Kanker paru bisa menyerang siapa saja, termasuk pegawai kantoran yang setiap hari harus bergulat dengan polusi udara saat berkendara dan merokok. Jika Anda seorang pegawai kantoran, ketahuilah bahwa penyakit tersebut tak bisa dianggap sepele. Menurut American Cancer Society, saat ini lebih banyak orang meninggal akibat kanker paru daripada kanker usus besar, payudara, atau kanker prostat.
Sejauh ini, perokok adalah orang dengan risiko terbesar untuk mengalami kanker paru. Akan tetapi, fakta mengejutkan lainnya adalah sebanyak 10-15 persen orang dengan kanker paru tidak pernah merokok. Ini juga yang dialami Sutopo Purwo Nugroho. Kepala Badan Informasi dan Humas BNPB tersebut didiagnosis mengidap kanker paru stadium 4B, padahal ia tidak merokok dan menjaga pola makannya.
"Kanker paru itu faktor risiko utamanya adalah rokok, baik perokok aktif atau pasif. Jadi, intinya selama di Indonesia rokok masih merajalela, kita semua ada risiko terkena kanker paru," ujar dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter.
“Bahkan, mencium baju bekas perokok atau orang yang terpapar asap rokok bisa menyebabkan kanker. Makanya, jika Anda adalah ayah yang merokok atau sehabis nongkrong dengan perokok, sebelum pulang ke rumah lebih baik ganti baju dulu baru boleh pegang anak. Ini disebabkan karena residunya masih tersisa. Makanya, dalam hal ini perokok pasif lebih kasihan," tegas dr. Sepriani.
Ya, perokok pasif adalah paling rentan terkena kanker paru. Menurut berbagai sumber, perokok pasif rentan terkena kanker paru sebesar 25 persen. Jika Anda bukan perokok, lebih baik hindari asap yang keluar dari mulut perokok.
Risiko pekerja kantoran terkena kanker paru
Bagaimana dengan risiko kanker paru pada pekerja kantoran yang terpapar polusi saat berangkat dan pulang kerja saat di jalanan, duduk sepanjang hari di ruangan ber-AC, dan menghirup kotoran karpet ruangan kantor?
Menurut dr. Sepriani, risiko terkena kanker paru dari polusi udara sangat kecil. Justru yang paling rentan terkena adalah pekerja-pekerja tambang atau pekerja Mass Rapid Transit (MRT) yang saat ini sedang berlangsung pembangunannya di Jakarta.
"Kalau masalah polusi, ada risikonya memang tapi cuma 5 persen saja. Ini biasanya terjadi karena mineral-mineral yang terkontaminasi dalam tubuh. Dan umumnya, orang yang rentan terkena adalah para pekerja yang bekerja di tambang karena berkaitan dengan asbes, atau seperti orang-orang yang sedang bekerja membangun MRT di bawah tanah dan bersentuhan langsung dengan mineral," ujar dr. Sepriani.
Namun, dr. Sepriani mengatakan bahwa masalah polusi ini memang bisa menyebabkan kanker paru tapi membutuhkan waktu bertahun-tahun, dan bila paparannya sering. Jika tidak, risikonya memang sangat kecil.
Sementara itu, untuk masalah bekerja di ruangan ber-AC dan terpapar karpet ruangan yang biasanya kotor, itu tidak menimbulkan kanker paru. Keduanya malah berpotensi menghadirkan infeksi jika tidak sering dibersihkan. Selain itu, baik AC dan karpet ruangan bisa menghadirkan bakteri legionela, tungau, jamur, dan parasit.
Nah, itu adalah penjelasan mengenai peluang pekerja kantoran terkena kanker paru. Meski bekerja di ruangan ber-AC dan sering terpapar karpet ruangan tidak memicu kanker paru, Anda juga perlu mewaspadai faktor risiko lainnya, seperti merokok. Jika Anda perokok atau suka nongkrong dengan perokok saat jam istirahat, berhati-hatilah karena Anda lebih berpotensi terkena.
[RS/ RVS]