Kanker serviks banyak terjadi pada para wanita di Indonesia dan mencapai sekitar 40.000 kasus setiap tahunnya.
Baik aktif secara seksual, sudah memiliki anak, sudah tiga tahun menikah, atau bahkan belum pernah melakukan Pap smear, setiap wanita memiliki risiko yang sama untuk terinfeksi kanker serviks.
Pengetahuan mengenai kanker serviks menjadi landasan penting bagi kaum wanita. Sayangnya, informasi seputar kanker serviks sering diwarnai anggapan yang salah sehingga membuat kita lengah dalam mewaspadai tanda-tanda kanker serviks.
Berikut ini mitos-mitos kanker serviks yang beredar di masyarakat sekaligus fakta-fakta yang sebenarnya.
1. Kanker Serviks Sama dengan Kanker Rahim
Kanker serviks dan kanker rahim adalah penyakit yang berbeda. Kanker serviks terjadi di leher rahim, sedangkan kanker rahim terjadi di dalam rongga rahim.
Meski memiliki gejala yang serupa, penyebab dan penanganan keduanya berbeda.
Artikel lainnya: Kenali Faktor Risiko Kanker Serviks bagi Remaja Wanita
2. Infeksi HPV Hanya Dialami oleh Wanita
Kanker serviks diawali dari infeksi human papillomavirus (HPV). Infeksi virus ini tidak hanya dapat mengintai wanita, tetapi juga pria.
Pria yang terinfeksi virus ini akan berisiko mengalami kutil kelamin atau kanker lain seperti kanker penis, anus, dan tenggorokan.
3. Hanya Wanita dengan Banyak Pasangan Seksual yang Bisa Terinfeksi HPV
Banyak yang mengira bahwa wanita yang punya banyak pasangan seksual lebih rentan terhadap infeksi HPV, yang berujung pada kanker serviks.
Faktanya, setiap wanita yang telah aktif secara seksual, meski hanya dengan satu pasangan, dapat terpapar HPV, yang ujungnya adalah kanker serviks. Karena pada dasarnya, HPV adalah virus yang sangat umum.
Statistik menyebutkan bahwa sekitar 8 dari 10 wanita akan mengalami infeksi HPV pada satu titik sebelum berusia 50 tahun.
Jadi, ini merupakan mitos kanker serviks yang tidak perlu Anda percaya lagi.
4. Infeksi HPV Hanya Ditularkan Melalui Hubungan Intim
Cara utama penularan HPV memang melalui hubungan intim sehingga tergolong sebagai infeksi menular seksual.
Namun, virus tersebut juga dapat menyebar melalui kontak kulit dengan kulit tanpa adanya hubungan intim.
5. Jika Terinfeksi HPV, Artinya Sudah Pasti Akan Mengalami Kanker Serviks
Para pakar telah menemukan lebih dari 100 tipe virus HPV. Sebanyak 14 di antaranya dianggap berisiko tinggi menyebabkan kanker.
Dari jumlah ini, hanya dua jenis virus HPV, yakni tipe 16 dan 18, yang diketahui memicu kanker serviks. Jadi, tak semua infeksi HPV akan berujung pada kanker serviks.
Artikel lainnya: Cara Penularan Kanker Serviks
6. Kanker Serviks Bersifat Diturunkan
Ini juga merupakan mitos kanker serviks. Ingat, kanker serviks bukanlah penyakit yang diturunkan karena disebabkan oleh infeksi HPV tipe 16 atau 18.
Infeksi ini biasanya terjadi akibat perilaku seksual yang tidak sehat.
7. Kanker Serviks Hanya Terjadi di Negara Berkembang
Kanker serviks dapat dialami oleh wanita di berbagai negara, baik di negara maju maupun berkembang.
Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa kasus kanker serviks lebih banyak terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena program deteksi dini kanker yang belum terkelola dengan baik.
8. Kanker Serviks Tidak Dapat Dicegah
Layaknya penyakit pada umumnya, kanker serviks sangat bisa dicegah. Deteksi dini seperti Pap smear dan tes HPV dapat menemukan sel-sel abnormal dalam serviks sebelum berubah menjadi kanker.
Berikutnya, bisa diambil langkah pengobatan dini sehingga perkembangan kanker serviks dapat dicegah.
Selain itu, kini juga sudah tersedia vaksinasi HPV yang bisa diberikan sejak anak berusia 9 tahun.
Risiko kanker serviks juga dapat dikurangi dengan menghindari rokok dan paparan asapnya, tidak berhubungan intim dengan banyak pasangan, serta tidak melakukan hubungan intim di usia yang terlalu muda.
Artikel lainnya: Tanda Keputihan yang Berhubungan dengan Kanker Serviks
9. Deteksi Dini Kanker Serviks Tidak Diperlukan Jika Tidak Mengalami Keluhan
Pernyataan ini merupakan salah satu mitos kanker serviks yang masih banyak dipercaya.
Deteksi dini justru sangat penting dilakukan untuk menemukan kelainan pada orang sehat yang tidak memiliki keluhan apa-apa.
Hal ini karena perubahan abnormal pada sel serviks tidak bisa dirasakan maupun dilihat, sehingga hanya bisa diselidiki melalui pemeriksaan. Jadi, periksakan diri sendiri sebelum muncul keluhan adalah yang terbaik.
10. Deteksi Dini Kanker Serviks Perlu Dilakukan Setiap Tahun
Deteksi dini untuk kanker serviks dilakukan melalui Pap smear dan tes HPV. Jika hasil keduanya normal, maka pemeriksaan tidak perlu dilakukan setiap tahun.
Untuk usia 21-29 tahun, Pap smear dilakukan setiap 3 tahun. Untuk usia 30-64 tahun, Pap smear dan tes HPV dilakukan setiap 5 tahun.
Sedangkan untuk usia 65 tahun ke atas, konsultasikan dengan dokter apakah Pap smear dan tes HPV perlu dilanjutkan.
11. Kanker Serviks Tidak Bisa Disembuhkan
Selain mencegah timbulnya kanker, deteksi dini juga dapat membantu menemukan kanker serviks pada stadium dini di mana pengobatan paling efektif.
Selama belum mencapai stadium IIB, peluang sembuh dari kanker serviks tergolong sangat tinggi.
Dengan deteksi dini, angka harapan hidup bahkan mencapai 92% dalam waktu 5 tahun setelah terdiagnosis.
Setelah mengetahui mitos dan fakta seputar kanker serviks, diharapkan Anda bisa lebih bijak dalam menyikapi segala informasi yang diperoleh.
Dalam hal kanker serviks, konsultasikan langsung segala pertanyaan dengan dokter yang Anda percayai.
Meski tampak sepele, hoaks, mitos, dan hal-hal menyimpang lain yang ada di mana saja dapat memengaruhi persepsi dan merugikan kondisi kesehatan Anda di masa depan.
Tidak ingin terjebak dengan mitos soal kesehatan lainnya? Baca artikel kesehatan yang tepercaya di aplikasi KlikDokter. Anda juga dapat berkonsultasi dengan dokter di Live Chat.
[RS]