Memahami mitos dan fakta seputar kesehatan kulit dan perawatannya memang penting. Pasalnya, sering kali masalah kulit terjadi karena minimnya pengetahuan mengenai cara membersihkan kulit. Terlebih ada banyak hoaks mengenai kesehatan kulit yang bertebaran di media sosial.
Supaya kamu tak tertipu, yuk simak mitos dan fakta tentang kulit di bawah ini.
1. Kulit Terus Memperbarui Dirinya
Fakta tentang kulit yang pertama adalah organ ini terus memperbarui dirinya. Keratinosit, yaitu sel yang terdapat pada epidermis (lapisan kulit paling luar) secara konstan melipatgandakan diri untuk memproduksi sel-sel kulit baru.
Mereka akan menggantikan sel-sel lama yang mengelupas dari permukaan kulit.
2. Minum Air 2 Liter per Hari Jaga Kesehatan Kulit
Kamu mungkin bertanya-tanya mengenai rutinitas minum air putih 2 liter per hari termasuk mitos atau fakta tentang perawatan kulit. Nyatanya, jumlah air putih yang dikonsumsi tidak secara langsung memengaruhi kulit kamu. Jadi minum air 2 liter per hari adalah mitos.
Meski begitu, air tetap diperlukan untuk menjaga kelembapan kulit. Sebab ketika kamu mengalami dehidrasi berat, kulit akan terlihat kusam dan kurang elastis.
Artikel Lainnya: Manfaat Minum Air Mineral bagi Kesehatan Tubuh
3. Stres Membuat Kulit Tidak Sehat
Di zaman modern ini, banyak masalah kesehatan dipicu oleh stres, termasuk masalah kulit. Salah satu masalah kulit yang diakibatkan oleh stres adalah alopecia areata, yaitu kondisi autoimun ketika sistem kekebalan menyerang folikel rambut.
Lalu, ada psoriasis, kondisi autoimun yang menyebabkan kulit meradang, menebal, bersisik, serta mengalami eksem.
4. Makan Cokelat Bisa Bikin Jerawatan
Disampaikan dr. Nabila Viera Yovita, makan cokelat memicu pertumbuhan jerawat adalah mitos.
“Diet tinggi lemak sangat tidak sehat karena banyak alasan. Namun, tidak sampai menyebabkan timbulnya jerawat,” katanya.
Bahkan, dr. Nabila menambahkan, salah satu obat yang diresepkan dokter kulit untuk mengatasi jerawat yang parah, yakni isotretinoin, lebih baik diserap tubuh ketika dikonsumsi bersamaan dengan makanan berlemak, seperti cokelat.
5. Bubuk Detergen Sebabkan Eksem
Mitos seputar kulit berikutnya, yaitu bubuk detergen sebabkan eksem alias dermatitis atopik. Faktanya, detergen yang biasa dipakai untuk mencuci pakaian mengandung enzim yang dapat mengiritasi kulit sensitif sehingga memperparah eksim. Namun, bahan pembersih pakaian tersebut tidak memicu timbulnya dermatitis atopik itu sendiri.
Nah, bagi kamu penderita eksem, pastikan detergen telah sepenuhnya terbilas dari pakaian sebelum dikenakan agar kamu terhindar dari iritasi kulit.
Artikel Lainnya: Ketahui Penyebab dan Faktor Risiko Eksim
6. Tanda Putih pada Kuku Berarti Kekurangan Kalsium
Tanda putih pada kuku menandakan tubuh kekurangan kalsium adalah mitos. Nyatanya, tidak ada kaitan antara kadar mineral tersebut dengan kemunculan tanda putih pada kuku.
Perlu kamu tahu, pertumbuhan kuku dimulai pada matriks kuku, yaitu suatu area di bawah kulit yang terletak di ujung kuku. Nah, jika matriks mengalami kerusakan karena digigit atau terbentur, kuku yang sedang berkembang mengalami ketidakteraturan.
Udara di bawah kuku juga akan terperangkap. Hal ini yang menimbulkan tanda putih pada kuku.
7. Sinar Matahari Baik untuk Kulit
Sinar matahari memiliki efek yang baik maupun buruk untuk kulit. Matahari memiliki beberapa sinar dengan gelombang berbeda. Sinar ultraviolet B (UVB) digunakan kulit untuk memproduksi vitamin D yang diperlukan tulang.
Tanpa paparan sinar matahari, vitamin D harus diperoleh dari makanan. Namun, ketika kulit terkena paparan sinar UV berlebih, hal ini justru dapat merusak DNA sel kulit.
Artikel Lainnya: Jangan Lakukan Ini Saat Kulit Terbakar Matahari
8. Sabun Antibakteri Baik untuk Dukung Kesehatan Kulit
Kamu mungkin pernah mendengar info soal pentingnya menggunakan sabun antibakteri untuk membersihkan kulit. Nyatanya, anggapan tersebut adalah mitos belaka.
Penggunaan rutin sabun antibakteri justru bisa merusak keseimbangan bakteri jahat dan baik yang secara alami ada pada kulit. Hal ini disampaikan oleh Prof. Hywel C. Williams, seorang dermato-epidemiolog dari Center of Evidence-Based Dermatology, Inggris.
“Sabun antibakteri biasanya juga memiliki efek yang lebih keras pada kulit daripada sabun dengan pH netral,” jelas Prof. Hywel.
Sabun antibakteri sebaiknya digunakan saat kamu bekerja di bidang kesehatan, pengolahan makanan, ataupun membersihkan tangan usai keluar rumah di masa pandemi.
Kini kamu sudah tahu mitos dan fakta seputar kulit. Apabila kamu ingin tahu lebih jauh mengenai kesehatan dan perawatan kulit, gunakan layanan Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter, solusi #JagaSehatmu.
(ADT/NM)
- Nature Reviews Microbiology. Diakses 2023. The Human Skin Microbiome