Kanker prostat merupakan salah satu jenis keganasan yang menyebabkan banyak kematian. Menurut data GLOBOCAN 2018, jumlah kasus baru penyakit tersebut di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 11.361, dengan angka kematian mencapai 5.007.
Meski mematikan, komplikasi kanker prostat sebenarnya bisa dicegah. Salah satu caranya adalah dengan deteksi dini. Hal ini dapat dilakukan dengan digital rectal examination.
Artikel Lainnya: Tanda dan Gejala Gangguan Prostat yang Jarang Disadari
Apa itu Digital Rectal Examination?
Digital rectal examination (DRE) adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mengetahui perubahan pada prostat. Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode colok dubur.
Selama prosedur, pasien diminta untuk melepaskan celana sehingga bagian pinggang ke bawah tidak tertutupi sesuatu apa pun. Selanjutnya, dokter akan menginstruksikan pasien untuk berbaring miring ke kiri dan menarik lutut ke arah dada, atau berdiri dan bersandar di meja.
Setelah pasien berada di posisi tersebut, dokter akan menggunakan sarung tangan dan memberi pelumas pada satu jari. Kemudian, dokter akan memasukan jari yang sudah dilumasi tersebut ke dalam rektum (anus).
Di saat bersamaan, dokter akan memeriksa bagian dalam rektum yang berdekatan dengan prostat untuk memastikan ada/tidaknya benjolan atau hal-hal lain yang abnormal.
Prosedur pada digital rectal examination tidak menyebabkan rasa sakit, namun bisa membuat pasien merasa tidak nyaman. Kendati demikian, pasien tidak perlu khawatir, karena prosedur ini biasanya hanya memakan waktu beberapa menit.
Artikel Lainnya: Menyingkap Fakta di Balik Mitos Prostat yang Menyesatkan
Efektivitas DRE untuk Mendeteksi Kanker Prostat
Berdasarkan dr. Atika, pemeriksaan DRE tergolong efektif jika ukuran kanker prostat sudah cukup besar.
“Digital rectal examination sebenarnya hanya untuk skrining awal saja. Setelahnya, bisa melakukan USG agar lebih presisi diagnosisnya,” ucap dr. Atika.
“Jadi DRE, USG, baru dilakukan biopsi. Ini untuk memastikan apakah benar yang membesar itu adalah prostat. Lalu, kalau dari RT (rectal touche) ketahuan membesar, baru akan dibiopsi jika memang terdapat kecurigaan ke arah kanker prostat,” jelasnya.
Berikut adalah beberapa hasil penjelasan dari tes DER yang perlu Anda ketahui:
- Prostat dikatakan normal jika ukurannya normal untuk seusia pasien, dan memiliki permukaan yang halus
- Apabila ukurannya lebih besar daripada bentuk normal, ini bisa jadi tanda adanya pembesaran prostat
- Jika prostat memiliki ukuran yang besar, keras, padat, dan halus, ini bisa jadi tanda awal kanker prostat.
Jika memang dinyatakan memiliki kanker prostat, dokter biasanya akan meminta pasien untuk melakukan kemoterapi, radioterapi, atau pengobatan lainnya. Jika diperlukan, pasien juga mungkin akan diminta untuk melakukan operasi guna mengangkat tumor.
Meski bikin kurang nyaman, digital rectal examination adalah pemeriksaan untuk mendeteksi kanker prostat yang cukup efektif. Apakah Anda tertarik mencobanya?
Jika memang Anda ingin mencoba digital rectal examination untuk mengetahui ada/tidaknya kanker prostat, lebih baik konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter melalui LiveChat 24 jam atau di aplikasi KlikDokter.
(NB/JKT)