Pada akhir tahun 2020, alat kesehatan (alkes) yang mengandung merkuri dilarang di Indonesia, salah satunya adalah termometer merkuri, yang penggunaannya sering dijepit di ketiak. Jika Anda masih memakai jenis termometer yang satu ini, Anda harus mengenali bahaya yang terkandung dalam senyawa ini.
Dilansir dari Media Indonesia, Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), dr. Kirana Pritasari, menyebutkan, penghapusan dan penarikan alat kesehatan mengandung merkuri merupakan bagian dari Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden No.21/2019. Ini dilakukan sebagai pengendalian dampak pajanan merkuri pada lingkungan dan kesehatan.
Soal ini, Kemenkes menganggap perlu adanya dukungan dari berbagai unsur termasuk Dinas Kesehatan, untuk menyosialisasikan kebijakan tersebut, sekaligus meminta fasilitas layanan kesehatan tidak lagi melakukan pengadaan alkes bermerkuri. Dibutuhkan juga peran serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang berwenang untuk melakukan pemusnahan limbah merkuri.
Selain termometer, jenis alkes bermerkuri yang akan ditarik dan dihentikan penggunaannya antara lain: sfigmomanometer (alat pengukur tekanan darah), amalgam gigi atau bahan untuk penambal gigi, batere, lampu dan alat pencahayaan, serta kateter. Perkiraan kandungan merkuri beragam. Untuk termometer sekitar 0,5 sampai 1,5 gram, sedangkan untuk alat pengukur tekanan darah sekitar 110-200 gram.
Kebanyakan alkes tersebut mungkin jarang ditemui di lingkungan rumah tangga, tetapi tidak dengan termometer. Masih ada sebagian kalangan masyarakat yang mengandalkan termometer merkuri sebagai alat pengukur suhu tubuh. Meskipun sudah mulai banyak pula yang memakai alat pengukur suhu tubuh digital.
Bahaya termometer bermerkuri?
Menurut dr. Theresia Rina Yunita dari KlikDokter, merkuri di dalam termometer sebenarnya tidak berbahaya jika termometer tidak bermasalah (tidak pecah).
"Sebenarnya selama (merkuri) tetap ada di alat tersebut alias tidak pecah, termometer tersebut tidak berbahaya. Nah, yang bahaya itu kalau sudah pecah," kata dr. Theresia.
Meski termometer merkuri aman jika tidak pecah, tetapi tetap saja potensi bahayanya jauh lebih besar. Merkuri merupakan logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan hidup, karena bersifat toksik, persisten, bioakumulasi, dan dapat berpindah dalam jarak jauh di atmosfer.
"Merkuri bisa dihirup oleh manusia, dan itu menimbulkan berbagai efek. Efek jangka pendeknya bisa batuk, nyeri tenggorokan, pernapasan pendek, nyeri di dada, rasa tidak nyaman di saluran pernapasan, mual, muntah, dan diare. Dampak langsungnya adalah iritasi mata, sakit kepala, pusing, naiknya tekanan darah, dan detak nadi,” jelas dr. Theresia.
"Sementara itu, efek jangka panjangnya adalah bisa gangguan saraf, menimbulkan masalah kecemasan, gangguan tidur, tremor, gangguan penglihatan, hingga gangguan pendengaran,” lanjutnya.
Selain itu, merkuri juga bisa berbahaya juga pada wanita hamil, dalam hal ini mengganggu janin. Menurut dr. Theresia, merkuri bisa masuk lewat plasenta dan ASI.
Merkuri bersifat racun terhadap sistem saraf pusat dan perifer. Menghirup uap merkuri berefek negatif pada saraf, pencernaan, sistem kekebalan tubuh, paru-paru dan ginjal, dan mungkin akan berakibat fatal. Garam-garam anorganik merkuri juga dapat memengaruhi organ kulit, mata, saluran pencernaan, serta dapat menyebabkan toksisitas ginjal jika tertelan.
Jika termometer bermerkuri pecah, segera lakukan ini!
Skenario terburuk, apabila termometer bermerkuri yang masih ada di rumah jatuh dan pecah, tak perlu panik, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) menginstruksikan Anda untuk melakukan langkah-langkah ini:
- Pakai sarung tangan.
- Jika ada pecahan tajam, ambil secara hati-hati. Letakkan pecahan di tisu, lipat, lalu masukkan ke kantong plastik kedap udara (zip locking bag). Beri label dan hubungi dinas kesehatan setempat untuk instruksi pembuangannya.
- Temukan pecahan merkuri, dan gunakan squeegee (alat seperti sapu karet untuk membersihkan cairan di permukaan datar) agar pecahan tersebut berkumpul dan membentuk bola-bola kecil.
- Gunakan pipet untuk mengambil bola-bola kecil merkuri tersebut.·
- Jika ada, gunakan bubuk sulfur untuk menyerap cairan merkuri yang berukuran kecil. Bedak tersebut bisa membuat merkuri lebih mudah ditemukan karena adanya perubahan warna dari kuning ke cokelat, serta mengikat merkuri sehingga lebih mudah untuk diambil.
- Kumpulkan semua alat-alat yang dipakai untuk membersihkan termometer merkuri yang pecah di kantong sampah besar dan tanyakan dinas kesehatan setempat mengenai pembuangannya yang benar.
- Setelah bersih-bersih, pastikan sirkulasi udara berjalan baik selama 24 jam ke depan.
- Jauhkan anak dan binatang peliharaan dari area di mana termometer pecah.
- Jika muncul gejala kesehatan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Termometer merkuri yang tidak pecah memang tidak berbahaya, tetapi merkuri itu sendiri punya potensi bahaya yang besar terhadap kesehatan dan lingkungan. Karenanya, sudah seharusnya penggunaannya dihentikan, diganti dengan yang lebih aman, serta manajemen limbahnya diatur seaman mungkin. Anda pun diharapkan lebih bisa aware terhadap penggunaan alkes yang mengandung merkuri agar terhindar dari potensi bahayanya.
(RN/ RVS)