Ada banyak cara pengobatan kanker. Selain kemoterapi, radioterapi, imunoterapi, dan pembedahan, ada juga metode lain yang disebut krioablasi atau cryosurgery alias cryotherapy.
Apabila Anda sedang mempertimbangkan untuk menjalani teknik pengobatan ini, kenali dulu seluk-beluknya. Cari tahu tentang prosedur krioablasi lebih lanjut di bawah ini.
Mengenal Krioablasi untuk Pengobatan Kanker
Krioablasi adalah prosedur pengobatan kanker dengan menggunakan cairan sangat dingin untuk membekukan serta memusnahkan sel-sel kanker.
Namun, tidak semua kanker dapat diatasi oleh krioablasi. Metode ini biasanya akan dilakukan saat pertumbuhan sel-sel abnormal tidak dapat diangkat dengan operasi.
Teknik yang satu ini dapat menangani jenis kanker apa pun, baik tumor jinak, ganas, ataupun prankanker.
Prosedur krioablasi lebih aman dan tidak langsung memecah kulit, dibandingan dengan operasi pemotongan jaringan. Biasanya orang yang melakukan krioablasi akan pulang di hari yang sama.
Pada umumnya, krioablasi tidak akan menerapkan pembedahan besar, layaknya operasi pengangkatan sel kanker. Jarum tipis berisi cairan yang sangat dingin disuntikkan ke tubuh untuk membekukan jaringan sel-sel kanker.
Dengan menghancurkan serta membekukan tumor, sel-sel abnormal yang ingin menyebar dapat dihentikan. Hal ini akan membuat jaringan di sekitarnya yang belum tertular masih bisa berfungsi dengan baik.
Artikel Lainnya: Mengenal Imunoterapi, Salah Satu Terapi untuk Mengobati Kanker
Dijelaskan dr. Arina Heidyana, “Metode ini (krioablasi) masih jarang digunakan di Indonesia. Biasanya, digunakan pada pasien kanker hati dengan ukuran tumor yang masih kecil dan letaknya hanya satu bagian hati saja.”
Selain kanker hati, krioablasi juga bisa diterapkan pada penyakit kanker tulang, kanker serviks, kanker mata, kanker ginjal, kanker hati, kanker paru-paru, dan kanker prostat.
Namun, ditegaskan dr. Arina, tidak semua kanker perlu melakukan prosedur krioablasi. Dokter yang akan menilai pengobatan apa yang paling cocok sesuai kondisi pasien dengan beragam pertimbangan.
Prosedur Krioablasi
Pada tahap awal, dokter akan menilai pengobatan kanker apa yang cocok untuk kondisi pasien. Bila memang krioablasi, beberapa persiapan perlu dilakukan.
Biasanya, bila pasien sedang mengonsumsi obat pengencer darah, dokter akan meminta berhenti sementara sebelum prosedur dilakukan.
Dokter juga meminta pasien untuk makan obat pereda nyeri ibuprofen sesuai dosis sebelum krioablasi. Hal ini karena metode ablasi yang dilakukan untuk pembekuan serta penghancuran tumor di permukaan kulit cukup menyakitkan.
Setelah itu, jarum tipis yang dinamakan cryoprobe akan disuntikkan ke dalam kulit sampai menyentuh jaringan yang terdapat sel kanker.
Dokter akan memonitor bagian dalam tubuh untuk menjadikannya panduan dalam menyuntikkan jarum agar tepat di “target”.
Selanjutnya, untuk membekukan jaringan, dialirkanlah gas argon dan nitrogen cair bertekanan tinggi lewat jarum tersebut.
Temperatur yang terlalu dingin akan membunuh jaringan di titik tersebut (baik sel kanker maupun bagian yang sehat). Biasanya pembekuan krioablasi menggunakan suhu -40 derajat celsius.
Dengan temperatur yang dingin, akan ada kristal yang terbentuk untuk menghalangi aliran darah. Darah pun akan tersumbat selama 10 menit. Itulah mengapa proses pembekuan sel ini hanya berlangsung 10-15 menit.
Saat sedang tidak menerima darah, struktur sel kanker akan musnah. Setelah itu, jaringan yang telah membeku dibiarkan mencair.
Dapat dilakukan beberapa kali proses pembekuan dan pencairan jaringan. Dokter akan menentukannya berdasarkan ukuran, jenis, serta seberapa luas penyebaran kanker. Jika terdapat sel kanker di permukaan kulit, cryoprobe tidak akan disuntikkan.
Artikel Lainnya: Mengenal Terapi Target untuk Mengatasi Penyakit Kanker
Efek Samping Prosedur Krioablasi
Krioablasi adalah prosedur yang relatif aman untuk pengobatan kanker. Namun, terapi apa pun tetap saja ada risiko efek sampingnya.
Dokter Arina menjelaskan, “Efek sampingnya antara lain bisa terjadi kerusakan jaringan sehat di sekitar kanker, nyeri, dan juga infeksi pada bekas luka.”
Selain itu, melansir Cleveland Clinic, berikut beberapa risiko dan komplikasi dari krioablasi:
- Perdarahan;
- adanya cairan yang mengumpul di daerah sekitar yang menjadi sasaran krioablasi, misalnya, paru-paru;
- ada komplikasi dari anestesi, seperti mual atau sulit untuk bangun; dan
- kerusakan saraf yang dapat menyebabkan kelemahan atau mati rasa.
Pastikan Anda sudah mengetahui manfaat dan risiko efek samping sebelum menjalani prosedur krioablasi. Meski relatif aman, diskusikan secara mendalam dengan dokter yang merawat.
Anda masih punya pertanyaan seputar terapi kanker lainnya? Manfaatkan layanan Live Chat 24 Jam dari aplikasi Klikdokter. Yuk, coba!
(HNS/AYU)