Siapa tak kenal Munir? Munir Said Thalib demikian nama lengkapnyaadalah pembela HAM yang dikenal akan kevokalannya dalam menyuarakan keadilan bagi para aktivis prodemokrasi 1997.
Pada tanggal 7 September 2004, Munir meninggal di pesawat dalam penerbangan menuju Amsterdam untuk menuntut ilmu.
Dugaan awal, Munir wafar akibat sakit yang dideritanya. Namun, pada tanggal 12 November 2004 Badan Forensik Belanda mengeluarkan hasil otopsi yang mengejutkan. Munir tewas akibat reaksi racun arsenik dalam lambungnya.
Dari hasil otopsi ditarik kesimpulan bahwa kematian Munir merupakan pembunuhan berencana. Arsenik bereaksi dalam hitungan di atas 3 jam, dan tidak langsung membunuh korban.
Munir tidak tertolong, karena saat arsenik bereaksi ia berada di dalam pesawat di atas daratan India yang tidak memungkinkannya mendapat bantuan medis yang memadai.
Arsenik di Alam
Sejak zaman kekaisaran Romawi hingga era Victoria, arsenik selalu dikenal sebagai ‘raja segala racun’ dan ‘racun para raja’. Jejak yang ditinggalkannya dalam sejarah dunia sebagai racun efektif pilihan orang kerajaan maupun rakyat jelata cukup banyak.
Ini dikarenakan karakternya yang tidak berwarna dan berbau senjata pembunuhan yang sempurna. Namun, selain reputasinya sebagai bahan yang mematikan, arsenik juga memiliki peran penting dalam keseimbangan alam.
Arsenik merupakan kristal metaloid yang ada pada lapisan kerak bumi. Biasanya dapat ditemukan pada mineral seperti arsenopirit, realgar, dan orpiment.
Ada dua tipe arsenik, organik dan anorganik. Arsenik anorganik merupakan tipe yang paling banyak dikaitkan dengan efek merugikan kesehatan.
Dua Sisi Arsenik
Paracelcus, seorang toksikolog dan filsuf Jerman, mengatakan bahwa ‘obat adalah racun dengan dosis yang terkontrol’. Pada kadar 0.00001 persen, tubuh membutuhkan arsenik untuk mempertahankan sistem saraf yang sehat.
Sementara dalam industri, arsenik sering digunakan sebagai campuran timbal untuk membentuk logam yang lebih kuat dan tahan lama, seperti aki mobil dan peluru.
Pada tahun 1786, Thomas Fowler muncul dengan ramuan arsenik yang dinamai Fowler’s solution. Fowler’s solution dikatakan dapat menyembuhkan hampir semua penyakit kulit, salah satunya psoriasis.
Ramuan ini kemudian ditarik pada 1930-an karena diketahui bahwa pasien yang menggunakan Fowler’s solution lebih berisiko menderita kanker. Arsenik juga digunakan para petani di Amerika sebagai pestisida di awal abad 20 sebelum akhirnya disadari dapat membahayakan hasil tani.
Tanpa adanya campur tangan manusia seperti dalam kasus Munir, arsenik masih dapat membahayakan kesehatan. Arsenik dapat merembes ke dalam sistem suplai air dan udara.
Keracunan arsenik dalam jumlah besar dapat menyebabkan kematian seketika. Sedangkan ekspos jangka panjang meningkatkan risiko kanker kulit, kandung kemih, paru, dan gangguan hati. Konsumsi air dengan kadar arsenik 10-100 per mililiter dapat menurunkan IQ dan gangguan lain seperti cacat lahir.
(RS/RH)