Asam urat dan rematik, dua penyakit yang sering dianggap menjadi biang keladi keluhan nyeri sendi. Tak jarang, ada anggapan bahwa keduanya merupakan penyakit yang sama. Tahukah Anda bahwa anggapan ini agak melenceng dari fakta medis yang sebenarnya?
Ya, tak semua keluhan sakit sendi disebabkan oleh asam urat yang tinggi dan penyakit rematik. Di samping itu, gejala dan cara mengobati kedua jenis penyakit itu pun benar-benar memiliki perbedaan yang berarti.
Penyakit asam urat, apa itu?
Sebenarnya, “penyakit asam urat” bukanlah istilah yang tepat. Ini karena asam urat bukanlah penyakit, melainkan suatu zat yang secara normal memang ada di dalam darah. Asam urat merupakan hasil pemecahan dari senyawa bernama purin, yang didapat dari konsumsi daging, hati ayam atau sapi, alhohol, kacang-kacangan, dan lainnya.
Dalam keadaan normal, asam urat akan dibersihkan dari darah oleh ginjal, dan dikeluarkan melalui urine. Namun demikian, jika kadar asam urat dalam tubuh terlalu tinggi, ginjal tak dapat mengeluarkan semua asam urat ke luar tubuh. Akibatnya, sebagian asam urat akan terakumulasi dan bisa mengendap menjadi kristal di sendi. Penumpukan kristal tersebutlah yang memicu nyeri sendi.
Daripada menyebut penyakit asam urat, medis lebih memilih istilah gout arthritis untuk menggambarkan penyakit tersebut. Penyakit gout arthritis itu sendiri lebih sering terjadi pada orang berusia 30–50 tahun, dengan pria sebagai korban utamanya.
Gejala khas gout arthritis adalah nyeri sendi yang timbul mendadak. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi ibu jari kaki. Seringkali, penderitanya terbangun di pagi hari dengan kesakitan pada sendi, disertai dengan sendinya berwarna kemerahan dan terasa hangat ketika diraba.
Untuk meredakan nyeri sendi akibat gout arthritis, dokter akan memberikan obat antiradang. Penderita gout arthritis tidak dianjurkan mengonsumsi obat penurun asam urat atas inisiatif sendiri, sebab dosis yang tidak tepat justru dapat memperberat nyeri sendi yang terjadi.
Nah, untuk menjaga agar kadar asam urat tak melonjak lagi, penderita gout arthritis harus pintar dalam memilih makanan yang dikonsumsi. Mereka—yang berisiko tinggi mengalami gout arthritis—wajib membatasi makanan yang mengandung kadar purin tinggi, seperti hati, jeroan, dan daging berlemak.
Kenali penyakit rematik
Rematik, atau secara medis disebut sebagai rheumatoid arthritis (RA), merupakan penyakit autoimun yang menyerang persendian. Penyebab pasti dari penyakit ini masih belum diketahui hingga saat ini.
Rematik lebih banyak menyerang wanita pada rentang usia 20-40 tahun. Penyakit ini muncul perlahan-lahan, dan biasanya sendi yang terkena adalah sendi-sendi kecil seperti sendi jari tangan.
Gejala khas rematik adalah bengkak, nyeri, dan kemerahan pada sendi. Awalnya, nyeri sendi akibat rematik tak terlalu mengganggu. Namun, semakin lama dibiarkan, rasa nyeri tersebut akan semakin memberat, dan peradangan pun makin hebat.
Keluhan yang terjadi pada rematik tak sebatas menyerang sendi. Karena disebabkan oleh kondisi autoimun—sistem kekebalan yang menyerang diri sendiri—penyakit ini juga dapat menyerang organ tubuh lain, termasuk kulit, mata, jantung, paru, dan ginjal.
Berbicara tentang pengobatan rematik, dokter biasanya akan memberikan obat golongan disease modifying anti-rheumatic drug (DMARD). Namun, obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Itu pun setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada tubuh pasien.
Sekarang Anda sudah tahu perbedaan nyata antara penyakit asam urat dengan rematik, bukan? Jadi, meski sama-sama dapat menimbulkan keluhan nyeri sendi, bukan berarti keduanya adalah penyakit yang sama.
Asam urat (gout arthritis) terjadi secara mendadak dan biasanya mengenai satu sendi. Sedangkan rematik (rheumatoid arthritis) terjadi perlahan-lahan dan mengenai banyak sendi. Maka dari itu, jika ada keluhan nyeri sendi yang cukup mengganggu, akan lebih baik jika Anda berkonsultasi pada dokter agar dapat dipastikan penyebab utamanya; apakah akibat asam urat tinggi, rematik, atau penyakit sendi lainnya.
[NB/ RVS]