Kanker serviks merupakan kanker nomor dua yang paling banyak terjadi pada perempuan di Indonesia, setelah kanker payudara. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan, bahwa setidaknya 1 dari 5.000 wanita perempuan di Indonesia terkena kanker serviks dan ini berisiko menyebabkan kematian.
Anda perlu tahu bahwa kanker serviks dapat dicegah dengan cara melakukan skrining atau deteksi dini. Jika ditemukan ada tanda-tanda kanker dari awal, maka penanganannya akan lebih mudah dan peluang sembuhnya juga lebih besar. Sebaiknya, ketahui tes apa saja untuk mendeteksi kanker serviks berikut ini.
Tes Skrining untuk Deteksi Kanker Serviks
Deteksi dini atau skrining kanker serviks dapat dilakukan dengan beberapa cara. Berikut ini adalah metode deteksi dini yang paling sering digunakan di Indonesia:
-
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
IVA merupakan metode skrining yang paling sederhana dan dapat dilakukan di daerah dengan fasilitas kesehatan terbatas.
Saat pemeriksaan IVA, pasien akan diminta berbaring. Kemudian, dokter atau petugas kesehatan akan memasukkan alat bernama spekulum atau cocor bebek ke liang vagina untuk dapat melihat leher rahim.
Selanjutnya, asam cuka 3-5% akan dioleskan ke permukaan leher rahim, lalu dilihat apakah terdapat perubahan warna pada serviks.
Leher rahim yang berubah warna menjadi putih berarti menandakan ada sel leher rahim yang tidak normal dan kemungkinan bisa menjadi tanda kanker serviks.
IVA merupakan metode skrining yang cepat, sederhana, dan murah. Namun, hasil pemeriksaan IVA bisa terbilang kurang akurat karena tergantung dari bagaimana dokter atau pemeriksa melihat perubahan warna leher rahim.
Selain itu, pemeriksaan IVA juga kurang spesifik hasilnya, karena perubahan warna leher rahim bisa disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur, bukan virus HPV penyebab kanker serviks.
-
Pemeriksaan HPV (human papillomavirus)
Berbeda dengan pemeriksaan IVA, tes HPV ini bukan digunakan untuk melihat kondisi sel di leher rahim. Tes HPV bertujuan untuk skrining kanker serviks, dengan melihat apakah terdapat infeksi Human papillomavirus (HPV) pada leher rahim atau tidak.
Perlu diketahui, bahwa jauh sebelum sel berubah menjadi ganas, kanker serviks awalnya dimulai saat HPV menginfeksi leher rahim. Virus HPV akan mematikan sistem yang mengatur keseimbangan sel di dalam leher rahim.
Alhasil, sel-sel serviks yang semula normal, karena infeksi HPV akan berubah menjadi abnormal. Apabila tidak terdeteksi dan tidak dilakukan tindakan, maka sel akan terus berubah dan berkembang menjadi ganas, atau biasa disebut sebagai sel kanker.
Maka, inilah yang membuat tes HPV menjadi lebih unggul, karena dapat mengidentifikasi ada tidaknya HPV di dalam serviks Anda.
Sayangnya, cara pengambilan sampel tes HPV ini membuat perempuan tidak nyaman dan takut. Mengapa? Karena pada saat pemeriksaan, pasien akan diminta berbaring dan dokter akan memasukkan spekulum atau alat berbentuk cocor bebek ke dalam liang vagina.
Kemudian, sampel sel leher rahim akan diambil menggunakan sikat kecil dan diperiksakan ke laboratorium. Nah, proses inilah yang membuat kebanyakan wanita merasa tidak nyaman dan ‘ngeri’, akhirnya banyak yang malas bahkan urung melakukan skrining kanker.
Solusinya Pakai GYNPAD
Kini Anda tidak perlu malu dan takut membayangkan saat spekulum dimasukan ke area sensitif Anda guna mengambil sampel di leher rahim. Sekarang ada GYNPAD sebagai alternatif alat skrining kanker serviks yang berbentuk pantyliner.
GYNPAD berbeda dengan skrining kanker serviks lain yang mengharuskan vagina dimasukkan atau dioleskan sesuatu untuk diuji.
Saat skrining kanker serviks menggunakan GYNPAD, Anda hanya perlu memakainya seperti pantyliner selama 6-8 jam dan tetap bisa beraktivitas seperti biasanya.
Setelah 6-8 jam, lepas filter pada bagian tengah GYNPAD, lalu masukkan ke dalam tabung preservatif yang sudah disediakan, tutup rapat, tempel label yang sudah diisi data diri Anda, dan masukkan kembali tabung sampel ke dalam boks kemasan.
Kirimkan sampel GYNPAD Anda ke laboratorium yang sudah ditunjuk. Sangat mudah dan nyaman, bukan?
Menurut penelitian dari jurnal The Korean Journal of Pathology tahun 2004, hasil tes HPV yang sampelnya diambil menggunakan GYNPAD. sama akuratnya dengan hasil tes HPV yang sampelnya diambil lewat pap smear atau tes HPV di rumah sakit. Jadi, untuk lebih praktis, nyaman, tanpa malu, dan tanpa rasa sakit, Anda bisa membeli dan menggunakan GYNPAD untuk deteksi kanker serviks.
Disarankan untuk mulai melakukan pemeriksaan skrining kanker serviks pada wanita usia 30-65 tahun yang sudah berhubungan seksual. Untuk mencegah kanker serviks terjadi, skrining ini bisa secara berkala setiap 3-5 tahun sekali, lho. Untuk tahu apa saja gejala kanker serviks, jangan ragu ajukan pertanyaan lewat fitur Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter, ya.
(OVI/ RH)