Usia di atas 50 tahun disebut juga sebagai usia emas. Alasannya, karena tidak semua orang bisa mencapai usia tersebut. Perlu Kamu pahami bahwa proses penuaan menyebabkan seseorang mengalami penurunan daya tahan tubuh.
Hal ini membuat lansia rentan terhadap penyakit, tidak hanya penyakit kulit pada lansia tapi juga penyakit yang erat kaitannya dengan fungsi imun lansia.Beberapa penyakit bahkan dapat meningkatkan risiko kematian, khususnya apabila terlambat atau tidak ditangani dengan tepat. Berikut deretan penyakit yang sering terjadi pada lansia:
1. Fungsi Penglihatan Menurun
Menurunnya penglihatan pada lansia kerap terjadi seiring bertambahnya usia. Gangguan penglihatan tersering yang menyerang kaum lansia adalah katarak.
Kondisi ini menyebabkan keruhnya lensa mata, sehingga pandangan menjadi buram. Selain usia yang menua, beberapa faktor yang dapat menyebabkan penyakit katarak pada lansia, di antaranya:
- Trauma atau kecelakaan
- Paparan cahaya matahari
- Penyakit metabolik seperti diabetes
- Penggunaan obat-obatan jangka panjang
- Genetik
Selain katarak, degenerasi makula juga merupakan salah satu penyebab utama kebutaan pada lansia. Penyakit ini terjadi akibat penurunan fungsi saraf pada mata lansia seiring dengan bertambahnya usia.
Semakin memburuk kondisi saraf mata, semakin berkurang pula kemampuan penglihatan pada lansia hingga akhirnya menyebabkan kebutaan. Deteksi dini penyebab menurunnya kemampuan penglihatan pada lansia sangat penting untuk mempertahankan kualitas penglihatan lansia setelah mendapatkan perawatan.
Artikel lainnya: Mengapa Mata Lansia Sering Berair?
2. Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi termasuk penyakit pada lansia yang cukup sering ditemukan. Parahnya, banyak kasus hipertensi pada lansia tidak terdeteksi hingga menimbulkan penyakit lain yang lebih serius, seperti penyakit jantung dan stroke.
Gejala fisik hipertensi memang tidak mudah dikenali. Kondisi ini kerap ditemukan secara tidak sengaja saat lansia menjalani pemeriksaan kesehatan. Beberapa gejala tidak spesifik yang kerap dialami lansia dengan hipertensi, misalnya sakit kepala hebat dan nyeri dada.
3. Penyakit Jantung
Berhubungan juga dengan hipertensi, penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup umum ditemukan pada lansia. Penyakit jantung menjadi salah satu penyumbang angka kematian terbesar pada orang lanjut usia.
Penyakit jantung ada banyak jenisnya. Namun, jenis penyakit jantung yang paling sering menyerang lansia adalah penyakit jantung koroner (PJK) akibat penumpukan plak pada pembuluh darah koroner di jantung.
Penyakit jantung banyak dipengaruhi oleh gaya hidup sedari muda, seperti merokok, pola makan tidak sehat, obesitas, malas gerak, dan lain-lain. Selain itu, riwayat penyakit jantung dalam keluarga juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit mematikan ini.
Menjaga kesehatan jantung pada lansia tidak dilakukan di masa tua. Tindakan ini perlu dilakukan sedari dini di masa muda.
Artikel lainnya: Jalan Kaki Bisa Turunkan Risiko Penyakit Jantung Wanita Lansia
4. Kolesterol Tinggi
Kolesterol tinggi dapat menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit lain, salah satunya serangan Jantung. Kolesterol tinggi pada lansia kerap terjadi akibat gaya hidup tidak sehat sedari muda, seperti merokok, pola makan sembarangan, konsumsi minuman beralkohol, dan malas berolahraga.
5. Stroke
Stroke merupakan penyakit yang dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani dengan obat-obatan dan tindakan medis yang tepat. Penyakit ini utamanya disebabkan oleh terhentinya aliran darah ke otak, sehingga sel-sel bagian tubuh tersebut kekurangan oksigen hingga rusak dan mati.
Secara garis besar, terdapat dua jenis stroke, yaitu hemoragik (perdarahan) dan iskemik (pembuluh tersumbat). Keduanya sama-sama dapat menghentikan pasokan oksigen ke otak, yang ujung-ujungnya berakibat fatal.
Agar lebih mudah diingat, gejala stroke disingkat dengan nama FAST, yaitu Face, Arms, Speech, dan Time. Face berarti area wajah yang turun sebelah, seperti alis yang tidak bisa diangkat bersamaan. Arms berarti melemahnya salah satu atau kedua anggota gerak.
Speech adalah gangguan berbicara akibat lidah pelo. Sementara, time berarti perawatan stroke pada lansia perlu diberikan segera dengan menghubungi layanan gawat darurat jika timbul salah satu gejala yang disebutkan di atas.
Artikel lainnya: Lansia Sehat dengan Senam Anti-Stroke, Ini Caranya!
6. Pikun atau Demensia
Pikun atau demensia merupakan suatu gejala yang ditandai dengan kesulitan dalam mengingat dan berpikir. Penyakit ini pun identik dengan kesulitan dalam menyelesaikan aktivitas sehari-hari, misalnya lupa menjaga kebersihan diri atau sulit membuat keputusan.
Keluhan-keluhan tersebut bersifat progresif, sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup orang yang mengalaminya. Demensia dapat terjadi karena faktor usia, riwayat keluarga, maupun gangguan pada otak akibat Alzheimer atau kondisi lainnya.
Apabila Kamu memiliki keluarga yang mengalami kondisi demikian, lebih baik segera diperiksakan ke dokter spesialis saraf. Dengan deteksi dan pengobatan sejak dini, Kamu bisa membantu serta mendampingi lansia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Artikel lainnya: Latihan Otak Agar Lansia Tidak Mudah Pikun
7. Penyakit Parkinson
Penyakit saraf lain yang kerap dialami lansia adalah parkinson. Penyakit ini merupakan gangguan saraf progresif yang utamanya menimbulkan gejala tremor atau gemetar, kekakuan, dan gangguan gerakan lainnya.
Penyakit Parkinson dapat menurunkan kualitas hidup dan kesehatan lansia. Pasalnya, mereka bisa kekurangan nutrisi karena sulit mengunyah dan menelan, atau susah tidur di malam hari.
8. Depresi
Lansia merupakan kelompok umur yang tidak luput dari gangguan kesehatan mental, salah satunya depresi. Depresi pada lansia dapat diakibatkan oleh rasa kesepian, kurangnya aktivitas, mengalami penyakit kronis, atau bahkan tanpa sebab yang jelas.
Penyakit mental pada lansia ini dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga lebih rentan terserang infeksi dari luar.
Artikel lainnya: Berbagai Gangguan Kecemasan yang Mungkin Dialami Lansia
9. Radang Sendi
Radang sendi atau arthritis merupakan penyakit autoimun yang kerap dialami oleh lansia. Penyakit ini menimbulkan nyeri di sendi, mulai dari ringan hingga sangat berat.
Radang sendi juga bisa membatasi pergerakan anggota gerak pada lansia. Bila diamati, area sendi yang bermasalah akan membengkak, kemerahan, dan terasa hangat bila disentuh. Terdapat dua jenis arthritis, yaitu osteoarthritis dan rheumatoid artritis yang dikenal juga dengan sebutan rematik.
10. Diabetes
Penyakit metabolik yang juga sering terjadi pada lansia adalah diabetes melitus tipe 2 atau kencing manis. Penyakit ini disebabkan oleh sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin (resistensi insulin).
Kondisi ini menyebabkan tingginya kadar gula darah. Beberapa faktor risiko diabetes, misalnya kelebihan berat badan, riwayat keluarga, gaya hidup minim gerak, dan usia yang terus bertambah.
Gejala khas diabetes, termasuk sering merasa haus, kerap buang air kecil terutama di malam hari, merasa kelaparan meski sudah makan cukup, dan luka yang susah sembuh. Jika lansia mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan kesehatan di dokter atau rumah sakit terdekat.
11. Obesitas
Obesitas (berat badan di atas normal) pada lansia kerap terjadi akibat minimnya aktivitas fisik. Padahal, obesitas pada lansia merupakan akar dari berbagai penyakit metabolik berbahaya, seperti diabetes dan kolesterol tinggi.
Obesitas juga membuat lansia semakin berisiko terjatuh dan mengalami cedera yang cukup parah. Hal ini dapat menyebabkan patah tulang atau nyeri otot akibat terjatuh saat beraktivitas.
12. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah istilah untuk sekumpulan penyakit pada paru-paru. Kondisi ini ditandai dengan terhambatnya aliran udara dari atau ke paru-paru, yang membuat penderitanya mengalami sesak napas.
Faktor risiko utama PPOK adalah paparan polutan udara jangka panjang, salah satunya rokok. Baik perokok aktif maupun perokok pasif sama-sama berisiko tinggi mengalami PPOK di kemudian hari. Penyakit ini sering terjadi pada lansia, akibat kebiasaan merokok di masa muda.
13. Presbikusis
Presbikusis adalah penurunan pendengaran secara alamiah yang disebabkan oleh proses degenerasi organ pendengaran. Meski bukan penyakit yang mengancam jiwa, tetapi kondisi tersebut dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan presbikusis, misalnya paparan bising terlalu lama, penggunaan obat-obatan ototoksik, diabetes, dan gangguan peredaran darah.
Gejala presbikusis meliputi sulit mendengar di tempat yang bising, sering meminta lawan bicara untuk mengulang pembicaraan, dan terkadang disertai telinga berdenging.
14. Insomnia
Gangguan tidur yang sering terjadi pada lansia adalah insomnia. Kondisi ini ditandai dengan kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur. Insomnia yang tidak segera ditangani dapat menjadi gangguan tidur yang lebih parah, dan memengaruhi kualitas hidup lansia.
Ada banyak faktor yang menyebabkan penyakit ini pada lansia, misalnya kondisi kesehatan, penggunaan obat-obatan, tingkat stres, dan pengaruh lingkungan sekitar.
15. Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang disebabkan oleh menurunnya kepadatan bagian tubuh tersebut. Osteoporosis pada lansia biasanya terjadi akibat kurangnya kalsium dalam tubuh dan berkaitan dengan ketidakseimbangan proses penghancuran matriks tulang dan pembentukan sel tulang yang baru.
Komplikasi dari osteoporosis yang sering terjadi adalah fraktur atau patah tulang. Selain itu, avaskular nekrosis, yaitu terganggunya aliran darah sehingga ada bagian tulang yang tidak mendapatkan aliran darah sehingga fungsinya mati.
Artikel lainnya: Dorong Lansia untuk Produktif di Usia Senja, Ini Tipsnya
Beberapa jenis penyakit lansia yang disebutkan di atas, bisa dicegah atau diperlambat perkembangannya. Caranya dengan menerapkan gaya hidup sehat, seperti menjaga pola makan, tidur cukup, olahraga rutin, mengelola stres, dan berhenti merokok.
Di samping itu, pemenuhan nutrisi dari makanan juga bisa dioptimalkan dengan konsumsi suplemen. Enervon Gold 50+ bisa jadi salah satu pilihannya. Enervon Gold 50+ mengandung vitamin C, lutein, vitamin B kompleks, asam folat, dan asam lemak omega 3.
Kandungan lutein, yakni antioksidan dalam Enervon Gold 50+ bantu menjaga kesehatan mata di usia emas. Sungguh sayang bila dilewatkan manfaatnya, bukan?
Kamu juga bisa melakukan konsultasi langsung dengan dokter lewat layanan Tanya Dokter dan buat janji dokter dengan layanan temu dokter untuk konsultasi yang lebih praktis. Kamu bisa mendapatkan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat, dengan cara booking di layanan medis & lab di KlikDokter!
Yuk, #JagaSehatmu dengan mengunduh aplikasi KlikDokter di Google Play dan App Store dan gunakan juga KALStore untuk beli suplemen dan vitamin untuk menjaga kesehatan Kamu.
- Kemenkes RI. Diakses 2024. Buku Kesehatan Lanjut Usia. https://gizikia.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/BUKU%20LANJUT%20USIA%20-%20Indonesia.pdf
- WebMD. Diakses 2024. Skin Condition As You Age. https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/elderly-skin-conditions
- Kemenkes RI. Diakses 2024. Keluarga Sayang Lansia, Keluarga Bahagia. https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/052913-keluarga-sayang-lansia_-keluarga-bahagia
- Jaul, E., & Barron, J. (2017). Age-Related Diseases and Clinical and Public Health Implications for the 85 Years Old and Over Population. Frontiers in public health, 5, 335. https://doi.org/10.3389/fpubh.2017.00335
- CDC. Diakses 2024. Promoting Health for Older Adults. https://www.cdc.gov/chronicdisease/resources/publications/factsheets/promoting-health-for-older-adults.htm
- PERGEMI. Diakses 2024. Survei Kondisi Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia di Indonesia. https://www.pergemi.id/info/5/survei-kondisi-kesehatan-dan-kesejahteraan-lansia-di-indonesia