Pernahkah Anda ditanya “Ada masalah apa?” tanpa sebab dan Anda sebenarnya sedang tidak merasakan apa-apa? Jika pernah, bisa jadi Anda memiliki karakter wajah yang galak atau istilahnya grumpy face!
Tenang, Anda tidak sendirian. Faktanya, ada beberapa kalangan selebritas yang juga memiliki ekspresi grumpy face meski ia tidak sedang marah. Sebut saja bintang film Twilight Saga, Kristen Stewart, dan mantan penyanyi sekaligus istri dari pesepak bola kenamaan dunia, Victoria Beckham. Keduanya memiliki ekspresi dingin yang menampilkan kharisma tersendiri.
Di luar soal kharisma, terkadang memiliki wajah galak juga bisa menjadi hal yang merugikan. Pasalnya, banyak orang yang menghakimi bahwa grumpy face adalah gambaran dari berkarakter judes dan sombong.
Lebih parahnya lagi, dilansir dari Everyday Health, tak sedikit wanita yang akhirnya mencari intervensi atau operasi plastik demi terhindar dari penilaian tersebut. Padahal, tak semua orang dengan ekspresi grumpy face memiliki sifat seperti itu.
Mengenal Grumpy Face Lebih Dalam
Menurut seorang dermatolog asal New York, Amerika Serikat, Jessica J. Kant, MD, MPH, seseorang dikatakan memiliki grumpy face atau perma frown apabila ia memiliki ciri-ciri berikut ini:
- Memiliki garis kerutan permanen di antara kedua alis
- Memiliki bentuk alis yang cukup menikung (ujung alis yang paling dekat telinga lebih tinggi daripada ujung alis yang dekat hidung)
- Memiliki lingkaran hitam di bawah mata
- Memiliki ujung bibir yang menurun atau meninggi
Keempat ciri di atas memang bisa memunculkan efek 'suram' dan dingin pada wajah seseorang. Dan, pada dasarnya, persoalan grumpy face ini sebenarnya bukan berkaitan langsung dengan orang yang memilikinya, melainkan orang yang melihatnya. Kendati demikian, beberapa ahli mempercayai bahwa ada kaitan antara komponen emosional dan sosial dengan wajah grumy face.
Grumpy Face dan Kondisi Psikologis
Menurut Kant, orang yang selalu tampak mengerutkan kening, bahkan saat ia sedang sendiri dan tak menyadarinya, secara tidak langsung dapat memengaruhi area kehidupannya. Sebab, ekspresi adalah tampilan fisik dari perasaan yang ada di dalam diri seseorang.
Saat Direktur Program Pelatihan Terapi Kognitif Perilaku dari Montefiore Medical Center, Simon Rego Ph.D., melakukan percobaan, orang-orang yang menjadi sampel penelitiannya juga menebak bahwa mereka yang bersedih diperlihatkan oleh gambar orang mengerutkan kening.
Sementara itu, kebanyakan orang mengerti bahwa mereka tersenyum ketika sedang merasa bahagia dan akan cemberut saat sedang kesal. Namun, sedikit yang mengetahui bahwa ketika otot wajah yang digunakan untuk senyum sengaja diaktifkan, hal tersebut dapat membangkitkan perasaan yang bahagia. Sedangkan, saat otot wajah yang digunakan untuk cemberut diaktifkan, hal tersebut bisa membangkitkan perasaan sedih.
Atas dasar itu, penelitian tersebut berkesimpulan: bukan cuma perasaan yang membentuk ekspresi wajah, tetapi ekspresi wajah juga bisa membangun perasaan. Dengan kata lain, orang grumpy face yang membiarkan wajahnya tetap seperti itu (tidak mau murah senyum) bisa membangun rasa depresinya sendiri.
Di sisi lain, seorang psikiater Hollywood yang dilansir dari Psychology Today membantah temuan tersebut. Menurutnya, grumpy face umumnya hanya dijadikan strategi oleh para bintang untuk tampil berkharisma dan misterius. Ini artinya, mereka yang punya wajah galak belum tentu memiliki permasalahan psikologis. Sebab, orang yang terlihat ramah dan murah senyum bisa jadi lebih tidak bahagia dibandingkan dengan orang-orang berwajah 'jutek'.
Kesimpulannya, hingga saat ini kaitan antara grumpy face dengan kesehatan psikologis dan fisik masih belum dapat dipastikan. Namun yang jelas, wajah galak pada dasarnya hanya disebabkan oleh faktor kulit, faktor anatomi dalam pengaturan otot di bawah kulit, dan gaya hidup yang tak sehat.
Oleh sebab itu, kurang bijaksana rasanya jika Anda langsung menghakimi seseorang yang berwajah galak alias grumpy face sebagai seseorang yang punya kepribadian jutek dan sombong. Ingat, kondisi fisik tak melulu mencerminkan kebaikan hati seseorang. Jadi, jangan menilai buku dari sampulnya saja, ya!
[NB/ RVS]