Cacar monyet adalah penyakit yang disebabkan oleh virus monkeypox. Beberapa waktu lalu, ditemukan satu kasus cacar monyet di Singapura. Temuan ini tentu menggemparkan warga negara tersebut, dan negara-negara di sekitarnya. Kegelisahan juga dirasakan di Batam, yang menjadi wilayah terdekat Indonesia dengan Singapura.
Penularan terjadi akibat kontak dengan hewan yang sakit, misalnya anjing, kelinci, tikus, mencit, monyet, landak, serta rusa. Selain itu, mengolah atau menelan daging hewan yang terinfeksi juga dapat mentransmisikan infeksi cacar monyet. Kontak langsung (kulit ke kulit) atau kontak dengan lendir pernapasan orang atau hewan yang terinfeksi dapat mentransmisikan infeksi.
Rata-rata periode inkubasi adalah 12 hari, tapi bisa terjadi secepat 4-20 hari. Biasanya pada fase prodromal, yang berlangsung 1-10 hari, gejala yang muncul pertama kali adalah demam tinggi.
Gejala cacar monyet bisa muncul adalah tubuh menggigil, keringat dingin, nyeri kepala berat, nyeri punggung. Selanjutnya nyeri otot, lemah, tidak nafsu makan, nyeri tenggorokan, sesak napas, dan batuk.
Kemudian, kelenjar getah bening akan membengkak setelah 2-3 hari mengalami demam. Selanjutnya, 1-10 hari pasca hari pertama demam, akan muncul ruam kulit (fase erupsi). Ruam muncul di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Ruam akan bertahan selama 2-4 minggu. Pada penderita dengan sistem imunitas yang kurang kuat, dapat mengalami komplikasi-komplikasi berat.
Artikel Lainnya: Penyakit Cacar Monyet Mulai Ditemukan di Inggris
Kematian akibat Cacar Monyet
Angka kematian yang dilaporkan akibat cacar monyet terbilang cukup tinggi di Afrika, yaitu berkisar antara 1-10 persen. Namun, pada kasus wabah di Amerika Serikat pada 2003, tidak ada kasus fatal yang terjadi.
Angka kematian yang tinggi di Afrika ternyata sebagian besar dialami oleh usia anak-anak. Perbedaan angka kefatalan kasus di Afrika dan Amerika Serikat kemungkinan dikaitan dengan status kesehatan, fasilitas layanan kesehatan, serta status vaksinasi penduduk kedua negara.
Cacar monyet sebenarnya bersifat self-limiting, atau bisa sembuh sendiri dalam 2-4 minggu. Namun, sebagian kecil penderita – umumnya usia anak-anak – bisa mengalami kondisi yang lebih parah, bahkan sampai membutuhkan perawatan ICU (Intensive Care Unit).
Artikel Lainnya: Adakah Efek Cacar Monyet pada Kesehatan Mulut?
Hal ini disebabkan cacar monyet bisa berujung pada komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi yang pernah muncul pada penderita cacar monyet di Afrika meliputi berbagai organ, yaitu:
- Infeksi bakteri pada ruam kulit
- Infeksi kornea mata hingga kebutaan
- Radang paru dan bronkus (bronkopneumonia)
- Kesulitan bernapas
- Septicemia (penyebaran infeksi kuman di darah)
- Radang otak (ensefalitis)
Beberapa komplikasi di atas sifatnya sangat berat dan bisa berujung pada kematian.
Untuk menghindari terjadinya kasus cacar monyet yang berat, salah satu cara yang dianjurkan adalah vaksinasi. Namun, vaksinasi khusus yang ditujukan untuk cacar monyet (monkeypox) belum ditemukan saat ini.
Akan tetapi, vaksinasi cacar variola (smallpox) dapat membantu memproteksi penderita cacar monyet. Data dari penanganan wabah di Afrika menyatakan, vaksinasi cacar variola memberikan proteksi sebesar 85 persen terhadap pasien cacar monyet. Usai vaksinasi, infeksi bisa menjadi lebih ringan, dan insiden komplikasi berkurang.
Cacar monyet dapat menimbulkan risiko komplikasi berat hingga kematian. Maka, sudah sepantasnya penyakit ini diwaspadai sebaik mungkin. Selain itu, jaga selalu daya tahan tubuh tetap prima. Konsumsi makanan bergizi dan rutin olahraga adalah salah satu cara meningkatkan imun tubuh. Dengan imun yang baik, penyakit pun tak mudah menyerang.
[HNS/RVS]