Mengompol pada malam hari biasanya identik dengan bayi dan balita. Akan tetapi, lansia juga bisa mengalaminya. Jika lansia ngompol di malam hari, baik dirinya maupun orang-orang di sekitarnya harus waspada karena kondisi ini bisa jadi merupakan tanda serangan Alzheimer.
Pada dasarnya, mengompol adalah proses pengosongan kandung kemih secara paksa selama tidur. Bayi atau balita yang masih belum bisa atau berani ke kamar mandi sendiri paling sering mengompol, ditandai dengan kasur dan celana si Kecil yang basah keesokan paginya.
Namun, mengompol juga bisa menyerang kelompok lansia, dan ini dikatakan sebagai salah satu tanda bahwa orang tersebut terserang penyakit Alzheimer. Penyakit yang berhubungan dengan hilangnya ingatan ini memiliki tanda mengompol jika sudah dalam kondisi berat.
Penyebab Lansia Mengompol Pada Malam Hari
"Mengompol itu berarti kehilangan kontrol dari kandung kemih atau dari rektum. Kalau untuk Azlheimer, biasanya terjadi jika kondisinya sudah berat,” kata dr. Adeline Jaclyn menjelaskan dari KlikDokter.
“Penyebab umum Alzheimer itu, kan, lupa atau hilang ingatan. Jadi, orang dengan Alzheimer bisa jadi lupa atau tidak menyadari kalau butuh pergi ke kamar mandi. Orang dengan Alzheimer juga bisa lupa dengan di mana lokasi kamar mandi. Kondisi ini bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, mulai dari kondisi fisik tertentu, stres, dan pengobatan,” lanjutnya.
Karena orang dengan Alzheimer identik dengan lansia, biasanya kelompok usia ini juga harus “berurusan” dengan penyakit lain yang butuh pengobatan. Nah, obat-obatan yang dikonsumsi tersebut bisa memicu terjadinya mengompol pada malam hari, seperti obat diabetes, stroke, saluran kencing, termasuk obat tidur. Selain itu, minum teh atau kopi juga bisa membuat produksi kencing menjadi banyak (diuretik).
Apa saja gejala penyakit Alzheimer?
Menurut dr. Dyah Novita Anggraini dari KlikDokter, Alzheimer terjadi karena matinya sel-sel saraf otak (apoptosis) secara berbarengan yang membuat otak semakin mengecil dan mengerut. Singkatnya, kondisi ini membuat pengiriman sinyal di otak terganggu.
Beberapa hal bisa meningkatkan risiko terjadinya Alzheimer, yakni cedera kepala berat, bertambahnya usia, serta wanita menopause. Selain itu, orang yang mengalami kekurangan estrogen, jarang berolahraga, penderita diabetes, dan orang dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) juga berpeluang terkena Alzheimer. Faktor genetik juga berpengaruh. Jika ada anggota keluarga memiliki riwayat penyakit ini, Anda pun berisiko mengalami hal yang sama.
Namun, Alzheimer bisa dicegah jika Anda tahu gejala-gejalanya. Menurut dr. Dyah, berikut ini adalah gejala-gejala Alzheimer yang Anda perlu ketahui:
- Gangguan daya ingat. Penderita Alzheimer umumnya mengalami gangguan daya ingat seperti sering lupa kejadian yang baru saja terjadi atau menceritakan hal yang sama berulang kali. Terkadang penderita juga mengalami disorientasi waktu dan lokasi, serta tidak ingat kejadian penting, bingung lokasi mereka berada, tidak tahu jalan pulang.
- Sulit menyelesaikan tugas sehari-hari atau kegiatan yang biasa dilakukan.
- Sulit untuk fokus dalam mengerjakan sesuatu yang sederhana.
- Sulit dalam kegiatan visuospasial seperti berhitung, membaca, menentukan jarak, atau membedakan warna.
- Gangguan berkomunikasi. Penderita Alzheimer mengalami gangguan mengingat kata-kata yang sebelumnya sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Mereka juga sulit berbicara dan memahami percakapan.
- Lupa menaruh barang atau menaruh tidak pada tempatnya.
- Antisosial. Biasanya, penderita Alzheimer lebih menarik diri dari pergaulan dan tidak terlalu semangat untuk berkumpul dengan teman-temannya karena kurangnya rasa percaya diri dan gangguan komunikasi.
- Sulit membuat keputusan yang tepat.
- Tidak terlalu memperhatikan kebersihan diri.
- Perubahan perilaku dan kepribadian. Mood dan kepribadian penderita Alzheimer mudah berubah. Mereka dapat menjadi sedih, marah, bingung, atau bahkan depresi.
Jika di rumah Anda mendapati ada lansia ngompol di malam hari, atau justru Anda sendiri yang mengalaminya, segera konsultasikan hal itu dengan dokter karena bisa jadi itu adalah tanda serangan Alzheimer. Bisa jadi konsisi tersebut perlu penanganan lebih lanjut. Selain itu, lakukan pencegahan terjadinya Alzheimer sedini mungkin dengan menerapkan gaya hidup sehat dan perbanyak sumber makanan yang mengandung omega-3.
[RN/ RVS]