Operasi plastik seringkali dipandang sebagai cara instan untuk meraih penampilan rupawan. Dalam waktu singkat, pisau bedah diyakini efektif untuk memperbaiki ketidaksempurnaan yang ada di tubuh.
Namun, seperti dua sisi mata uang, operasi plastik juga memiliki sisi gelapnya. Bahaya operasi plastik itu nyata dan bisa sangat merugikan.
Saat memutuskan untuk menjalani tindakan operasi plastik, Anda juga harus siap dengan efek sampingnya. Pemulihan akibat operasi plastik bervariasi, bisa singkat atau butuh waktu lama.
Bahaya operasi plastik tentu akan diminimalkan oleh dokter. Semakin terlatih dokter yang mengerjakannya, maka operasi plastik itu akan semakin minim efek samping.
Kendati begitu, ada baiknya Anda tetap menambah pengetahuan seputar dampak operasi plastik. Hal ini untuk mempersiapkan diri Anda terhadap berbagai kemungkinan kondisi pasca operasi.
Berikut daftar efek samping operasi plastik yang mungkin bisa dialami.
1. Rasa Nyeri
Semua operasi, termasuk bedah plastik, dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri. Salah satu bedah plastik yang diyakini menimbulkan rasa sakit luar biasa adalah abdominoplasty atau tummy tuck. Bedah ini merupakan jenis operasi yang bertujuan untuk mengencangkan perut.
Lalu, tindakan lain yang berisiko menyebabkan nyeri adalah breast augmentation. Tindakan ini merupakan jenis operasi plastik yang bertujuan untuk membesarkan payudara.
Nyeri disebabkan oleh bahan yang digunakan untuk menambah ukuran payudara. Sebab, bahan tersebut harus diletakkan di bawah otot otot dada. Tindakan ini mengharuskan dilakukan pemotongan otot dada terlebih dahulu untuk disambungkan dengan bahan-bahan tersebut.
2. Infeksi
Paparan kuman pada tubuh yang dioperasi dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Menurut data, infeksi terjadi pada 1,1 hingga 2,5 persen dari seluruh prosedur pembesaran payudara. Infeksi yang terjadi misalnya seperti selulitis (infeksi kulit).
Tanda selulitis adalah kulit menjadi kemerahan, bengkak, terasa hangat, dan sangat nyeri. Untuk menghindari terjadinya infeksi, dokter dan tim akan melakukan prosedur pembedahan dengan steril.
Namun, penanganan dan perawatan setelah operasi juga sangat menentukan. Perawatan luka yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya infeksi.
Artikel Lainnya: Perawatan Anti-Aging dengan Bedah Estetik, Amankah?
3. Terbentuknya Seroma
Seroma adalah kondisi menumpuknya cairan serum (komponen darah) di bawah jaringan tubuh yang dioperasi. Akibatnya, muncul pembengkakan dan rasa nyeri. Seroma akibat operasi plastik ini bisa terjadi berulang.
Cairan di dalam seroma harus dikeluarkan untuk mencegah infeksi. Seroma dilaporkan cukup sering terjadi sehabis melakukan tindakan tummy tuck.
4. Bekas Jahitan atau bekas Luka
Semua jenis operasi yang membedah area tubuh akan dijahit kembali. Hal tersebut juga berlaku untuk operasi plastik dan tentunya berpotensi meninggalkan bekas luka.
Meski begitu, dokter akan berupaya untuk meminimalkan dampak operasi plastik tersebut. Biasanya, dokter akan menyembunyikan bekas luka operasi dengan penanganan yang baik. Meski begitu, tetap saja ada kemungkinan tertinggalnya bekas luka di daerah operasi.
Artikel Lainnya: Operasi Menghilangkan Kantong Mata, Amankah?
5. Perdarahan
Perdarahan juga merupakan salah satu dampak dari operasi plastik. Perdarahan bisa digolongkan sebagai bahaya serius dari operasi plastik, terutama bila pasien ternyata memiliki gangguan pembekuan darah.
Perdarahan yang tidak kunjung berhenti dapat berlanjut ke tahap komplikasi seperti kulit menjadi biru kehitaman (hematoma). Hematoma yang berkelanjutan dapat membuat jaringan kulit bermasalah. Bahkan hematoma dapat menyebabkan terjadinya infeksi.
6. Kerusakan Saraf
Kerusakan saraf merupakan kasus ekstrim yang menjadi risiko operasi plastik. Terjadinya kerusakan saraf ditandai oleh gejala mati rasa dan kesemutan.
Pada umumnya, kerusakan saraf terjadi tidak lebih dari 1 tahun. Apabila kerusakan dialami oleh saraf yang bertugas menggerakkan otot, kemungkinan dapat terjadi kelumpuhan gerak. Biasanya kondisi ini dapat diatasi dengan operasi rekonstruksi.
Artikel Lainnya: Mengenal Facelift, Prosedur Membuat Wajah Muda Kembali
7. Nekrosis atau Kematian Jaringan
Nekrosis adalah kematian jaringan akibat kekurangan pasokan oksigen ke bagian tubuh tertentu (terutama di area tubuh yang dioperasi). Risiko ini sangat jarang terjadi pada kasus operasi kosmetik normal. Akan tetapi, nekrosis berisiko terjadi pada operasi plastik yang melibatkan face lift, pengurangan payudara, dan area perut.
Perokok sangat rentan terhadap bahaya operasi plastik yang satu ini. Sebab, perokok rentan mengalami kondisi penyempitan pembuluh darah serta suplai oksigen yang relatif kurang ke jaringan tubuh
8. Efek Samping Anestesi
Efek samping yang terjadi akibat proses anestesi atau pembiusan adalah muncul rasa mual dan sakit tenggorokan. Efek samping ini dapat terjadi pascapembiusan total. Namun, ada pula efek samping anestesi yang berat, misalnya terjadinya stroke dan serangan jantung.
Kondisi serius tersebut cukup jarang terjadi. Namun, kelompok yang mungkin rentan mengalami bahaya operasi plastik ini adalah lansia dan orang dengan riwayat penyakit penyerta, seperti hipertensi, diabetes, merokok, atau pernah mengalami stroke.
Artikel Lainnya: 4 Hal yang Perlu Anda Tahu Sebelum Facelift
9. Hasil Operasi Tidak Sesuai
Bisa dikatakan bahwa ketidaksesuaian antara hasil operasi dengan ekspektasi adalah hal yang paling meresahkan. Hal ini menjadi salah satu risiko efek samping operasi plastik yang patut diantisipasi. Memilih dokter yang berkompeten dan berpengalaman adalah langkah utama untuk mengatasi risiko operasi plastik tersebut.
Semua bentuk dan prosedur operasi selalu memiliki risiko, sama halnya operasi plastik. Jalan terbaik adalah dengan memastikan proses operasi plastik yang Anda terima dilakukan oleh dokter yang berkompeten.
Sebelum tindakan, lakukan konsultasi secara menyeluruh untuk menghindari timbulnya bahaya operasi plastik. Cari tahu informasi tentang operasi plastik lainnya dengan membaca artikel kesehatan di aplikasi Klikdokter.
(OVI/JKT)