Vaksin HPV (human papilloma virus) merupakan salah satu langkah pencegahan terhadap kanker serviks. Studi uji klinis membuktikan bahwa imunisasi HPV yang diberikan pada anak remaja dengan dosis yang tepat memberikan proteksi hampir 100 persen terhadap kanker serviks tahap awal dan penyakit kutil kelamin (genital warts).
Kapan vaksin HPV perlu diberikan?
Idealnya, vaksin HPV diberikan pada anak berusia 11-12 tahun. Di Indonesia, vaksin ini diberikan saat anak berada di kelas 5 SD. Untuk mencapai tingkat proteksi yang optimal, imunisasi HPV disuntikkan dua kali dengan jarak enam bulan.
Jadi misalnya sekarang anak mendapat suntikan pertama, maka suntikan kedua sebaiknya dilakukan enam bulan lagi.
Vaksin HPV dapat juga mulai diberikan pada usia yang lebih muda, yakni sejak usia 9 tahun. Lebih lanjut, vaksin ini juga memiliki efektivitas yang sama baiknya jika disuntikkan paling lambat pada perempuan berusia 26 tahun atau laki-laki berusia 21 tahun.
Namun, ada beberapa kondisi yang membuat seseorang perlu menerima vaksin HPV meskipun sudah berusia di atas 26 tahun (pada perempuan) atau di atas 21 tahun (pada laki-laki), yaitu:
- Pada laki-laki homoseksual atau biseksual yang berhubungan intim dengan sesama laki-laki.
- Pada orang transgender, yang secara psikologis merasa bahwa dirinya memiliki jenis kelamin yang berbeda dengan jenis kelamin yang nampak secara fisik.
- Orang yang memiliki gangguan daya tahan tubuh, misalnya mengalami HIV.
Vaksin HPV pada orang yang sudah menikah
Memang sebaiknya vaksin HPV diterima seseorang sebelum wanita berhubungan seks untuk pertama kalinya. Sebab, hubungan seks membuat seseorang rentan terpapar HPV. Namun demikian, perempuan yang sudah pernah berhubungan seksual tetap boleh menerima vaksinasi HPV.
Vaksin tersebut tetap bermanfaat dalam mencegah kanker serviks. Tapi efektivitasnya lebih rendah dibandingkan jika disuntikkan sebelum melakukan hubungan seksual.
Namun demikian, berbagai uji klinis menunjukkan bahwa vaksinasi HPV pada usia di atas 26 tahun tidak cukup efektif dalam memproteksi seseorang dari bahaya virus HPV.
Sebagai solusinya, cara yang efektif untuk mencegah kanker serviks adalah dengan melakukan skrining kanker serviks secara berkala. Beberapa jenis pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks adalah:
-
Pap smear
Pap smear dilakukan dengan dengan mengambil sampel sel dari mulut rahim menggunakan sikat kecil. Kemudian hasilnya diperiksa di bawah mikroskop. Perempuan berusia 21-29 tahun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ini setidaknya setiap tiga tahun sekali.
Sementara itu, perempuan berusia 30 tahun ke atas dianjurkan melakukan pemeriksaan ini setiap 5 tahun sekali bersamaan dengan pemeriksaan HPV DNA.
-
IVA (inspeksi visual asetat)
IVA memiliki fungsi yang serupa dengan pap smear, yaitu untuk mendeteksi adanya hal yang tidak normal pada sel di mulut rahim. Bedanya, IVA dilakukan dengan mengoleskan larutan asam cuka di daerah mulut rahim. Jika mulut rahim berubah warna menjadi keputihan, maka kemungkinan besar hal itu menunjukkan adanya kanker.
-
Pemeriksaan HPV DNA
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa bahan genetik yang terkandung dalam virus human papilloma. Pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan pap smear pada wanita berusia 30 tahun ke atas.
Vaksin HPV merupakan tindakan yang efektif untuk mencegah kanker serviks jika dilakukan pada wanita berusia kurang dari 26 tahun dan belum pernah berhubungan seksual. Selebihnya, tindakan paling efektif untuk melindungi diri dari kanker serviks adalah dengan melakukan skrining secara berkala. Namun berapa pun usia Anda jika Anda ingin mendapatkan vaksin ini, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter.
[NP/ RVS]