Menjalani kehidupan yang teramat berat sekaligus merasa diri tidak berharga lagi bisa menjadi alasan seorang lansia untuk segera mengakhiri hidupnya. Dilansir Psychology Today, tingkat bunuh diri yang sangat tinggi terjadi di kalangan lansia, terutama pada pria berusia di atas 65 tahun. Sebuah studi juga menyebutkan bahwa beberapa lansia melihat bunuh diri sebagai hal yang rasional ketika mereka berada dalam kondisi sakit.
Sayangnya, fakta tersebut tidak mengalami perubahan apa pun selama satu dekade ini. Itu berarti, belum ada yang memberikan perhatian penuh terhadap kasus lansia yang bunuh diri.
Mengapa ada lansia memilih bunuh diri?
Hidup lebih lama memang menjadi tujuan setiap insan, tetapi kenyataannya tak semua orang bisa hidup lama yang sehat dan bebas dari rasa sakit. Hal itulah yang membuat sebagian besar lansia memutuskan untuk bunuh diri daripada terus-menerus hidup dengan tubuh lemah dan gangguan mental atau depresi yang tak hanya menyiksa dirinya, tetapi juga orang-orang yang di sekitarnya.
Seperti yang sudah dipaparkan di atas, penyebab utama dari bunuh diri pada lansia adalah adanya penyakit yang diderita. Para lansia tidak mampu lagi menahan rasa sakit kronis yang ditimbulkan dari kanker, radang sendi, ataupun penyakit lainnya. Mereka pun sebenarnya sudah mengatakan niat bunuh diri tersebut kepada anggota keluarganya.
Tak hanya itu, mereka juga putus asa karena kehilangan banyak kemampuan yang dulunya mereka miliki, takut “dibuang” ke panti jompo, kehilangan orang yang dicintai, dan takut terhadap penolakan-penolakan sosial karena wujud tua mereka yang lemah.
Lantas, mengapa bunuh diri seakan-akan menjadi “satu-satunya” pilihan bagi lansia jika merasakan sakit dan ketakutan? Dikutip Psychology Today, para pria lansia cenderung melihat bunuh diri sebagai suatu tindakan lumrah dan rasional apabila sudah tak tahan lagi dengan rasa sakit. Sebab, mereka sudah tak mengerti lagi bagaimana caranya menghilangkan rasa sakit yang diderita selain mengakhiri hidup.
Sebenarnya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan apabila orang tua yang Anda kenal memiliki kecenderungan bunuh diri karena depresi dan menderita penyakit kronis.
-
Perlu dukungan sosial
Keluarga serta penyedia layanan kesehatan harus belajar tentang tanda-tanda peringatan bunuh diri dan bagaimana cara memberikan dukungan kepada kaum lansia. Belajarlah untuk menenangkan dan meyakinkan mereka secara halus daripada hanya menghentikan mereka untuk mengeluh dan memaksa mereka berobat terus-menerus. Sebab, hal tersebut hanya membuat mereka semakin tertekan.
-
Menjauhi mereka dari senjata, obat-obatan, dan benda berbahaya lainnya
Sebisa mungkin, jauhi mereka dari senjata tajam, senjata api, obat-obatan berbahaya, ataupun alat lain yang bisa “membantunya” untuk mengakhiri hidup.
-
Pelajari pendekatan manajemen risiko bunuh diri
Dengan mengidentifikasi ciri-ciri orang yang akan bunuh diri sejak dini, tentu makin banyak pula lansia yang bisa ditolong. Sistem layanan sosial juga harus memastikan bahwa lansia diberikan akses secara penuh dalam berkonsultasi dan ditangani keluhannya oleh para spesialis.
Pada dasarnya, lansia yang berkeinginan untuk bunuh diri adalah orang yang membutuhkan pertolongan. Gejala-gejalanya pun sebenarnya dapat dikenali apabila Anda memberikan perhatian penuh kepada mereka. Tekankanlah bahwa mereka berharga dan tidak sendirian. Niscaya, harapan mereka untuk terus hidup akan muncul perlahan. Di Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia kali ini, memberikan perhatian kepada lansia agar tetap merasa dibutuhkan dan dihargai, bisa mengurangi rasa sepi yang mereka alami. Dengan demikian, perasaan depresi pun bisa menjauh dari pikiran mereka.
[RS/ RVS]