara terkait dengan mutasi gen yang diturunkan.
Berdasarkan dr. Arina, santan itu sendiri hanya satu dari sekian makanan yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Hal ini karena santan memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi.
“Balik lagi ke gaya hidup. Gaya hidup yang tidak sehat bisa meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit, termasuk kanker,” kata dr. Arina.
Artikel Lainnya: Tips Memasak Santan agar Tak Kena Kolesterol Tinggi
Tips Mengolah Santan untuk Minimalkan Risiko Penyakit
Makanan bersantan sebenarnya boleh-boleh saja dikonsumsi, asalkan tidak terlalu sering dan porsinya dibatasi.
“Untuk batasannya ini tidak ada jumlah pastinya, karena kebutuhan lemak (terdapat dalam santan) setiap orang bisa berbeda-beda,” sebut dr. Arina.
“Jadi, butuh kesadaran diri saja sebenarnya,” sambungnya.
Di samping itu, menggunakan santan hasil olahan sendiri nyatanya juga lebih direkomendasikan daripada santan yang diproduksi pabrikan.
Anda dapat membuat santan sendiri dengan mencampurkan 1,5–2 cangkir (355–470 mililiter) kelapa parut tanpa pemanis dengan 4 cangkir air panas. Kemudian saring melalui kain katun tipis.
Dilansir Healthline, beberapa tips berikut perlu diperhatikan jika Anda memilih untuk membeli santan di luar:
- Baca labelnya. Jika memungkinkan, pilih produk yang hanya mengandung kelapa dan air. Bahan pengawet dan kimia lainnya jika dikonsumsi terlalu banyak dapat meningkatkan risiko penyakit.
- Santan tanpa pemanis yang biasanya dikemas dalam karton umumnya mengandung lebih sedikit lemak dan kalori daripada kemasan kalengan.
- Pilih produk dengan kalori yang lebih rendah.
Santan bukanlah penyebab utama kanker payudara. Meski demikian, konsumsinya tetap harus dibatasi agar kesehatan tubuh Anda senantiasa terjaga.
Punya pertanyaan seputar kanker payudara? Ingin tahu lebih lanjut bahaya santan? Tanyakan secara langsung kepada dokter menggunakan layanan LiveChat 24 jam atau dengan mengunduh aplikasi KlikDokter.
(NB/JKT)