Kanker payudara adalah jenis kanker yang berkembang pada sel-sel payudara. Sel-sel ini membelah diri lebih cepat dari sel normal, dan membentuk benjolan atau massa.
Hingga saat ini, sudah ada beragam terapi untuk mengatasi kondisi ini, seperti pembedahan dan kemoterapi. Akan tetapi, di samping itu, jahe disebut-sebut dapat mengobati kanker payudara. Seberapa efektifkah?
Penderita kanker payudara tinggi
Kanker payudara hingga saat ini memang menjadi momok yang menakutkan. Di Indonesia sendiri, kanker payudara adalah jenis kanker yang paling banyak menyerang wanita, dengan angka 42,1 per 100.000 penduduk. Angka kematiannya pun tinggi, yakni 17 orang per 100.000 penduduk.
Malangnya, 70 persen pasien kanker payudara di Indonesia datang ke dokter dalam stadium lanjut (di atas stadium 3).
Dalam kondisi lanjut itu, proses pengobatan dan penyembuhan akan jauh lebih sulit. Itu karena, di saat stadium semakin lanjut, kanker juga dapat menyebar ke berbagai organ di dalam tubuh.
Padahal, jika pasien datang dalam stadium dini, angka harapan hidup pasien kanker payudara akan lebih baik. Hal ini disinyalir disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran pasien untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan mengenali gejala kanker payudara.
Tidak hanya diderita oleh mereka yang berusia paruh baya hingga tua, kanker payudara juga dapat menyerang orang yang berusia produktif. Bahkan, ditemukan juga remaja yang sudah mengidap kanker payudara.
Jika ditemukan sedini mungkin, kemungkinan keberhasilan terapi dan angka harapan hidup pasien akan lebih tinggi. Oleh karena itu, akan sangat baik Anda mengenali gejala kanker payudara.
Gejala tersebut antara lain adanya benjolan pada payudara, perubahan bentuk dan ukuran payudara, perubahan tekstur kulit payudara menjadi seperti kulit jeruk, puting tertarik ke dalam, serta keluarnya cairan atau darah dari puting.
Potensi jahe sebagai terapi
Ada beberapa metode pengobatan kanker payudara yang selama ini telah dikenal, seperti operasi, radiasi, kemoterapi, dan terapi hormon. Meksipun semuanya bertujuan untuk menghilangkan atau membunuh sel kanker, terapi tersebut bukanlah tanpa efek samping.
Metode kemoterapi, misalnya. Salah satu efek samping akibat kemoterapi yang banyak membuat pasien tidak nyaman adalah rasa mual yang berlebihan. Untuk mengatasinya, dokter biasanya akan memberikan jahe sebagai obat alami yang dapat membantu menghilangkan rasa mual tersebut.
Namun, setelah diteliti lebih lanjut, ada kemungkinan bahwa zat aktif yang terdapat di dalam jahe juga dapat membantu melawan sel kanker dalam payudara. Hal tersebut merupakan penemuan yang menggembirakan.
Jahe, atau dikenal dengan nama Latin Zingiber officinale, adalah tanaman rimpang yang telah digunakan sebagai bumbu dapur dan obat sejak zaman dahulu. Jahe yang memiliki rasa pedas ini telah diteliti memiliki efek antitumor, antiperadangan, antimikroba, dan antimual.
Para ahli menemukan bahwa jahe mengandung gingerol yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara dan menyebabkan sel tersebut mati secara terprogram (mengalami apoptosis).
Artinya, jahe dapat membantu menghambat metastasis (penyebaran) sel kanker payudara ke organ lain, baik pada tikus maupun pada manusia.
Jahe dapat digunakan sebagai terapi ajuvan (tambahan) untuk kasus kanker payudara. Meski demikian, para ahli sepakat bahwa penggunaan jahe sebagai terapi kanker payudara masih perlu diteliti lebih lanjut.
Pengobatan lainnya, seperti operasi, radiasi, kemoterapi, dan terapi hormon masih tetap perlu untuk dilakukan. Terapi untuk pasien ini akan dipilih dokter dengan mempertimbangkan stadium dan jenis kanker payudara.
[HNS/ RH]