Sakit perut adalah salah satu gangguan kesehatan umum. Namun, bukan berarti keluhan ini bisa diabaikan begitu saja.
Terlebih bila Anda merasakan perut sakit dan bengkak, waspada kondisi kanker kantong empedu. Jadi, apa saja penyebab dan gejalanya? Berikut ulasannya.
Penyebab dan Gejala
Kantong atau kandung empedu adalah organ kecil berbentuk mirip buah pir. Letaknya ada di sisi kanan perut, tepat di bawah hati.
Organ tersebut menyimpan cairan empedu, yang berfungsi untuk mencerna makanan yang dihasilkan hati.
Peran terpenting empedu adalah menghancurkan lemak, bagian yang paling sulit tercerna.
Artikel Lainnya: Tips Mudah Mengatasi Sakit Perut di Rumah
Nah, ketika ada pertumbuhan sel tidak normal di organ ini, terjadilah kanker kantong empedu.
“Kanker kantong empedu adalah kondisi di mana munculnya pertumbuhan sel-sel tidak normal pada kantong empedu,” ujar dr. Dyah Novita Anggraini.
Ketika kanker kandung empedu ditemukan pada tahap awal, peluang untuk sembuh sangat baik.
Sayangnya, sebagian besar kanker kandung empedu ditemukan pada stadium lanjut sehingga kondisinya bisa sudah sangat buruk.
Alasannya, sering kali gangguan kesehatan ini tidak menimbulkan tanda atau gejala yang spesifik.
Selain itu, sifat kandung empedu yang relatif tersembunyi membuat gangguan kesehatan ini lebih mudah tumbuh tanpa terdeteksi.
Meski tidak menimbulkan tanda spesifik, ada beberapa gejala kanker kantong empedu yang mungkin perlu Anda waspadai, seperti:
- sakit perut pada bagian kanan atas,
- perut kembung,
- penurunan berat badan secara drastis tanpa diet,
- kehilangan nafsu makan,
- sering merasa lemas dan lelah meski sudah istirahat yang cukup,
- menguningnya kulit dan bagian putih pada mata, dan
- mual dan muntah dengan intensitas cukup sering.
Selain tanda-tanda tersebut, muncul benjolan pada perut juga jadi salah satu gejala yang sebaiknya diwaspadai. Benjolan ini muncul akibat tersumbatnya saluran empedu dan membuat kantong empedu jadi membengkak.
Artikel Lainnya: Selain Sakit Perut, Ini Tanda Pencernaan Anda Bermasalah
Hingga kini, belum jelas apa penyebab dari kanker kantung empedu. Namun, para ahli mencurigai adanya mutasi DNA dari tubuh bisa berisiko sebabkan kanker empedu.
Mutasi ini nantinya akan menyebabkan sel-sel tersebut tumbuh di luar kendali, dan membuat sel-sel ini berubah jadi sel tumor atau sel kanker.
Pengobatan Kanker Kantung Empedu
Jika tidak segera ditangani, sel kanker bisa menyebar ke seluruh bagian tubuh. Bukan tidak mungkin, membuat tubuh jadi “sarang” kanker.
“Untuk pengobatan kanker kantong empedu sendiri sebenarnya harus dilihat dari jenis dan stadiumnya. Ada yang kombinasi antara operasi dan kemoterapi, atau hanya satu metode saja,” ujar dr. Dyah Novita.
“Namun, umumnya akan dilakukan pengobatan kombinasi, dan dilanjutkan kemoterapi dalam beberapa siklus,” dia menambahkan.
Melansir National Cancer Institute, berbagai jenis perawatan tersedia untuk pasien dengan kanker kandung empedu. Biasanya dokter akan menawarkan tiga jenis perawatan standar, seperti:
-
Operasi
Kanker kandung empedu dapat diobati dengan kolesistektomi, yakni pembedahan untuk mengangkat kantong empedu dan jaringan di sekitarnya. Kelenjar getah bening di dekatnya dapat diangkat.
Artikel Lainnya: Sakit Perut Setelah Makan Sambal, Ini Penjelasannya
-
Terapi Radiasi
Pengobatan kanker dengan terapi radiasi menggunakan sinar x energi tinggi atau jenis radiasi lain untuk membunuh sel kanker atau mencegahnya tumbuh.
Terapi radiasi eksternal menggunakan mesin yang ada di luar tubuh untuk mengirim radiasi ke area tubuh yang terkena kanker.
-
Kemoterapi
Metode kemoterapi dilakukan dengan memasukkan obat-obatan dengan tujuan menyetop pertumbuhan sel-sel kanker, yakni melalui membunuh sel ataupun menghentikan pembelahan sel.
Jangan diabaikan, segera cari tahu penyebab perut sakit dan bengkak yang sering dialami. Meski tidak selalu kanker kantong empedu, tidak ada salahnya Anda waspada.
Periksakan kepada dokter untuk mendapatkan diagnosis penyebabnya. Dengan penanganan dini, kesempatan sembuh akan lebih besar. Yuk, manfaatkan layanan LiveChat 24 Jam dari aplikasi Klikdokter.
(HNS/AYU)