Apakah Anda adalah penderita alergi obat? Jika ya, bersikaplah waspada setiap saat. Ini karena alergi obat tak hanya menimbulkan reaksi berupa ruam merah yang terasa gatal di kulit. Ya, kondisi tersebut juga dapat menimbulkan sebuah reaksi mematikan yang disebut anafilaksis.
Anafilaksis merupakan reaksi multiorgan akut yang disebabkan pengeluaran mediator kimiawi dari sel mast dan basofil pada sistem kekebalan tubuh manusia. Keadaan ini adalah reaksi alergi serius dan berpotensi mengancam nyawa.
Berdasarkan data yang ada, angka mortalitias (kematian) akibat reaksi anafilaksis berkisar antara 0.65–2%. Angka tersebut memang terbilang rendah, namun Anda harus tetap waspada.
Tanda dan gejala reaksi anafilaksis
The World Allergy Organization menyebutkan bahwa reaksi anafilakis terbagi menjadi dua, yaitu:
● Anafilaksis imunologik
Ini adalah reaksi anafilaksis yang dimediasi IgE atau non-IgE, misalnya IgG dan kompleks imun).
● Anafilaksis non-imunologik
Ini adalah reaksi anakfilaksis yang disebabkan oleh pecahnya sel mast dan basophil secara mendadak tanpa adanya mediasi immunoglobulin (Ig).
Selanjutnya
Gejala anafilaksis umumnya muncul dengan cepat, yakni dalam 5–30 menit setelah terpapar alergen. Gejala yang muncul umumnya dirasakan pada lebih dari satu bagian tubuh. Gejala yang dapat dikeluhkan, antara lain:
- Kesulitan bernapas, mengi, sesak napas, nyeri dada, rasa tercekik di tenggorokan.
- Kesulitan menelan.
- Batuk dan suara serak.
- Gatal pada mulut atau tenggorokan.
- Hidung tersumbat, pilek, dan bersin-bersin.
- Terasa ada sesuatu yang menyumbat tenggorokan.
- Terasa ada yang menempel pada lidah atau lidah terasa penuh dan berat.
- Bengkak dan gatal pada kulit, muncul ruam, biduran, kemerahan, rasa hangat.
- Nyeri dan kram perut. Dapat disertai mual, muntah, atau diare.
- Bengkak pada kaki, tangan, bibir, mata, dan terkadang pada kelamin.
- Tekanan darah rendah dan sirkulasi darah yang buruk. Dapat tampak sebagai kulit yang pucat atau kebiruan, denyut nadi lemah, pusing atau pingsan.
- Palpitasi atau jantung berdebar.
- Syok dan hilang kesadaran.
- Sakit kepala.
- Sensasi rasa metalik pada mulut.
- Kecemasan dan merasa akan kiamat.
Semua gejala di atas dapat timbul akibat mediator kimiawi―biasanya histamin―yang dilepaskan sel mast dan basofil. Akibatnya akan terjadi relaksasi otot polos pada sistem pencernaan dan pernapasan, pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi), peningkatan permeabilitas pembuluh darah, dan stimulasi pada ujung saraf sensorik. Di samping itu, terjadi pula peningkatan produksi mukus (lendir) dan bengkak pada saluran pernapasan.
Tak hanya akibat alergi obat
Reaksi anafilaksis tak hanya terjadi pada kasus alergi obat. Keadaan ini juga bisa terjadi pada kasus alergi terhadap makanan, racun, dan gigitan serangga.
Beberapa faktor yang membuat seseorang berisiko lebih tinggi untuk mengalami reaksi anafilaksis adalah:
- Punya alergi dan terkena asma.
- Memiliki riwayat keluarga dengan anafilaksis.
- Pernah mengalami anafilaksis sebelumnya.
Atasi sebelum terlambat
Reaksi anafilaksis berpotensi menyebabkan kematian. Karena itu, seseorang yang mengalaminya harus segera dibawa ke rumah sakit.
Adapun tindakan pertolongan pertama yang bisa dilakukan pada orang yang mengalami reaksi anafilaksis, yaitu:
- Bantu pasien bernapas dengan nyaman
- Jika pasien memiliki obat-obatan (misalnya EpiPen), bantu dirinya menyuntikkan obat tersebut.
- Cari tahu alergen, sumber pencetus reaksi anafilaksis. Jika memungkinkan, jauhkan alergen tersebut dari pasien.
Kematian akibat reaksi anafilaksis dapat terjadi dalam 10–20 menit sejak paparan dengan alergen. Karena itu, tindakan di atas sebaiknya dilakukan dalam perjalanan menuju rumah sakit atau sambil menunggu ambulans tiba.
Jangan anggap sepele alergi obat dan reaksi anafilaksis yang bisa timbul karenanya. Bersikaplah waspada, dan usahakan untuk selalu menjauhkan diri dari paparan yang bisa mencetuskan keluhan pada diri Anda. Salam sehat!
[NB/ RVS]