Kopi rasanya telah menjadi minuman pokok masyarakat Indonesia. Mau pagi, siang, sore, bahkan malam, kopi seakan tak lepas untuk dikonsumsi. Memang, ada yang bilang bahwa minum kopi bisa membawa manfaat kesehatan. Namun ada juga yang berkata bahwa minum kopi malah bisa memicu kanker.
Tidak dimungkiri, konsumsi kopi selalu saja kontroversial. Lantas, mana yang benar menurut pandangan medis?
Proses pembuatan kopi
Pembuatan kopi melibatkan proses pemanggangan. Inilah yang membuat kopi memiliki aroma khas. Namun, ada senyawa yang secara alami dihasilkan dari proses pemanggangan tersebut. Senyawa itu dinamakan akrilamida dan dianggap sebagai karsinogen alias pemicu kanker. Ketinggian suhu dan lamanya waktu pemanasan menentukan jumlah kadar akrilamida yang dihasilkan.
Tak hanya melalui proses pemanggangan biji kopi, akrilamida juga dihasilkan melalui makanan yang disangrai, dipanggang, dibakar, atau digoreng. Sebut saja roti bakar, kentang goreng (french fries), keripik, dan biskuit. Bahkan, sebagian produk-produk makanan bayi dan camilan organik juga mengandung akrilamida.
Benarkah memicu kanker?
Jika ditelusuri, munculnya isu kopi yang memicu kanker tampaknya didasarkan pada studi yang dilakukan pada binatang percobaan. Dalam studi tersebut, tikus percobaan diberi air minum dengan kadar akrilamida yang tinggi, yakni dalam dosis 1.000 hingga 10.000 kali lebih tinggi dari jumlah yang biasa dikonsumsi manusia dari makanan. Tentu saja, hasil studi ini tidak relevan bila diterapkan kepada manusia. Apalagi, pola penyerapan dan metabolisme zat kimia berbeda antara manusia dan tikus.
Dari studi tersebut ditemukan bahwa akrilamida yang masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi senyawa glycidamide, yang berpotensi merusak DNA. Namun, seberapa besar jumlah akrilamida yang dianggap berbahaya bagi tubuh manusia belum diketahui pasti hingga saat ini.
Untuk mengakhiri perbedaan pendapat, di tahun 2014 muncul hasil sebuah kajian studi yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi akrilamida dalam makanan dengan kanker pada manusia. Sesungguhnya, kadar akrilamida di dalam kopi maupun makanan sangat sedikit dibandingkan dengan yang diminum oleh tikus-tikus pada percobaan di studi sebelumnya. Jumlah ini pun jauh lebih sedikit daripada kadar akrilamida yang dihasilkan dengan merokok.
Sebagai puncaknya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mencabut kopi dari daftar “kemungkinan penyebab kanker”. Keputusan ini dibuat setelah meninjau lebih dari seribu studi pada manusia dan binatang sehubungan dengan efek karsinogenik dari kopi.
Kopi justru bermanfaat
Pakar kesehatan kini berani menyatakan bahwa konsumsi 1–2 cangkir kopi sehari tidak akan menyebabkan kanker. Malah, konsumsi kopi pada jumlah tersebut mampu menurunkan risiko terjadinya kanker.
Sebuah studi di tahun 2017 menemukan hubungan antara konsumsi 1 cangkir kopi sehari dengan menurunnya risiko kanker hati dan kanker dinding rahim (endometrium). Senada dengan itu, sebuah studi lain di tahun 2018 juga menemukan hubungan antara konsumsi kopi dengan menurunnya risiko kematian pada penderita kanker usus besar, serta menurunnya risiko kanker payudara setelah menopause.
Lebih jauh, kopi juga diketahui dapat membantu mengendalikan kadar gula darah pada penderita diabetes selama tidak ditambahkan pemanis berlebihan. Kandungan kafein di dalamnya juga dapat meningkatkan laju metabolisme tubuh dan pembakaran lemak, sehingga dapat membantu menurunkan berat badan.
Mulai saat ini, Anda tak perlu khawatir lagi untuk minum kopi. Selama dikonsumsi tak lebih dari 2 cangkir per hari dan tidak ditambahkan pemanis secara berlebihan, minuman berkafein ini justru bisa membawa beragam manfaat bagi kesehatan tubuh Anda. Jadi, sudahkah Anda minum kopi hari ini?
(NB/ RVS)