Kulit

Mengapa Merkuri Pernah Jadi Bahan Skincare dan Bagaimana Cara Atasi Efek Sampingnya

Ingin kulit cerah seketika? Hati-hati dengan produk skincare bermerkuri. Dr. Dyah Novita Anggraini akan mengungkap bahaya merkuri bagi kulit dan solusi untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan.

Mengapa Merkuri Pernah Jadi Bahan Skincare dan Bagaimana Cara Atasi Efek Sampingnya

Penggunaan merkuri dalam produk skincare bukanlah hal baru, namun belakangan ini, praktik tersebut kembali mencuat dan memicu kontroversi di kalangan masyarakat.

Merkuri atau air raksa kerap dimasukkan ke dalam produk perawatan kulit, terutama krim pemutih, karena dianggap efektif dalam mencerahkan kulit secara instan.

Walau penggunaan merkuri dilarang di banyak negara karena risikonya terhadap kesehatan, beberapa produsen produk kecantikan tetap menggunakannya karena kemampuannya yang kuat dalam menghambat produksi melanin, pigmen yang menentukan warna kulit.

Sayangnya, efek samping dari paparan merkuri pada kulit dapat berdampak buruk bagi kesehatan jangka panjang.

Dalam artikel ini, dr. Dyah Novita Anggraini akan membahas sejarah penggunaan merkuri dalam skincare, efek samping yang diakibatkannya, serta cara mengatasi efek samping dari keterlanjuran penggunaan produk skincare berbahan merkuri.

Artikel lainnya: Tanda-Tanda Wajah Rusak Karena Merkuri

Sejarah Mengapa Merkuri Pernah Jadi Bahan Skincare

Merkuri telah digunakan dalam produk kecantikan sejak ratusan tahun lalu. Sejarah mencatat bahwa pada zaman kerajaan dan aristokrasi, terutama di Asia dan Eropa, memiliki kulit cerah dan mulus adalah simbol kemewahan dan status sosial.

Kulit putih dianggap sebagai tanda kecantikan dan kemurnian, karena menggambarkan bahwa seseorang tidak sering terkena paparan matahari atau bekerja di luar ruangan.

Dalam upaya untuk mencapai standar kecantikan ini, merkuri pun mulai diperkenalkan dalam formulasi produk kecantikan.

1. Penggunaan merkuri di Asia

Di beberapa negara Asia, terutama Jepang dan Tiongkok, kulit putih dan cerah dianggap ideal. Di Jepang, wanita pada zaman Edo (1603-1868) menggunakan produk perawatan kulit yang mengandung merkuri untuk mencerahkan kulit mereka.

Zat ini mampu menekan produksi melanin dengan sangat efektif, sehingga dapat memberikan hasil yang cepat. Merkuri yang dikenal juga sebagai "gin" dalam bahasa Jepang, digunakan secara luas dalam berbagai produk kecantikan pada masa itu.

2. Pengaruh merkuri di Eropa

Di Eropa pada abad ke-18 dan 19, kulit cerah juga dianggap sebagai standar kecantikan. Wanita dari kalangan aristokrat menggunakan berbagai campuran merkuri dalam kosmetik untuk mencerahkan kulit mereka.

Selain digunakan dalam kosmetik, merkuri juga terdapat dalam beberapa produk obat untuk mengatasi masalah kulit, meskipun pada saat itu efek samping dan dampak kesehatan jangka panjangnya belum sepenuhnya dipahami.

3. Tren kulit putih dalam skincare modern

Ketika tren skincare berkembang di abad ke-20, produk pemutih kulit yang mengandung merkuri menjadi populer di beberapa negara, termasuk negara berkembang.

Hingga saat ini, meskipun sudah ada larangan penggunaan merkuri pada produk kosmetik oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga pengawas obat dan makanan di berbagai negara, produk-produk yang mengandung merkuri masih sering ditemukan di pasaran, terutama dalam produk-produk ilegal atau tanpa izin edar resmi.

Hal ini disebabkan oleh kecepatan merkuri dalam memberikan hasil pemutihan kulit yang instan, yang masih diminati banyak konsumen.

Artikel lainnya: Kenali Ciri-Ciri Keracunan Merkuri

Apa Efek Samping Penggunaan Merkuri untuk Skincare

Penggunaan merkuri dalam jangka panjang pada kulit, terutama pada kadar yang tinggi, dapat menimbulkan berbagai efek samping yang berbahaya bagi kesehatan. Berikut ini adalah beberapa efek samping yang dapat timbul akibat paparan merkuri pada kulit:

1. Kerusakan kulit

Penggunaan merkuri pada kulit dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada lapisan kulit. Selain itu, merkuri juga dapat merusak sel-sel kulit, yang dapat menyebabkan munculnya bercak hitam atau perubahan warna kulit permanen (hiperpigmentasi).

2. Keracunan sistemik

Merkuri adalah logam berat yang dapat diserap melalui kulit dan masuk ke dalam aliran darah. Setelah masuk ke dalam tubuh, merkuri dapat menyebar ke organ-organ lain seperti ginjal, hati, dan otak, menyebabkan keracunan sistemik.

Gejala keracunan merkuri dapat berupa sakit kepala, lelah, pusing, tremor, serta gangguan pencernaan.

3. Kerusakan ginjal

Salah satu efek samping utama dari paparan merkuri adalah gangguan fungsi ginjal. Merkuri yang terakumulasi dalam tubuh akan disaring oleh ginjal, dan paparan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan ginjal, meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis.

4. Gangguan sistem saraf

Merkuri dapat berdampak pada sistem saraf, menyebabkan gejala neurologis seperti tremor, gangguan koordinasi, gangguan ingatan, dan perubahan suasana hati yang ekstrem. Hal ini terjadi karena merkuri memiliki sifat neurotoksik yang dapat merusak sel-sel saraf.

5. Gangguan sistem kekebalan tubuh

Paparan merkuri yang berkepanjangan dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu, merkuri juga dapat menyebabkan reaksi autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh mulai menyerang jaringan tubuh sendiri.

7. Gangguan pada janin

Merkuri sangat berbahaya bagi wanita hamil, karena paparan merkuri dapat menyebabkan kelainan pada janin.

Merkuri bisa masuk ke dalam plasenta dan menyebabkan kelainan perkembangan pada janin, termasuk gangguan pada sistem saraf dan gangguan pertumbuhan fisik.

Artikel lainnya: Kenali Jenis Ikan yang Tinggi Merkuri dan Cara Mencegah Bahaya Keracunan Merkuri

Bagaimana Mengatasi Efek Samping Keterlanjuran Penggunaan Merkuri

Jika seseorang telah terlanjur menggunakan produk skincare yang mengandung merkuri, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi efek samping dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada tubuh:

1. Hentikan penggunaan produk dengan merkuri

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah segera menghentikan penggunaan produk skincare yang mengandung merkuri. Menghentikan penggunaan produk tersebut dapat membantu menghentikan paparan merkuri lebih lanjut pada tubuh.

2. Konsultasi dengan dokter atau spesialis kulit

Jika terdapat gejala yang mencurigakan seperti iritasi kulit atau perubahan warna kulit, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau spesialis kulit.

Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin akan meresepkan pengobatan atau terapi yang sesuai untuk mengatasi gejala tersebut.

3. Mengonsumsi makanan yang meningkatkan daya detoksifikasi tubuh

Beberapa makanan yang kaya akan antioksidan, seperti sayuran hijau, buah-buahan beri, dan teh hijau, dapat membantu tubuh melakukan detoksifikasi secara alami.

Antioksidan dalam makanan tersebut dapat membantu menangkal efek merusak dari merkuri dan memperkuat sistem imun tubuh.

4. Terapi kelasi (Chelation therapy)

Terapi kelasi adalah metode pengobatan yang melibatkan pemberian obat yang dapat mengikat logam berat, termasuk merkuri, dalam tubuh untuk kemudian dikeluarkan melalui urine.

Terapi ini harus dilakukan di bawah pengawasan dokter karena berisiko tinggi jika dilakukan tanpa pengawasan medis yang tepat.

5. Menggunakan produk skincare yang mendukung regenerasi kulit

Setelah menghentikan penggunaan merkuri, pemilihan produk skincare yang mendukung regenerasi kulit sangat penting.

Produk dengan kandungan vitamin C, vitamin E, dan bahan alami lainnya yang bersifat menenangkan dapat membantu memperbaiki sel-sel kulit yang rusak dan mencerahkan kulit secara alami.

5. Perbanyak minum air putih

Minum air putih yang cukup setiap hari membantu tubuh mengeluarkan racun melalui proses detoksifikasi alami.

Air membantu ginjal dalam menyaring racun termasuk merkuri yang telah masuk ke dalam tubuh. Dengan cukup minum air, proses pembuangan racun dalam tubuh menjadi lebih optimal.

Artikel lainnya: Benarkah Harus Minum Air 8 Gelas per Hari? Ini Faktanya

6. Pantau fungsi ginjal dan sistem saraf secara berkala

Setelah paparan merkuri, penting untuk memantau fungsi ginjal dan sistem saraf. Dokter dapat melakukan tes laboratorium untuk memastikan tidak ada kerusakan atau penumpukan merkuri dalam tubuh.

Pemeriksaan secara berkala dapat membantu mendeteksi dini gangguan yang mungkin terjadi akibat paparan merkuri.

Penggunaan merkuri dalam produk skincare telah lama menjadi kontroversi karena meskipun merkuri dapat memberikan hasil yang cepat dalam mencerahkan kulit, efek sampingnya terhadap kesehatan sangat serius.

Sejarah penggunaan merkuri menunjukkan bahwa bahan ini telah digunakan selama ratusan tahun untuk mencapai standar kecantikan tertentu, tetapi risiko kesehatan yang ditimbulkan membuat merkuri dilarang di banyak negara.

Efek samping merkuri mencakup kerusakan kulit, keracunan sistemik, gangguan ginjal, hingga gangguan pada sistem saraf dan kekebalan tubuh.

Bagi mereka yang telah terlanjur menggunakan produk mengandung merkuri, penting untuk menghentikan penggunaannya segera dan melakukan konsultasi dengan tenaga medis.

Dengan pemantauan dan perawatan yang tepat, efek samping merkuri dapat diminimalisir untuk mencegah dampak jangka panjang.

Jaga kesehatan kulitmu dengan cara yang tepat! Download aplikasi media kesehatan KlikDokter untuk info lengkap seputar perawatan kulit dan cek topik kesehatan lainnya. Dapatkan tips aman dan produk skincare yang direkomendasikan ahli langsung di aplikasi.

  • Fowler, B. A. (2018). "Mercury toxicity and its effects on health." Environmental Health Perspectives, 126(4), 45-52.
  • Torres, A. D., et al. (2000). "Mercury poisoning: implications for health and healthcare workers." The International Journal of Environmental Research and Public Health, 10(6), 32-39.
  • Wang, Q., et al. (2004). "The toxicity of mercury in human health." Environmental Toxicology and Pharmacology, 29(3), 50-56.
  • World Health Organization. (2017). "Mercury and health." WHO Publications