Saat ini bagi para pasien kanker paru ada alternatif terapi yang bisa ditempuh. Tindakan penanganan tersebut yaitu imunoterapi. Jenis terapi ini dipercaya dapat meningkatkan keberhasilan terapi kanker paru.
Kanker paru sendiri adalah pertumbuhan sel paru yang tidak normal dan tumbuh secara tidak terkontrol. Data dari Globocan 2018 menunjukkan, tiap tahunnya terdapat 2 juta kasus kanker paru baru, dengan kematian mencapai 1,8 juta. Di Indonesia, 40 per 100 ribu orang berisiko terkena kanker paru, terutama pria berusia di atas 40 tahun dan perokok aktif.
Kanker paru dibagi menjadi dua, yaitu jenis kanker paru bukan sel kecil (non-small-cell lung cancer atau NSCLC) dan kanker sel kecil (small-cell lung cancer atau SCLC). Keduanya memiliki pendekatan perawatan yang sangat berbeda.
Kanker paru biasanya tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, hal inilah yang menyebabkan kanker paru biasanya ditemukan pada tahap lanjut.
Terdapat berbagai jenis terapi untuk kanker paru. Pengobatannya tergantung jenis kanker dan kondisi tubuh pasien. Pada kanker paru tahap awal dengan ukuran tumor yang kecil, pembedahan dapat dipertimbangkan.
Selain itu, radioterapi dan kemoterapi juga dapat menjadi pilihan untuk menghancurkan sel kanker. Salah satu pilihan terapi yang terbilang baru adalah imunoterapi. Apa itu imunoterapi untuk kanker paru?
Seluk-beluk imunoterapi: kelebihan dan kekurangannya
Dunia medis kini menawarkan pengobatan terbaru kanker paru dengan metode imunoterapi. Pengobatan ini memanfaatkan sistem kekebalan tubuh supaya aktif melawan sel kanker.
Dalam beberapa dekade terakhir, imunoterapi telah menjadi bagian penting dalam mengobati beberapa jenis kanker. Pertanyaan besarnya, bagaimana sebenarnya cara kerja imunoterapi?
Secara umum, imunoterapi dapat bekerja lewat beberapa cara, yaitu merangsang sistem kekebalan manusia untuk menyerang sel kanker atau memberi tubuh penderita kanker komponen sistem kekebalan yang diperlukan untuk membantu membunuh sel kanker.
Sistem kekebalan dapat melacak semua zat yang biasanya ditemukan dalam tubuh. Jika ada zat baru apa pun yang tidak dikenali oleh sistem kekebalan tubuh, maka akan menimbulkan sinyal bahaya dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh melakukan penyerangan.
Mekanisme tersebut biasanya terjadi pada infeksi kuman. Kuman mengandung zat-zat seperti protein tertentu yang biasanya tidak ditemukan dalam tubuh manusia. Sistem kekebalan melihat kumpulan protein ini sebagai benda asing yang berbahaya, sehingga lantas menyerangnya. Hal inilah yang juga terjadi pada pemberian imunoterapi pada pasien kanker paru. Sel kanker paru yang tidak normal dijadikan target penghancuran dari imunoterapi ini.
Sayangnya, sistem kekebalan lebih sulit untuk menargetkan sel-sel kanker. Hal ini dikarenakan sel kanker dimulai dari sel normal, yang kemudian berkembang secara abnormal. Karena itu, sistem kekebalan tubuh tidak selalu mengenali sel-sel kanker sebagai sel asing.
Tidak semua pasien kanker paru bisa menjalani imunoterapi
Selain itu, tidak semua pasien dengan kanker paru cocok dengan pemberian imunoterapi. Imunoterapi hanya efektif diberikan pada pasien kanker paru yang sel tumornya menunjukkan ekspresi PD-L1 lebih dari 50 persen.
Penelitian membuktikan, jika ekspresi PD-L1 lebih dari 50 persen diberikan imunoterapi, respons pengobatannya mencapai sekitar 60 persen. Maka dari itu, pasien kanker paru wajib melakukan pemeriksaan biomarker PDL-1 sebelum menjalani imunoterapi.
Salah satu kekurangan dari pengobatan kanker dengan imunoterapi adalah harganya yang mahal dan belum tersedia secara merata di Indonesia. Metode terapi ini pun masih mendapatkan pengembangan dari para ahli dunia.
Itulah seluk-beluk seputar imunoterapi untuk kanker paru. Diharapkan, semakin ke depan terapi tersebut bisa benar-benar bisa memperpanjang dan meningkatkan harapan hidup pasien kanker paru.
Selain berbagai pengobatan kanker yang sudah ada, jangan lupakan pemberian gizi yang cukup dan dukungan psikologis kepada setiap kerabat yang menderita kanker paru.
Cari tahu informasi kesehatan tepercaya lainnya dengan membaca artikel di aplikasi Klikdokter. Anda juga bisa konsultasi langsung ke dokter dengan menggunakan fitur Live Chat.
(RN/ RVS)