Nyeri dada kerap dikaitkan dengan penyakit jantung. Tapi sebenarnya, ada penyakit lain yang juga ditandai dengan nyeri dada. Salah satunya adalah gastroesophageal reflux disease, atau GERD.
GERD merupakan salah satu gangguan pencernaan yang disebabkan oleh lemahnya lower esophagel sphincter (LES) otot antara esofagus dan lambung. Selain itu, makanan yang dikonsumsi juga berperan dalam menimbulkan refluks, seperti cokelat, peppermint, makanan berlemak atau gorengan, kopi, serta minuman beralkohol.
Kebiasaan merokok juga dapat menimbulkan relaksasi LES secara abnormal sehingga dapat menjadi penyebab GERD.
Artikel Lainnya: Cegah GERD dengan Gaya Hidup Sehat Ini
Kaitan Nyeri Dada dan GERD
Gejala khas yang dapat dirasakan jika Anda mengalami GERD adalah dada terasa panas seperti terbakar, atau sering disebut heartburn. Rasa panas dapat dirasakan di dada kemudian menjalar ke atas hingga ke leher dan tenggorokan.
Saat kondisi itu terjadi, banyak orang mengatakan bahwa sensasi yang dirasakan seperti makanan dari lambung naik ke mulut, dan kemudian meninggalkan rasa asam atau bahkan pahit.
Rasa panas seperti terbakar, ditekan, maupun nyeri dapat bertahan hingga dua jam dan sering memberat setelah makan. Berbaring juga dapat menimbulkan panas pada dada. Gejala akan berkurang ketika berdiri atau mengonsumsi antasida yang dapat menetralkan asam di esofagus.
Nyeri dada pada kasus GERD sering kali dikaitkan dengan penyakit jantung atau serangan jantung, namun keduanya sangat berbeda. Pada kasus penyakit jantung, nyeri dada akan semakin meningkat saat berolahraga dan akan berkurang saat istirahat.
Sedangkan nyeri dada pada kasus GERD sangat jarang dipengaruhi oleh aktivitas. Namun jika merasa ragu dan tidak dapat membedakan rasa nyeri yang dirasakan, sebaiknya segera periksakan kondisi Anda ke dokter.
Artikel Lainnya: Mengenal Pemicu, Gejala dan Cara Mencegah Gerd
Kanker Menghantui Penderita GERD
Sebagian besar pasien GERD memiliki respons baik terhadap perbaikan pola hidup dan terapi obat. Namun tidak jarang ditemukan kambuhnya GERD ketika menghentikan konsumsi obat. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa orang membutuhkan terapi jangka panjang.
Jika GERD tidak diterapi dengan baik, komplikasi yang bisa terjadi mulai dari esofagitis, struktur esofagus yang disebabkan oleh luka pada jaringan yang bersifat kronis, hingga Barrett’s esophagus. Jika sudah mengalami Barret’s esophagus, maka terdapat perubahan sel esofagus yang berisiko menjadi kanker.
Apabila pasien melakukan perbaikan pola hidup dan konsumsi obat sejak awal mengalami GERD, perkembangan penyakit ke arah kanker dapat dicegah. Karena itu, ketika merasakan nyeri dada sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Sehingga jika Anda benar terkena GERD Anda dapat segera mendapatkan terapi yang optimal.
[RS/RVS]