Kanker payudara masih menjadi momok menakutkan bagi para wanita. Selain kemoterapi, salah satu pengobatan yang bisa dilakukan untuk menyembuhkannya adalah terapi hormon.
Terapi hormon dapat mencapai sel kanker hampir di mana saja di tubuh dan tidak hanya di payudara.
Namun, perlu diketahui bahwa pengobatan jenis ini direkomendasikan untuk wanita dengan tumor hormon reseptor-positif. Ini tidak membantu wanita yang tumornya tidak memiliki reseptor hormon.
Kapan Terapi Hormon Perlu Dilakukan?
Menurut dr. Devia Irine Putri, terapi hormon biasanya akan dilakukan kalau operasi pengangkatan sudah dilakukan. Tujuannya, membantu mengurangi risiko kekambuhan.
Selain itu, terapi hormon juga kadang-kadang dimulai sebelum operasi (sebagai terapi neoadjuvan). Biasanya, obatnya diminum setidaknya selama 5-10 tahun.
Terapi hormon juga dapat digunakan untuk mengobati kanker yang muncul kembali setelah pengobatan, atau yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Dokter menyebut kanker ini sebagai reseptor estrogen positif (ER positif) atau reseptor progesteron positif (PR positif). Artinya, kanker payudara ini dipicu oleh hormon alami estrogen atau progesteron.
Seorang dokter yang khusus menganalisis darah dan jaringan tubuh (ahli patologi) akan menentukan apakah kanker penderita ER positif atau PR positif dengan menganalisis sampel sel kanker.
Kesimpulannya, terapi hormon digunakan untuk membantu:
- Mencegah kanker datang kembali.
- Menurunkan risiko kanker berkembang di jaringan payudara lain.
- Memperlambat atau menghentikan pertumbuhan kanker yang telah menyebar.
- Mengurangi ukuran tumor sebelum operasi.
Artikel Lainnya: Penderita Kanker Payudara Tidak Harus Kemoterapi, Benarkah?
Cara Kerja Terapi Hormon untuk Kanker Payudara
Terapi ini berhubungan dengan reseptor estrogen dan reseptor hormon progesteron yang disebutkan sebelumnya. Sekitar dua dari tiga kasus kanker payudara adalah reseptor hormon-positif.
Sel mereka memiliki reseptor (protein) untuk hormon estrogen (kanker ER-positif) dan/atau progesteron (kanker PR-positif) yang membantu sel-sel kanker tumbuh dan menyebar.
Ada beberapa jenis terapi hormon untuk kanker payudara. Sebagian besar jenis terapi hormon menurunkan kadar estrogen atau menghentikan kerja estrogen pada sel kanker payudara.
"Pada sel kanker, ada reseptor hormon estrogen dan/atau reseptor hormon progesteron. Obat-obat yang mengandung terapi hormon membuat kerja reseptor estrogen atau progesteron menurun, sehingga pertumbuhan sel kanker terhambat," ungkap dr. Devia.
Artikel Lainnya: Terapi Hormon Pada Wanita Transgender Rentan Picu Stroke
Jenis Terapi Hormon untuk Kanker Payudara
Ada beberapa jenis terapi hormon yang digunakan bagi beberapa orang yang mengalami kanker payudara. Dokter Devia menjelaskan ada dua jenis secara garis besar, yakni memblok dan menurunkan estrogen.
1. Memblok Estrogen
- Selective estrogen receptor modulator (SERM): contohnya tamoxifen, toremifene.
- Selective estrogen receptor degrader (SERD): contohnya fulvestrant.
2. Menurunkan Estrogen
- Aromatase Inhibitors (AIs) atau penghambat aromatase
Penghambat ini adalah obat yang menghentikan produksi estrogen. Sebelum menopause, sebagian besar estrogen dibuat oleh ovarium.
Tetapi, bagi wanita yang ovariumnya tidak berfungsi, sejumlah kecil estrogen masih dibuat di jaringan lemak oleh enzim (disebut aromatase).
AI bekerja dengan menghalangi aromatase untuk membuat estrogen. Contoh penghambat aromatase ialah anastrozole, letrozole, dan exemestane.
- Ovarian Supression
Untuk wanita pra-menopause, pengangkatan atau penghentian fungsi ovarium (yang merupakan sumber utama estrogen) menjadi efektif dengan metode ini. Hal ini memungkinkan beberapa terapi hormon lain seperti AI untuk digunakan.
Artikel Lainnya: Wanita dengan Kanker Payudara Boleh Melewatkan Kemoterapi?
Dapatkah Terapi Hormon Mencegah Kanker Payudara?
Kalau memang terapi hormon cukup baik untuk kanker payudara, apakah bisa untuk mencegahnya? Ternyata tidak bisa. Pengobatan ini hanya dikhususkan bagi mereka yang sudah terkena.
Jadi, jangan sekali-kali beranggapan bahwa terapi ini bisa dibuat untuk wanita yang mau mencegah kanker payudara.
Justru, kalau ini dilakukan, bisa meningkatkan risiko kanker payudara pada mereka yang sebelumnya tidak mengidap.
"Tidak bisa untuk mencegah, terapi hormon malah meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Semakin tubuh terpapar estrogen dalam jangka waktu lama, malah berisiko tumbuh sel kanker," tegas dr. Devia.
Itulah informasi mengenai terapi hormon untuk kanker payudara. Sebelum menerima pengobatan, pastikan Anda sudah memahami fungsi dan efeknya.
Konsultasi seputar kanker lebih cepat bisa Anda lakukan lewat LiveChat 24 jam bersama dokter spesialis di aplikasi KlikDokter.
(FR/AYU)