Mendengarkan musik memang bisa menjadi pereda stres. Anda juga bisa lebih konsentrasi dengan memasang earphone saat bekerja. Meski begitu, waspadalah untuk tidak terlalu sering mendengarkan musik terlalu keras. Tak hanya menurunkan kualitas pendengaran Anda, mendengarkan musik terlalu keras disinyalir dapat meningkatkan risiko kanker otak. Apa benar demikian?
Menurut dr. Atika dari KlikDokter, selama ini belum ada penelitian medis yang mengaitkan antara musik yang terlalu keras dengan kanker otak. Sebab, pada dasarnya, belum ada penyebab pasti dari tercetusnya kanker otak pada diri seseorang. Satu hal yang pasti dihasilkan dari kebiasaan buruk mendengarkan musik terlalu keras adalah noise induced hearing loss (NIHL), atau kehilangan kemampuan dengar.
“Biasanya orang yang terkena NIHL ini adalah orang-orang yang bekerja dari pagi sampai malam di lingkungan yang bising. Misalnya saja, lokasi pembangunan, pabrik, pokoknya yang menghasilkan suara bising dengan intensitas tinggi,” jelas dr. Atika.
Jadi, bila orang itu hanya sesekali saja mendengarkan musik keras menggunakan earphone ataupun speaker, tidak akan terlalu memengaruhi kualitas pendengaran.
“Kecuali jika dia memang intens, ya. Misalnya dari pagi sampai malam dan itu dilakukan setiap hari. Itu memang bisa merusak pendengaran atau NIHL. Tapi apakah bisa sampai memicu kanker otak? Kemungkinan besar tidak,” dr. Atika menekankan.
Gangguan pendengaran akibat volume suara
Sementara itu, dilansir Disabled-world.com, suara yang dianggap berbahaya untuk telinga manusia adalah paparan suara di atas 85 desibel dan berulang dalam waktu yang panjang. Semakin keras suaranya (makin tinggi desibelnya), semakin cepat orang yang berada di daerah itu untuk terkenal NIHL.
Beberapa suara yang bisa meningkatkan risiko NIHL, antara lain:
Sirine (120 desibel)Sepeda motor (95 desibel)Kebisingan lalu lintas (85 desibel)Senjata api atau petasan (150 desibel)Suara musik MP3 dengan volume maksimal (105 desibel).
Sebelum seseorang kehilangan kemampuan dengarnya, biasanya suara keras akan membuat telinga seseorang berdengung dulu, atau disebut dengan tinnitus. Jika Anda pernah mengalami tinnitus dan Anda menghindari sumber masalahnya untuk beberapa waktu ke depan, tinnitus bisa mereda.
Tetapi bila tinnitus Anda abaikan dan Anda tetap mendengarkan musik terlalu kencang - atau berada di lingkungan yang terlalu bising sepanjang waktu - risiko kehilangan pendengaran pun semakin besar.
Faktor risiko kanker otak
Jika sering mendengarkan musik keras itu tidak memicu kanker otak, hal apa yang bisa menyebabkan kanker otak? Sama seperti yang sudah dipaparkan oleh dr. Atika di atas, dr. Resthie Rachmanta Putri, M.Epid dari KlikDokter juga mengatakan bahwa penyebab kanker otak belum diketahui secara pasti.
“Tapi ada sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami kanker otak, misalnya faktor usia, riwayat keluarga, kondisi genetik, dan radioterapi,” kata dr. Resthie.
Bicara soal kondisi genetik, salah satu gen yang bermutasi dan dapat memicu kanker otak adalah gen p53. “Sebenarnya dalam kondisi normal, gen tersebut berperan dalam mencegah terjadinya tumor. Namun saat bermutasi, gen p53 justru berperan sebaliknya. Pada kasus kanker otak, 25-40 persennya dipicu oleh kelainan gen ini,” dr. Resthie menekankan.
Meskipun sering mendengar musik keras tidak memicu kanker otak, bukan berarti Anda bisa melakukannya setiap waktu. Sebab, hal tersebut hanya akan membuat Anda kehilangan kemampuan dengar secara permanen. Anda juga perlu mewaspadai gejala-gejala kanker otak, terutama bila memiliki faktor risiko. Gejala kanker otak meliputi sering nyeri kepala, mudah lelah, mual dan muntah, kejang, dan terganggunya kemampuan berbicara serta daya nalar. Bila Anda mengalami salah satu dari gejala tersebut, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
[RS/ RVS]