Kehadiran sinyal 5G yang merupakan teknologi jaringan seluler generasi penerus 4G LTE merupakan salah satu terobosan terbesar di masa kini. Dengan memanfaatkan spektrum gelombang milimeter (mmWave), akses dan transfer data menjadi lebih cepat. Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa paparan radiasi gelombang radio dari sinyal 5G dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan manusia.
Apa itu radiasi gelombang radio?
Radiasi adalah pancaran energi dari suatu sumber. Dalam hal teknologi seluler, radiasi berasal dari gelombang radio (radiowaves), yang disebut dengan radiofrequency (RF) radiation. Gelombang ini termasuk dalam spektrum gelombang elektromagnetik yang terdiri dari gelombang elektrik dan magnetik. Keduanya bergerak bersama dalam suatu ruang.
Di lingkungan sehari-hari, radiasi elektromagnetik dapat berasal dari sinyal televisi, radio, ponsel, gawai, termasuk sinar ultraviolet dari sinar matahari.
Radiasi gelombang radio yang dikeluarkan oleh ponsel dan gawai berada di spektrum rendah gelombang elektromagnetik, sehingga jauh lebih aman ketimbang sinar X dan sinar gamma yang berada di spektrum tinggi.
Perlu Anda ketahui, sinar X dan sinar gamma termasuk radiasi pengion. Ini berarti, keduanya mampu mengionisasi atom atau molekul, dan karenanya dapat merusak DNA sel serta memicu kanker. Sinar ultraviolet (UV) yang dipancarkan oleh matahari juga termasuk radiasi pengion, dan telah terbukti dapat memicu kanker kulit.
Sebaliknya, radiasi gelombang radio hanya mampu menggerakkan atau menggetarkan atom-atom di dalam suatu molekul. Energinya tidak cukup untuk mengionisasi, memecah DNA atau menyebabkan kerusakan sel.
Bagaimana dengan sinyal 5G?
Sama dengan teknologi seluler pendahulunya, sinyal 5G juga mengandalkan gelombang radio yang dihantarkan dari antena atau tiang pemancar ke ponsel Anda. Namun, frekuensi gelombang radio yang digunakan lebih tinggi daripada teknologi sebelumnya. Ini memungkinkan lebih banyak perangkat terhubung dengan satu jaringan internet pada waktu yang sama, dengan kecepatan akses yang lebih mumpuni.
Oleh karena pancaran gelombang yang lebih pendek, dibutuhkan lebih banyak tiang pemancar untuk mendukung transmisi sinyal 5G. Posisinya pun lebih dekat dengan permukaan tanah. Meski demikian, masing-masing tiang pemancar dapat bekerja dengan tingkat daya yang lebih rendah daripada sinyal 4G. Alhasil, tingkat radiasi dari sinyal 5G pun akan lebih rendah.
Selain gelombang radio, sinyal 5G juga mengeluarkan gelombang panas yang termasuk spektrum gelombang mikro (microwaves). Gelombang ini menghasilkan panas pada benda-benda yang dilaluinya. Namun, efek panas yang dihasilkan pada tingkat tertinggi sekalipun tergolong sangat kecil sehingga dianggap tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.
Apakah sinyal 5G sepenuhnya aman?
Kekhawatiran terkait radiasi gelombang radio yang dipancarkan oleh ponsel dan gawai sebetulnya bukanlah hal baru di masyarakat. Sejak beberapa waktu silam telah muncul studi bahwa paparan radiasi gelombang radio dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker.
Dalam sebuah studi terkini disebutkan bahwa tingkat paparan yang tinggi terhadap radiasi sinyal 2G dan 3G dapat memicu perkembangan kanker jantung pada tikus jantan. Namun perlu digarisbawahi bahwa kadar dan durasi paparan radiasi gelombang radio yang digunakan pada penelitian jauh lebih besar dibandingkan orang-orang yang sangat intens menggunakan ponsel. Maka dari itu, temuan pada penelitian ini belum bisa diberlakukan pada manusia.
Sinyal 5G berbeda dengan 2G dan 3G, sehingga perlu dikaji lebih lanjut. Kala sinyal 5G ditambahkan ke jaringan yang tersedia, akan ada peningkatan kecil dalam jumlah paparan gelombang radio. Namun, tingkat paparan ini dianggap masih rendah.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan berani menyatakan bahwa radiasi sinyal 5G masih jauh di bawah level yang membahayakan, sehingga sampai saat ini dianggap aman bagi kesehatan. Meski demikian, perlu dilakukan studi lanjut untuk benar-benar mengonfirmasi dampak sinyal 5G bagi kesehatan manusia.
(NB/ RVS)