Ketika masuk ke dalam gedung bertingkat, sebagian besar orang mungkin akan memilih untuk menggunakan elevator atau lift. Bagi mereka yang tujuannya lantai 10, cara tersebut memang dapat membantu menghemat waktu dan energi. Tapi, banyak juga, lho, orang muda yang tujuannya hanya ke lantai 2 atau 3 tetapi memilih elevator atau lift ketimbang naik tangga.
Padahal, jika tujuan masih berada di tingkat lantai yang terbilang dekat dan Anda juga tidak mengalami nyeri sendi (artritis), naik tangga bisa memberikan sejumlah manfaat kesehatan. Bahkan, dilansir dari Healthline, dengan naik tangga, secara tidak langsung Anda bisa mendeteksi kondisi tubuh dan mengukur risiko penyakit yang suatu saat bisa menimpa.
Periksa kesehatan dengan naik tangga
Sebuah studi baru di European Society of Cardiology melaporkan, tes olahraga yang membutuhkan gerakan cepat seperti naik turun tangga bisa memprediksi risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular dan onkologi.
Menurut Direktur Pencegahan Kardiovaskular dan Kesehatan di National Jewish Health, Dr. Andrew Freeman, penelitian tersebut akhirnya memperkuat gagasan bahwa olahraga memang sangat membantu untuk mendeteksi dan mencegah penyakit kardiovaskular maupun onkologi. Selain itu, Dr. Freeman juga mengatakan kepada Healthline bahwa para dokter kini bisa menilai apakah jantung seseorang bisa atau tidak melewati proses operasi dengan cara melakukan uji naik tangga.
“Kemampuan seseorang untuk menaiki tangga adalah indikator yang baik. Jika orang itu mampu menaiki tangga dengan waktu dan cara yang relatif normal, kemungkinan besar operasi jantung akan berjalan lancar,” jelasnya.
Jika orang itu gagal dalam tes ketahanan fisik tersebut, sebaiknya jangan langsung berkecil hati. Jadikan kegagalan itu sebagai motivasi untuk hidup lebih sehat dan rutin berobat ke dokter jika memang terbukti mengalami suatu penyakit. Sekaligus, berlatihlah lebih giat lagi sampai bisa naik tangga dengan waktu yang normal. Lagi pula, untuk penderita artritis dan masalah ortopedi tertentu, mereka pasti cukup kesulitan dalam menyelesaikan tes naik tangga. Karenanya, dokter biasanya akan merekomendasikan mereka untuk menjalani tes kesehatan lain ketimbang naik turun tangga.
Tak cuma penderita artritis dan gangguan ortopedi tertentu, orang yang punya serangan sesak napas (asma) juga sebaiknya tidak memeriksa kondisi tubuhnya dengan cara naik turun tangga. Oleh sebab itu, Dr. Freeman menyarankan bahwa mereka dapat mengganti aktivitas naik tangga dengan berenang sehingga kekambuhan asma bisa diminimalkan.
Di sisi lain, kaitan antara naik tangga (kardio) dengan penyakit jantung memang sangat terlihat jelas. Tapi, bagaimana dengan kanker? Apakah benar naik tangga juga bisa mendeteksi risiko kanker?
Menurut Dr. Freeman, olahraga tersebut memang tidak bisa “secanggih” itu. Jadi, naik turun tangga belum terlalu efektif untuk dijadikan metode untuk mendeteksi kanker. Kendati begitu, naik turun tangga tetap bisa dijadikan sebagai kegiatan sehat yang mampu menurunkan risiko kanker.
Maka, jika Anda termasuk orang yang malas sekali memilih opsi naik tangga, mulai sekarang coba pikir lagi kebiasaan itu. Jangan sampai terlalu terlena dengan penggunaan elevator atau lift, sehingga Anda tertipu dengan kondisi tubuh sendiri. Lagi pula, naik tangga merupakan olahraga mudah dan murah yang bisa Anda lakukan di mana saja.
[NB/ RVS]